*\/**\/**\/**\/**\/**\/*
  S  E  L  A  M  A  T
HARI  NATAL 1998
           DAN
TAHUN BARU 1999
*+**+**+**+**+**+*


Artikel Eskol-Net
--------------------

Ketika Kejahatan Menimpa Orang-Orang Baik
Versus
Ketika Yang Baik Menjumpai Orang-Orang Jahat
Oleh: E. Nuban Timo

IV
 Orang-orang jahat menolak dan membinasakan "Yang Baik" yang da-tang pada
mere-ka. Menurut hukum sebab-akibat atau aksi-reaksi kita membayangkan
reaksi balik yang le-bih offensif dari pihak yang ditolak itu, yakni Allah.
Tapi yang terjadi tidak demikian. Allah tidak mem-buat perlawanan fisik
ketika Dia ditolak. Gigi ganti gigi tidak akan memecahkan ma-salah. Allah
tidak melakukan perlawanan external terhadap penola-kan orang-orang jahat.
Ia membuat perlawanan internal. Artinya external Allah berdiam diri tapi
internal Dia aktif meng-adakan perlawanan. Keputusan Allah berdiam diri
saat AnakNya disalibkan oleh orang-orang jahat bukan tanda kekalahan Allah.
Para pelaku dan penonton penyaliban berpikir Allah sudah kalah. Ia tidak
berdaya menghadapi orang jahat dan kejahatan. Kebaikan Yang Allah
rencanakan dan sedang buat dengan dunia sudah tamat. Apakah benar sudah
tamat?
 Event paskah membuktikan bahwa Allah tidak kalah, kebaikan tidak dapat
dimusnah-kan oleh orang-orang jahat. Kebangkitan menunjukkan bahwa Allah
aktif saat Dia berdiam diri. Keputusan berdiam diri Al-lah adalah satu
tindakan. Allah bertindak dengan cara berdiam diri. C.S. Song melukiskan
tindakan yang Allah buat dalam keputusanNya berdiam diri seba-gai "karuna"
(The Crucified People, Bab 5). "Karu-na" sebagai aksi berdiam diri Al-lah
punya dua arti. 1) Karuna adalah protes keras Allah terha-dap kejahatan.
Tapi "Karuna" (Allah yang berdiam diri) adalah juga the sign of pity.
"Karuna" adalah "infinite pity for all" (pei wu liang hsin). Sebagai "pity"
karuna 2) adalah seperti "a womb", rahim dalam mana kehidupan di cipta-kan,
dipelihara dan berkembang. Berdiam diri seperti ini adalah satu aktivitas,
the po-wer of life. God's silence at the cross of Jesus, kata Song, adalah
berdiam diri yang menghi-dupkan. Dengan berdiam diri Allah
menumbuh-kembangkan kehidu-pan. Kebisuan Allah di-hadapan para penghojat
dan pembunuh kehidupan ada kebisuan rahim seorang ibu yang memelihara dan
menumbuh kembangkan embrio kehidupan baru. Dan embrio itu ditetaskan pada
peristiwa paskah. Jadi Kebangkitan menye-rukan bahwa kebisuan Allah adalah
kebisu-an yang aktif. Ia adalah Tu-han atas kebisuanNya. Kebang-kitan
menerangkan bahwa upaya orang-orang jahat menghambat bahkan memusnahkan
kebaikan sia-sia. Kebang-kitan meng-atakan bahwa secara de iure kejahatan
dan upaya orang-orang jahat telah tamat (Yoh. 16:-33) dan dimulailah
penebusan dunia, kebaikan diinaugurate.
 Kemenangan kebaikan atas kejahatan adalah victori yang mutlak dan
definitif. Victori ini ditindak lanjuti dalam pendirian Gereja dan
penyatuan manusia kedalamnya. Gereja didiri-kan, manusia disatu-kan di
dalamnya bukan karena kemenangan itu belum sempurna tapi ka-rena Allah
tidak ingin sendiri menikmati kemenangan itu. Ia ingin melibatkan manusia.
Yang ditimpa kejahatan bukan Allah tapi manusia, karena itu kemenangan yang
Allah capai atas nama manusia harus dibe-rikan untuk dinikmati bersama
manusia supaya manusia tidak takut lagi terhadap kejahatan; supaya manusia
punya keberanian untuk men-galahkan keja-hatan yang masih punya sisa-sisa
kekuatan. Gereja dite-tapkan, manusia disatukan dalamny-a agar mereka pergi
memberitakan kemenangan kebaikan atas kejahatan  kepada orang-orang jahat
yang masih coba melawan. Gereja diberi kekuatan dan orang-orang yang
dis-atu-kan didalamnya diutus ke dalam dunia untuk menerima kekalahan
kejahatan dan berbalik mencintai kebaikan.
