Kenaikan harga seharusnya memang berkorelasi dengan kesejahteraan petani. 
Nyatanya? CMIIW, petani adalah pihak yang menikmati added value yang paling 
kecil dari rantai distribusi (supply chain) produk pangan.....penyebabnya 
paling tidak ada 2:
- Luas tanah garapan petani itu kecil...rata2 dibawah 0,25 Ha...
- Sistem ijo yang telah berurat berakar sehingga Petani akan terus terjerat 
kedalam mekanisme ini

Buruknya infrastruktur menambah runyamnya prospek mensejahterakan petani. Cuaca 
buruk sedikit, produk ngak bisa masuk kota. Belum lagi beberapa daerah hanya 
bisa dijangkau dengan ojek, jadi emang mahal membawa produk kekota.

Strategi pertanian seharusnya bukan hanya fokus kepada benih, pupuk, peptisida 
atau cara petani menanam produknya, melainkan mestinya dikaitkan dengan pola 
pembiayaan, infrastuktur yang mendukung dst-dst

Inflasi bisa ditinjau dari banyak aspek, demikian pula penyebabnya. Akan tetapi 
solusinya jelas bukan merubah Pemerintah menjadi supplier seperti salah satu 
member disini memberi ide...(kenapa ngak sekalian menjadi petani 
saja?)....Pemerintah ya memerintah, membuat regulasi dan menjadi regulator. 
Logikanya jika pemerintah menjadi regulator dan operator maka yang terjadi 
adalah penyalahgunaan kekuasaan dan in-profesionalisme dalam operasionalnya.

Secara undang2 memang salah satu tugas BI adalah mengelola inflasi, namun tools 
yang bisa dipakai hanya alat2 moneter, yakni dari sisi peredaran uang, ie. 
menambah supply uang atau mengurangi supply uang. Tingkat suku bunga referensi 
BI, dapat kita baca sebagai usaha BI untuk mempengaruhi suku bunga kredit yg 
berlaku, soal ditaati oleh bank atau tidak kita bisa berdiskusi panjang lebar 
disini.

Saya ngak akan ngasih solusi lah....Pemerintah saja terkesan membiarkan harga 
naik, yang added valuenya petani paling sedikit menikmati. Memang agak sulit 
bagi Pemerintah mempengaruhi pasar, kecuali dengan operasi pasar langsung, yang 
juga dampaknya sangat terbatas. Saya kira, IMHO, inflasi dalam jangak panjang 
akan bisa dikelola dengan baik jika hal2 yang menyangkut infrastruktur, 
pembiayaan dapat dicarikan jalan keluarnya oleh Pemerintah. Knapa Pemerintah? 
ya urusan infrastruktur emang urusan Pemerintah....kredit murah? kecuali 
Pemerintah memberikan semacam guarantee, saya kira perbanakn masih cukup sulit 
masuk...





--- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com, Bali da Dave <dfa...@...> wrote:
>
> > Ah PORI (President Of the Republic of Indonesia), malah bilang awajar 
> > kalo ada kenaikan harga, hitung2 rejeki bagi petani setahun sekali...
> 
> Menurut saya sih sudah sepantasnya harga barang pokok naik. Nilai politisnya 
> tentu jelek karena bisa bikin rakyat banyak marah.
> 
> Bicara pasar bebas, atau teregulasi..  kita sering anggap beras ini sudah 
> harga wajar. Kalau menurut saya sih ini sudah harga yang 'dipaksa' turun. 
> Alasannya apa? Pemerintah selalu mengupayakan membuka jutaan hektar lahan 
> khusus buat nanam padi ini. Kalau memang mekanisme pasar, tentunya tidak 
> perlu ada program pemerintah 'lahan gambut sejuta hektar...  dll 
> sebagainya'. Harga naik biarkan saja, nanti petani tentu akan lebih kaya dan 
> bisa membeli tanah yang memang diperuntukkan untuk tanaman (tentunya juga ada 
> resiko petani nekat yang sembarangan  membuka hutan lindung). Dan membuka 
> lahan penanaman baru pun harusnya juga membiayakan harga ganti rugi penanaman 
> pohon, pemeliharaan binatang yang harus selalu diberi makan, dll. 
> 
> Prinsipnya adalah lahan kosong (hutan) itu bukannya tidak ada harganya. Sama 
> juga dengan mineral bawah tanah itu musti di hargakan 'ongkos gantinya' atau 
> replacement cost nya. Mentang-mentang tinggal dikeruk saja, maka hanya 
> memperhitungkan ongkos mengeruk saja bukanlah perhitungan akuntansi yang 
> kredibel.
> 
> Jadi di sini walaupun tidak ketara, sudah ada intervensi pemerintah yang 
> mencegah kekacauan bernegara akibat krisis harga makanan yang tinggi. Caranya 
> menekan harga turun dengan mengorbankan lahan 'tidak terpakai'. Jadi kalau 
> bensin ada subsidi, harga makanan pun sebenarnya sudah di subsidi. Yang 
> kasihan tapi ya si petani. Kalau subsidi bensin, pemerintah malah bayar uang 
> ke penyedia atau perusahaan minyaknya. Kalau untuk produk agrikkultur, si 
> petani tidak terima apa-apa. MAlah diharuskan menjual barang dalam harga 
> murah. Kalau gak, rakyat bakalan dibanjiri beras bulog. Kalau menurut saya 
> ini sih merampas hak sejahteranya si petani. Kalau di negara lain (amerika) 
> gak tau bagaimana. Apakah pemerintah memberi bantuan tax relief atau 
> bagaimana supaya harga produk gandum dll jadi turun? Kalau gak di ancam 
> bakalan dibanjiri gandum impor dari negara dunia ketiga?
> 
> --- On Sun, 8/8/10, Hok An <ho...@...> wrote:
> 
> From: Hok An <ho...@...>
> Subject: Re: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
> To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
> Received: Sunday, 8 August, 2010, 5:52 PM
> 
> Bung Oka,
> 
> Saya duga sekarang banyak ekonom yang berpendapat bahwa kenaikan 
> pendapatan masyarakat lapisan bawah dan menengah merupakan faktor 
> penting untuk pertumbuhan konsumsi dalam negeri.
> Sebab itu perlu ada keseimbangan antara kenaikan upah (a.l. UKM), 
> inflasi, daya saing global, vitalitas negara dalam infrastruktur sosial 
> (kesehatan, pendidikan dan juga subvensi BBM dan BLT) dan masih banyak 
> faktor2 lainnya.
> Masalah2 yang berkaitan secara rumit ini harusnya dituang oleh partai2 
> politik dalam suatu program yang jelas sehingga masing2 pengikutnya 
> mengerti mau dibawa kemana.
> Tetapi masyarakat yang majemuk juga perlu mengemukakan masing2 
> keinginannya tentang design ekonomi dimasa depan. Ada baiknya masalah2 
> ini dibicarakan dan dituang kedalam suatu daftar tuntutan kepada parpol2 
> dalam pemilihan umum yang berikut.
> 
> Salam
> 
> 
> Hok An
> 
> oka schrieb:
> >
> > Ah PORI (President Of the Republic of Indonesia), malah bilang awajar 
> > kalo ada kenaikan harga, hitung2 rejeki bagi petani setahun sekali...
> >
> > ===quote
> > "Kadang-kadang ada komoditas pertanian, yang petani itu mendapat 
> > untung setahun sekali, ya anggaplah itu rezeki," ujar Presiden ketika 
> > membuka Rapat Kerja Kabinet Indonesia Bersatu II dengan gubernur dan 
> > ketua DPRD se-Indonesia di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (5/8).
> >
> > Presiden meminta jajaran pemerintah pusat dan daerah bekerja sama 
> > untuk memastikan harga kebutuhan pokok masyarakat tidak melonjak 
> > terlalu tinggi menjelang bulan Ramadhan hingga Lebaran nanti.
> >
> > Meski begitu, perlu dipahami pula, apabila kenaikan harga terjadi 
> > dalam batas wajar, terutama untuk komoditas pertanian. "Kita tahu 
> > setiap mendekati hari Lebaran terjadi gejolak harga, itu bisa 
> > dijelaskan," ujar Presiden.
> >
> > http://www.kompas.com/read/xml/2010/...naikan.Harga-4
> > ===unquote
> >
> > cuma PORI ngak bilang keniakan yang wajar tuh berapa persen dan apakah 
> > setelah puasa/lebaran harga bisa turun kembali. PORI juga ngak ngomong 
> > soal pengarunya terhadap inflasi >>>paling tidak diberita itu ngak 
> > disebutkan.
> >
> > Jadi jika PORI ngak terlalu kuatir dengan inflasi knapa kita harus?
> > Jelas karena PORI tidak merasakan...ibu PORI tak pernah belanja 
> > kepasar untuk memenuhi kebutuhan dapurnya.
> >
> > --- In AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com 
> > <mailto:AhliKeuangan-Indonesia%40yahoogroups.com>, Bali da Dave 
> > <dfaj21@> wrote:
> > >
> > > Masalah utamanya penduduk indonesia berkembang biaknya seperti 
> > kelinci. Dari 200 juta, 210 juta, 220 juta, ntah nanti barangkali mau 
> > menyaingi Cina jadi 1 milyar orang?
> > >
> > > Ini untuk memberi makan 220 juta (demand naik) kalau bukan bikin 
> > keajaiban bagaimana caranya? Lahan hutan sudah dibabat habis semua 
> > untuk menyediakan makanan rakyat?
> > >
> > > Bagus buat aturan satu keluarga satu anak saja kalau begitu... 
> > macam Cina... Demand dikurangi, maka supply melimpah dan harga jadi 
> > turun.
> > >
> > > --- On Sat, 7/8/10, anton ms wardhana <ari.ams03@> wrote:
> > >
> > > From: anton ms wardhana <ari.ams03@>
> > > Subject: [Keuangan] Khudori : Menjinakkan Inflasi
> > > To: ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com 
> > <mailto:ahlikeuangan-indonesia%40yahoogroups.com>
> > > Received: Saturday, 7 August, 2010, 6:26 PM
> > >
> > > di copas dari koran-digital tentang menjinakkan inflasi
> > > berita asli dari seputar indonesia
> > >
> > > BR, ari.ams
> > >
> > > ---------- Pesan terusan ----------
> > > Tanggal: 7 Agustus 2010 10.23
> > > Subjek: [Koran-Digital] Khudori : Menjinakkan Inflasi
> > >
> > >
> > > Â *Menjinakkan Inflasi *Â Â Friday, 06 August 2010
> > > Inflasi mulai merangkak naik, dipicu kenaikan harga-harga kebutuhan 
> > pokok.
> > > Inflasi bulanan pada Juni lalu mencapai 0,97%, naik menjadi 1,57% 
> > pada Juli
> > > 2010. Laju inflasi Januari-Juli 2010 mencapai 4,02% dan inflasi year 
> > on year
> > > sebesar 6,22%.
> > >
> > > Target inflasi pemerintah tahun ini sebesar 5,3% berpotensi terlampaui
> > > karena inflasi Agustus dan September diperkirakan masih akan tinggi. 
> > Selain
> > > karena bulan puasa,tingkat inflasi Agustus akan disumbang dampak 
> > langsung
> > > kenaikan tarif dasar listrik industri sebesar 10â€"15%. Adapun inflasi
> > > September didorong oleh bulan puasa dan Idul Fitri. Untuk mencapai 
> > sasaran
> > > inflasi sebesar 5,3%,pemerintah masih memiliki ruang manuver sebesar 
> > 1,3%.
> > >
> > > Artinya, selama lima bulan ke depan rata-rata inflasi bulanan harus 
> > tidak
> > > lebih dari 0,2%.Amat muskil inflasi Agustus dan September 2010 bisa 
> > ditekan
> > > menjadi 0,2%.Pada September 2009,inflasi menembus 1,02% karena bulan 
> > puasa
> > > dan Idul Fitri.Setelah itu terjadi deflasi karena konsumsi menurun.
> > > Masalahnya, ruang gerak 1,3% itu amat sempit dan tidak banyak menyisakan
> > > pilihan bagi pemerintah.Apabila pemerintah gagal mengendalikan 
> > harga-harga
> > > kebutuhan pokok, inflasi pasti terlampaui.
> > >
> > > Pengalaman puluhan tahun menunjukkan, pemerintah gagal menjinakkan 
> > inflasi
> > > lantaran didorong oleh kegagalan mengendalikan harga kebutuhan pokok.
> > > Instabilitas harga kebutuhan pokok selalu menjadi agenda rutin tahunan
> > > karena sampai saat ini pemerintah belum juga menyusun instrumen dan
> > > kelembagaan stabilisasi yang kredibel, terukur, dan komprehensif.
> > > Sebaliknya, respons pemerintah selalu reaktif, ad hoc, dan fragmentaris.
> > >
> > > Semua itu tak lebih sebagai pemadam kebakaran.Tak terhitung energi, 
> > waktu,
> > > dan biaya yang terkuras akibat instabilitas harga kebutuhan pokok. 
> > Bangsa
> > > ini kehabisan waktu, tenaga, dan biaya besar untuk mengatasi halhal 
> > rutin
> > > yang mestinya bisa diselesaikan. Bagi rakyat, terutama yang miskin,
> > > instabilitas harga kebutuhan pokok ini akan mengekspos mereka pada 
> > posisi
> > > yang amat rentan. Pendapatan rakyat yang tidak seberapa akan 
> > tergerus oleh
> > > inflasi.
> > >
> > > Warga miskin yang 60-75% pendapatannya untuk pangan harus merealokasi
> > > keranjang belanja dengan menekan pos nonpangan guna mengamankan perut.
> > > Mereka harus mengatur ulang keranjang pengeluaran. Pertama, dana 
> > pendidikan
> > > dan kesehatan dipangkas, lalu dialihkan ke pangan.Kedua, jumlah dan
> > > frekuensi makan dikurangi. Jenis pangan inferior (murah dengan kandungan
> > > energi-protein rendah) jadi pilihan.Dampaknya, konsumsi energi dan 
> > protein
> > > menurun.
> > >
> > > Bagi orang dewasa, ini berpengaruh pada produktivitas kerja dan 
> > kesehatan.
> > > Buat ibu hamil/menyusui dan anak balita akan berdampak buruk pada
> > > perkembangan kecerdasan anak.Terbayang akan lahir generasi IQ 
> > jongkok dan
> > > SDM yang tak bisa bersaing dalam kompetisi yang kian ketat. Inikah 
> > generasi
> > > yang akan kita ciptakan di masa mendatang?
> > >
> > > *** Menurut Biro Pusat Statistik (BPS),mayoritas pengeluaran penduduk
> > > Indonesia masih untuk pangan. Rata-rata pengeluaran penduduk untuk 
> > pangan
> > > mencapai 50,62% pada 2009. Bahkan, bagi penduduk miskin, 73,5% 
> > pengeluaran
> > > keluarga untuk pangan. Sedikit saja ada lonjakan harga,daya beli 
> > mereka akan
> > > anjlok drastis. Itulah sebabnya, banyak ekonom menyebut inflasi sebagai
> > > â€Å"perampok uang rakyat�. Kondisi semacam ini bukan khas 
> > > Indonesia.
> > >
> > > Hampir di semua negara berkembang pangsa pengeluaran pangan keluarga 
> > memang
> > > masih dominan. Ketika harga kebutuhan pokok naik,kemiskinan pun 
> > melonjak.
> > > Inflasi di Indonesia tergolong masih tinggi, rata-rata di atas 5%. 
> > Memang,
> > > inflasi pada 2009 hanya 2,78%. Namun, pada tahun yang sama banyak negara
> > > mengalami deflasi karena krisis ekonomi global. Dibandingkan negara
> > > lain,target inflasi tahun ini pun tergolong masih tinggi.
> > >
> > > Inflasi di Malaysia dan Thailand biasanya lebih kecil dari 5%. 
> > Inflasi di
> > > negara-negara maju seperti Singapura, Korea Selatan,Hong Kong, dan 
> > Taiwan di
> > > bawah 3%. Bahkan, Jepang sering mengalami deflasi. Ini semua ditopang
> > > kebijakan yang komprehensif dan kredibel.Kita bisa ambil contoh 
> > Malaysia.
> > > Saat ini, ketika Indonesia gonjang-ganjing oleh harga kebutuhan pokok,
> > > Malaysia tidak mengalaminya.
> > >
> > > Ini terjadi karena Malaysia bisa mengendalikan harga kebutuhan pokok 
> > lebih
> > > baik daripada Indonesia. Malaysia memiliki undang-undang The Price 
> > Control
> > > Actuntuk mengontrol harga barang- barang yang kebanyakan adalah 
> > barangbarang
> > > makanan sejak 1946.Juga ada The Control of Supplies Act yang mulai 
> > berlaku
> > > pada 1961. Undang- undang ini mengatur keluar-masuknya barang di 
> > perbatasan
> > > seperti gandum.
> > >
> > > Dalam UU tersebut, harga 225 kebutuhan sehari-hari warga masyarakat 
> > dan 25
> > > komoditas dikontrol pada festive season (hari besar). Pada tahun 2008
> > > dibentuk Majlis Harga Negara untuk memonitor harga barang, menerima 
> > keluhan
> > > masyarakat, dan mendukung cadangan pangan nasional. Pada tahun-tahun 
> > saat
> > > harga minyak tinggi, inflasi di Malaysia bisa ditekan, bahkan di bawah
> > > 5%.Padahal, inflasi di Indonesia pada 2005 mencapai 17,11% dan pada 2008
> > > mencapai 11,06%.
> > >
> > > Malaysia cukup berhasil menjaga stabilitas harga sehingga inflasi 
> > rendah,
> > > apa pun yang terjadi di pasar internasional (Adiningsih,2010). 
> > Berpijak dari
> > > kondisi itu, langkah-langkah Bank Indonesia untuk menekan inflasi dengan
> > > menstabilkan nilai tukar tidak akan banyak artinya apabila tidak 
> > didukung
> > > upaya pemerintah dalam menstabilkan harga kebutuhan pokok. Di masa lalu,
> > > negeri ini pernah memiliki sejarah gemilang dalam stabilisasi harga
> > > kebutuhan pokok lewat Bulog.
> > >
> > > Wacana untuk mengembalikan fungsi-fungsi strategis Bulog bisa saja
> > > dilakukan. Namun, itu tidak banyak artinya apabila tidak didukung dengan
> > > pendanaan memadai dan instrumen yang komprehensif. Pertama, harus segera
> > > ditentukan komoditas kebutuhan pokok yang memiliki pengaruh besar 
> > terhadap
> > > pengeluaran rumah tangga. Jumlahnya bisa 4â€"5 komoditas. Ini pun 
> > sifatnya
> > > dinamis.
> > >
> > > Komoditas inilah yang menjadi opsi stabilisasi. Kedua, instrumen harus
> > > komplet, mulai dari harga patokan (ceiling/ floor price), stok atau
> > > cadangan, dana murah, pengendalian eksporimpor hingga program 
> > jaminan sosial
> > > dalam bentuk pangan bersubsidi. Ketiga, pemerintah harus menjamin sistem
> > > distribusi lancar dan tidak ada pelaku dominan di pasar yang bisa
> > > mengeksploitasi keadaan. Dengan ketiga langkah simultan tersebut, hampir
> > > bisa dipastikan inflasi akan bisa dijinakkan.(*)
> > >
> > > Khudori
> > > Anggota AEPI, Pengamat Sosial-
> > > Ekonomi Pertanian dan Globalisasi
> > >
> > > http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/343009/
> > >
> > > --
> > > --
> >
> 
> 
> 
> 
> ------------------------------------
> 
> =========================
> Millis AKI mendukung kampanye "Stop Smoking"
> =========================
> Alamat penting terkait millis AKI
> Blog resmi AKI: www.ahlikeuangan-indonesia.com 
> Facebook AKI: http://www.facebook.com/group.php?gid=6247303045
> Arsip Milis AKI online: 
> http://www.mail-archive.com/ahlikeuangan-indonesia@yahoogroups.com
> =========================
> Perhatian : 
> Untuk kenyamanan bersama, agar diperhatikan hal-hal berikut: 
> - Dalam hal me-reply posting, potong/edit ekor posting sebelumnya
> - Diskusi yg baik adalah bila saling menghormati pendapat yang ada. Anggota 
> yang melanggar tata tertib millis akan dikenakan sanksi tegas
> - Saran, kritik dan tulisan untuk blog silahkan kirim ke 
> ahlikeuangan-indonesia-ow...@...! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke