Saya baru saja mau menanggapi yang sama, tapi Suma Mihardja haksoe sudah lebih 
dahulu mengkoreksi kesalahan-kesalahannya.

Sebetulnya di posting saya terdahulu sudah disebut bahwa Radetzkymarsch adalah 
ciptaan Johan Strauss der Vater, bukan der Sohn.
Kalau Eva sudah baca itu, barangkali di posting-nya ini dia hanya salah ketik 
saja, maunya mengetik "I", jadinya "II".

Juga soal Lie Eng Liong Adidharma, tentu saja Suma-heng tahu betul, karena 
dirigen itu termasuk salahsatu tokoh tionghoa yang riwayat hidup singkatnya 
tercantum dalam bukunya Suma-heng sendiri (mengedit Sam Setyautama) "Tokoh 
Etnis Tionghoa Di Indonesia".

Tetapi di samping itu kiranya perlu saya tambahkan koreksi bahwa Sutan Takdir 
Alisyahbana sudah meninggal 10-an tahun yang lalu. Jadi tidak mungkin memberi 
kata sambutan di acara itu.

Yang sebenarnya memberi sambutan di acara itu adalah wartawan senior sejaman 
Jusuf Ronodipuro (walau lebih muda usianya), yaitu Rosihan Anwar.
Ketika memberikan sambutan, Rosihan sempat memperkenalkan penyiar RRI jaman 
Jusuf Ronodipuro yang juga hadir malam itu,yaitu istrinya sendiri dan Mien 
Soedarpo-Wiranatakusumah.

Entah bagaimana Eva bisa mengira Rosihan adalah Sutan Takdir. Lafal namanya 
berbeda jauh, postur kedua beliau pun sangat berbeda, walau sama-sama orang 
Minang.

Tentang Auditorium Ronodipuro, di tempat itu, pada asalnya di jaman dulu 
terdapat Studio-5 RRI, yang juga sudah merupakan auditorium yang sangat dikenal 
para penggemar musik Jakarta saat itu. Namun sempat terbakar dan terbengkalai 
beberapa lamanya.
Sampai direnovasi Direksi RRI sekarang dan diresmikanmalam itu.

Malam itu, karya Mozart selain Symphony G Minor-nya yang disebut Eva (No.40 KV 
550), dimainkan juga Eine Kleine Nachtmusik, yang tentu saja buat penggemar 
musik klasik 'ringan', lebih dikenali.

Tapi... ini sudah tidak ada hubungannya dengan budaya tionghoa!
Jadi koreksi dan tambahan atas posting Eva kouwnio saya cukupkan sampai di sini.

Wasalam.

========================


  ----- Original Message ----- 
  From: sumamihardja 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, February 02, 2010 12:19 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Re: Kebangkitan Orkes Simfoni Jakarta Dan 
Peresmian Auditorium Jusuf Ronodipuro


    
  Tritsch-tratsch bukan karya Polka. Polka adalah aliran musiknya, hampir 
seperti balet, tapi lebih energik dan tariannya pun bukan membuai seperti 
balet, lebih menghentak seperti tarian Gypsi. TT dimainkan dengan irama Polka, 
yang menggubahnya adalah Johann Strauss, Jr.

  Radetzky March bukan dibuat oleh yang Jr. (II)), tapi oleh bapaknya, sang 
Johann Strauss (Sr.; I).

  Namanya Lie Eng Liong (Adidharma; 1930-). Dia hasil didikan Konservatorium di 
Amsterdam untuk kemudian ke Julliard School of Music di New York. Gurunya 
adalah Persinger yang juga mengajar Zubin Mehta, konduktor terkenal Israel. 
Spesialisasinya semula adalah biola sebalum nantinya aktif di RRI dan kemudian 
OSJ.

  Pada tempayan Raja Thung terukir kalimat,"Bila suatu hari dapat memperbarui 
dari, perbarui terus tiap hari dan jagalah agar baru selama-lamanya".

  Suma Mihardja


  ---------------------------------------------


  --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Eva Yulianti <beran...@...> wrote:
  >
  > Hari sabtu kemaren sengaja saya memuaskan diri dengan menghabiskan waktu 
untuk membaca novel kesayangan saya, ketika melirik jam sudah menunujukkan jam 
01.00, udah hari minggu, saya menyalakan TV, dan entah mengapa rasanya kok 
ingin buka channel TVRI, dan sungguh kebetulan yang menyenangkan.
  > 
  > Ternyata ada siaran tunda acara pagelaran orkes simfoni jakarta yang 
sekaligus peresmian auditorium Jusuf Ronodipuro yang dilaksanakan tepat dihari 
2 tahun kepergian Beliau yaitu tanggal 27 Januari 2008.
  > 
  > Beruntung saya ketinggalan sedikit acara tersebut, tampak Bapak Parni Hadi 
sedang memberikan sambutan, tampak di deretan kursi undangan yang saya kenal 
wajahnya diantaranya ada Ratu Kuis TVRI Ibu Ani Sumadi, kemudian tampak pula 
dubes Rusia beserta istri, Pak Adnan Buyung Nasution beserta Ibu Ria, dan yang 
paling penting tentunya sosok Ibu Jusuf Ronodipuro yang tetap terlihat cantik 
di usia senjanya yang didampingi oleh Putranya saya rasa, karena saya tidak 
kenal, hanya menerka-nerka karena wajahnya mirip dengan Bapak Jusuf Ronodipuro.
  > 
  > setelah selesai Pak Parni Hadi menyampaikan pidatonya, giliran pak Sutan 
Takdir Alisyahbana mewakili keluarga dan kolega dari Bapak Jusuf Ronodipuro 
menyampaikan sambutan yang juga sekaligus mengupas perjalanan kehidupan Bapak 
Jusuf Ronodipuro.
  > 
  > setelah itu adalah penanda tanganan prasasti auditorium yang ditanda 
tangani oleh Bapak Parni Hadi selaku dirut RRI, yang didampingi oleh Ibu Jusuf 
Ronodipuro yang tampak begitu terharu atas penghargaan kepada suami terkasih. 
  > 
  > kemudian acara disambung dengan persembahan lagu-lagu klasik sebagai 
conductor adalah Bapak Amir Katamsi.
  > 
  > lagu pertama yang dipersembahkan adalah Lagu Symphony No 40 Kv. 550 karya 
Wolfgang Amandeus Mozart, salah satu lagu klasik yang paling saya kenal baik 
dan sangat saya sukai. 
  > 
  > seketika saya begitu menikmati musik klasik indah itu, lagu kedua berlanjut 
dengan lagu THE PRAYER karya David Foster yang dinyanyikan secara duet oleh 
Aning Katamsi dan Christopher Abimanyu.
  > 
  > susul menyusul kemudian instrumen tritsch-Tratsch karya Polka, di sambung 
dengan penampilan solois sofran Aning Katamsi membawakan lagu "CITA RIA " 
dengan nada Sofran yang begitu bening, kembali Duet Aning katamsi dan 
Christopher menyanyikan AMIGOS PARASIEMPRE karya Andrew Llyold Webber, dan 
keduanya menutup dengan lagu TIME TO SAY GOODBYE karya Enrico Sartori.
  > 
  > Dipenghujung acara Orkes simfoni jakarta menutup dengan RADETZKY MARCH 
karya Johann Straus II.
  > 
  > Sungguh suatu persembahan yang sangat indah buat Putra terbaik bangsa ini, 
ucapan selamat sungguh layak di sampaikan kepada Yang Terhormat Keluarga Besar 
Bapak Jusuf Ronodipuro.
  > 
  > Keteguhan Beliau dan keberaniannya akan selalu menjadi inspirasi bagi 
seluruh Bangsa Indonesia.
  > 
  > bagaiman perjalanan tentang Orkes Simfoni Jakrta, inilah kutipan yang saya 
kutip dari koran tempo hari ini.
  > 
  > Orkes Simfoni Jakarta (OSJ) mulanya berasal dari Orkes Studio Djakarta ( 
OSD ), OSD dibawah kepemimpinan Syaiful Bahri memainkan khusus lagu-lagu 
Indonesia, hingga OSD pada saat itu menempatkan diri sebagai pusat perkembangan 
musik Indonesia.
  > 
  > OSD dibawah pimpinan Lie Eng Lion atau Andhi Dharma, bersama Praharayan 
Prabowo kemudian menjadi pengisi tetap acara musik klasikDi RRI dan Taman 
Ismail Marzuki.
  > 
  > OSD kemudia berganti nama menjadi Orkes Simfoni Jakarta (OSJ ) dibawah 
pimpinan Yudianto Hinupurwadi dan dilanjutkan oleh Amir Katamsi hingga sekarang.
  > 
  > Sebagai penutup rasanya ingin sekali mengenang Semboyan RRI yang dicetuskan 
oleh Bapak M. Jusuf Ronodipuro " Sekali di Udara TETAP Di Udara "
  > 
  > Teriring salam hormat dan Kasih untuk Keluarga Besar Bapak Muhammad Jusuf 
Rondipuro.
  > 
  > Salam,
  > Eva.

Kirim email ke