 Pertanyaan yang muncul: "Bagaimana sikap gereja terhadap orang-orang jahat
yang masih coba memberontak dengan sisa-sisa tenaga? Apakah sikap yang
harus diambil orang percaya menghadapi perlawanan dari orang-orang jahat
yang sudah kalah itu?"
 Beberapa hal perlu kita perhatikan untuk menjawab pertanyaan ini. Pertama,
Gereja bukan Yesus Kristus. Ia bukan "Yang Baik" yang Allah berikan pada
orang jahat. Ia adalah tanda dari kebaikan Allah kepada orang-orang jahat.
Memakai metafora Paulus, Gereja ada-lah Tubuh Kristus, tubuh duniawi dari
Yesus Kristus yang adalah kepala-nya. Sebagai tanda gereja menunjuk pada
apa yang ditandakan. Juga apa yang dia buat dan kerjakan harus
berorientasi, diarahkan dan ditentukan oleh Dia yang kepadaNya ia dipanggil
jadi tand-a. Da-lam pengertian metafora Tubuh, tindakan Tubuh ditentukan
dan berlangsung sesuai dan dalam ketaatan pada kepalanya.
 Kedua, orang-orang percaya adalah anggota dari tanda "Y-ang Baik" itu.
Mereka bukan "Yang Baik" itu. Mereka jadi tanda, ang-gota dari Tubuh itu
juga bukan karena kebaikan me-reka. Dari diri mereka sendi-ri mereka tidak
lebih dari orang-orang jahat, Homo pec-cator. Me-reka diangkat jadi tanda,
anggota Tubuh Kristus berdasarkan anuger-ah sema-ta-mata, sola gratia,
yakni karena mereka dibenarkan oleh Allah, homo iustus. Jadi sebagai tanda
dari "Yang Baik" yang Allah berikan kepada orang-orang jahat, orang percaya
tidak lebih dari homo pecca-tor et iustus. Anugerah Allah adalah conditio
sine qoa non dari sta-tusnya seba-gai yang dibenarkan. Ini berarti bahwa
tindak-tanduk dan perilaku kristen yang benar ialah Imitatio Christi,
meniru Yesus Kristus kepala dan Tuhannya. Ini point menentukan dalam
bi-cara ten-tang sikap homo peccator et iustus terhadap hommo peccator yang
belum sadar pembenaran dirinya dalam Jesus Kristus.
***
V
 Perhatian harus diberikan pada reaksi Yesus terhadap orang-orang jahat
yang meno-lak "Hal Baik" yang Dia bawa. Kita berharap Yesus mengada-kan
revolusi, tapi sebaliknyalah yang Dia buat. Karena itu Yesus, kata Barth,
me-nunjukan reaksi pasif conservatif superior. Yesus menerima dan
mengisinkan semua hal yang kita banyangkan Dia pasti akan tolak baik secara
prinsip maupun dalam praktek. Saya coba urai-kan itu satu persatu.
 Yesus mengakui Bait Allah sebagai Rumah BapaNya (Luk. 2:49) mes-kipun
tempat itu telah berubah jadi sarang penyamun. Dia menghargai Bait Allah
secara serius lebih dari orang Farisi dan Ahli Taurat. Dia beranggapan
bahwa seorang Israel yang beribadah harus  naik ke rumah itu untuk
mempersembahkan korban (Mat.5:23). Saat Ia datang ke Yerusa-lem, Dia tidak
mengajar di jalan-jalan tapi dalam Bait Allah (Mk. 12:35, 14:49). Dia
memulai pengajaranNya dalam Synagoge di Ga-lilea. Dia tidak memisahkan dari
dari tempat-tempat Ibadah (Mk.1:21, 3:3). Praktek ketaatan pada Taurat yang
memberatkan manusia juga dija-laniNya. Dia tidak menolak ketaatan pada
Taurat (Mat.5:17).
 Yesus memberi tempat yang pantas bagi hubungan kekeluargaan, nepos.
Menurut Luk. 2:51 Yesus memberi diri taat pada orang-tuanya. Dalam Mk. 7:11
Dia menegaskan bahwa kewajiban memperhatikan kesejahteraan ayah dan ibu
lebih utama dari semua ke-taatan pada atu-ran ibadah. Perhatian itu Ia
nampakkan saat Dia tergantung di salib (Yoh. 19:-26).
 Perlu juga dicatat bahwa kita tidak pernah melihat Yesus berkon-flik
secara langsung dengan tatanan dan kewajiban ekonomi pada masa-nya. Dia
mengangkat praktek memanggil pekerja harian sebagai salah satu perumpamaan
menjelaskan kerajaan Allah. Dalam Lukas 16:1 dst Dia berbicara tentang
penghargaan yang diberikan kepada bendahara yang tidak jujur, yang licik
menyalah gunakan jabatannya. Pada orang yang meminta Dia mengatur
pem-bagian warisan antara dia dan saudara-nya, Yesus menolak berlaku
sebagai hakim da-lam hal itu (Luk. 12:13). Dalam Lukas 16:9, 11 Kita
diminta Yesus mengikat persahabatan dengan ma-mon. Ini tentulah bukan
undangan untuk mempertahankan dan memperbe-sar pemilikan harta selihai
mungkin.
 Dalam bidang politik, Yesus mengakui kekuasan politik waktu itu, meskipun
bersifat menjajah dan menindas. Kitab-kitab Injil tidak kita mentatakan
apapun penolakan Yesus terha-dap pemerintahan Roma atau Herodes. Dia
mengambil sikap toleransi terhadap aturan-aturan kenegaraaan pada masaNya.
Dia juga menganjurkan murid-muridNya buat hal itu. Dalam Matius 26:52 Dia
ti-dak isinkan Petrus memberi perla-wa-nan pada pengawal Sanhen-drin. Dia
tidak melibatkan diriNya dalam urusan partai apapun yang ada, apakah itu
partai keagamaan (Farisi, Essen, Saduki) atau partai politik (Zelot,
Herodian, dst). Dia juga tidak melawan partai-partai ini. He did not
represent or defend or champion any programme, whe-ther political,
economic, moral or reli-gious, whether conservative or progressive. Dia
menja-ga kebebasan diriNya, dan para pengikutNya dari keberpihakan pada
partai manapun.
 Data-data ini benar, tetapi kita akan berlaku tidak adil terhadap
kesak-sian PB jika kita berhenti di sini. Sikap pasif konservatif ini Dia
buat dalam posisiNya sebagai yang superior. Peng-hargaanNya pada Bait Allah
adalah untuk menunjukkan pada orang Farisi bahwa ada yang le-bih besar dari
the temple (Mt. 12:6). Dia membayar pajak Baith Allah untuk diriNya dan
Petrus bukan karena merasa wajib tapi sebagai pro-tes (Mt. 17:24 dst).
 Dia menempatkan relasi nepos (keluarga) pada tempat yang pantas, tapi juga
menye-rang praktek nepotism. Dalam Markus 3:31f Dia memberi jawaban berikut
kepada ibu dan saudara-saudaraNya yang mendesak Dia pulang: "Siapa ibuKu
dan siapakah saudara-sau-daraKu?" Lalu Ia meman-dang sekelilingNya dan
berkata: "Ini ibuKu dan saudara-saudaraKu. Barangsiapa melakukan kehendak
Allah, Dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu pe-rempuan, dialah
ibuKu." Perkawinan di Kana (Yoh. 2) Juga mencontohkan perlawanan Ye-sus
terhadap praktek Nepo-tisme. Kepada orang yang mau mengikut Dia tapi minta
isin mengucap-kan sela-mat dengan orang-tuanya, dan menguburkan mereka
Yesus mengu-cap-kan kata yang keras sekali (Luk.9:59 dst.).
 Dia memberi diri tunduk dalam aturan-aturan ibadah. Tapi menun-jukkan
diriNya seba-gai yang berkuasa dalam ketaatan itu. Ini jelas dari isin yang
Ia berikan pada murid-muridNy-a utnuk tidak berpuasa (Mk 2:18). Dia bekerja
pada hari Sabath dan membiarkan murid-murid-Nya mengikuti contohNya
(Mk.2:23, 3:1, Yoh. 5:1, 9:1).
 Dalam lapangan politik superiotiasNya dalam ketaatan terhadap orde politik
juga jelas disingkapkan. Dia menyebut Herodes "seriga-la" (Luk. 13:32) dan
menolak penyembahan terhadap Kaiser sebagai Anak Allah (Mk. 12:13).
 Dialektika sikap Yesus terhadap tatanan bermasyarakat masaNya adalah kunci
kekua-tan Dia. Karena memberi taat pada nilai-nilai yang berlaku tapi tetap
menjaga jarak Yesus mengetahui kekurangan nilai-nilai itu dan mampu memberi
kritik dan koreksi demi perbaikan. C.S. Song menamakan sikap Yesus terhadap
situasi masaNya: "Politik Ular Etika Merpati." Yesus memang dibenci,
ditangkap dan diadili bahkan dipaku di kayu salib karena "politik ular
etika merpati" yang Dia tunjukkan. Ini menjadi tanda bahwa gerak-gerik
Yesus dilihat seba-gai ancaman. Yesus disegani. Sikap non-coopertative
Yesus dengan semua partai yang ada dan keberpihakanNya pada kebenaran
Allah, bagi saya adalah satu kunci kelangengan aja-ranNya. Hal itu pula
yang membuat Dia seorang revolusioner yang lebih radikal dari mereka yang
datang sebelum atau sesudah Dia.


VI
 Sekarang kita sekarang harus memberi jawaban pada pertanyaan: "Bagaimana
sikap gereja terhadap orang-orang jahat yang masih coba memberontak dengan
sisa-sisa tenaga? Apakah sikap yang harus siambil orang per-caya menghadapi
perlawanan dari orang-orang jahat yang su-dah kalah itu?"
 Jawaban yang mau saya berikan di sini ialah imitatio Christi. Artinya
gereja harus tetap dalam posisi independen terhadap semua par-tai dalam
masyarakat. Ini bukan prinsip yang men-cegah gereja dari partisipasi yang
pro-aktif dalam mengusahakan perbaikan dan kesejahteraan masyarakat dalam
negara. Sebaliknya, seperti kepalany-a, gereja harus meng-embangkan sikap
pasif superior, atau seperti kata C.S. Song gereja harus mem-perli-hatkan
"Karuna". Ia harus terli-bat dalam tatanan-tananan kemasyarakatan sekaligus
menja-ga jarak atau memberi kritik terhadap tatanan-tatanan itu. Gereja dan
orang percaya tidak harus membenci orang-orang jahat, menangkap, mengadili
dan menyeret mereka ke penja-ra. Gereja bukan saja tidak bisa, tapi tidak
boleh buat begitu. Yang gereja harus buat ialah menjumpai orang-orang jahat
itu, membangun persaudaraan dengan mereka atas dasar ka-sih lalu menegur
mereka. Gereja dan orang kristen harus men-jadi seperti ular (bisa
menero-bos masuk ke kelompok mana saja dan memberi gigitan yang mematikan)
tetapi harus tetap menjadi seperti merpati (setia pada Tuhan yang
dilayaninya dengan tidak berpihak pada yang lain kecuali pada Tuhan).
Gereja harus bersuara, menyeruk-an protes terhadap kejaha-tan-kejahatan.
Gereja harus mende-sak orang-orang jahat meng-hentikan ke-jahatan mereka.
Protes sendiri memang baik tapi ti-dak berguna jika tidak diikuti dengan
mengajukan jalan keluar. "Karuna" adalah teria-kan protes Allah terhadap
kejaha-tan ma-nusia. Song menu-lis It is not just anger. It is not simply
grief. It is not merely protest. It, above all, must be pity, karu-na, the
ma-trix, the womb, engaged in the creation of life and nou-rishment og it.
In that si-lence of the womb, pity (karuna) struggles to empower the embryo
of life for the day of ful-filment (The Crucified, 119). Inilah seharusnya
re-aksi orang-orang baik ketika kejahatan da-tang atas mereka.
 Politik ular etika Merpati bukan berarti tidak bakal dapat tan-tangan.
Gereja dan orang kristen bisa ditangkap, diadili dan dipen-jarakan. Bahkan
dipaku di kayu salib. Menghindari kemungkinan ini berarti menghindari
imitatio Christi yang berarti gereja dan orang kristen berhenti jadi gereja
dan jadi orang kristin.
 Sekali lagi, jika orang-orang jahat menunjukkan sikap memusuhi "Yang Baik"
yang Al-lah berikan kepada mereka, gereja dan orang kris-ten harus bersikap
"karuna" terhadap orang-orang jahat yang memusuhi "Yang Baik" yang mereka
tandakan dan yang tercakup dalamnya diri mereka juga.

Selamat berjuang dalam ketaatan bagi kemuliaan nama Tuhan!



"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke