Artikel Eskol-Net
=============

“Dosa-dosa Yerusalem”  di Indonesia ?
Oleh: Augustinus Simanjuntak


 Situasi negara Indonesia akhir-akhir ini semakin tidak menentu saja.
Munculnya banyak partai malah membuat masyarakat semakin bingung. Paling
parah lagi ialah, tidak ditemukannya lagi sosok pemimpin yang mempunyai
otoritas di negeri ini. Hal ini tidak lepas dari posisi tokoh-tokoh
nasional yang berdiri di atas berbagai golongan masyarakat dengan visi dan
kepentingan politik yang berbeda pula. Walaupun secara eksplisit tidak
nampak adanya persaingan elit, namun secara implisit hal itu sudah terjadi.
Ada yang menggunakan politik kotor, karena kemungkinan kekurangan dukungan
massa, dan ada juga yang berpolitik dengan berada pada jalur realitas
keinginan masyarakat.
 Yang terjadi malah berlomba-lombanya tiap pihak untuk mendapatkan manfaat
praktis bagi kepentingan yang sempit, yaitu kepentingan individu dan
golongan. Gejala semacam inilah yang tentu bisa mengancam integritas
bangsa.  Hariadi Darmawan (Ketua Umum Iluni ) melihat bahwa ketika
moralitas makin luntur yang ditandai dengan meningkatnya kriminilitas, para
tokoh justru bicara sendiri-sendiri untuk kepentingan golongan.
 Selanjutnya, dari segi kriminal politik , sebagaimana disinyalir oleh
tokoh besar Nahdatul Ulama (NU), Gus Dur, bahwa dibalik kasus pembantaian
berkedok ninja di Banyuwangi, Malang, Jember, dan kota-kota lainnya di Jawa
Timur melibatkan anggota kabinet reformasi (Kabinet Habibie), hingga Gus
Dur sudah menyebutkan inisial Menteri tersebut, yaitu ES. Kalau sinyalir
Gus Dur ini betul-betul terjadi, berarti semakin lengkap sudah cara-cara
kekerasan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu di negeri ini untuk
mencapai suatu kepentingan politiknya.
Memang selama rezim Orde Baru berkuasa sudah merupakan “tradisi” penggunaan
cara-cara kekerasan, baik untuk mempertahankan status quo maupun
mempertahankan kepentingan penguasa. Sehingga ada yang beranggapan bahwa
masyarakat justru belajar dari kekerasan yang dicontohkan oleh penguasa.
Mulai dari kasus Marsinah, Kasus Udin, kasus penggusuran tanah, kasus
pembunuhan penduduk di Aceh, kasus Timor-timur, kasus Irian Jaya, kasus
Tanjung Priok, kasus penculikan para aktivis, dan sebagainya. Belum lagi
kasus pengrusakan rumah ibadah. Dosa negeri ini bertambah lagi ketika 400
lebih gereja dirusak dan dibakar, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa
pada kasus Situbondo beberapa waktu yang lalu. Tidak ketinggalan pula kasus
yang terkenal sampai ke luar negeri, yakni kasus kerusuhan bulan Mei 1998
yang diikuti dengan kasus pemerkosaan dan pembunuhan etnis Cina di Jakarta.
Kemudian kasus Semanggi, Ketapang, Kupang, dan sebagainya.  Sungguh
mengerikan.  Kekerasan sebelum dan sesudah kasus Dukun Santet/Ninja
tersebut sebagian besar digolongkan sebagai dosa yang terjadi ketika di
negara ini masih ada otoritas kekuasaan, walaupun suatu otoritas yang amat
otoriter dan banyak dibumbui dengan praktek Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme
(KKN).
Berbeda dengan kekerasan yang terjadi pasca lengsernya Soeharto,
masing-masing kelompok petualang politik’ baik yang kemungkinan berasal
dari kalangan pemerintah lama dan yang sedang berkuasa, maupun yang lahir
dari golongan masyarakat, sudah mempunyai motif perebutan kekuasaan. Tidak
adanya otoritas ini bisa menimbulkan kekacauan. Apabila salah satu tokoh
naik menjadi pemimpin nasional, maka kemungkinan tokoh yang satu tidak akan
setuju, sehingga dimungkinkan di masa mendatang akan terjadi persaingan
ketat di kalangan elit politik. Dampaknya, akan terjadi perpecahan di
kalangan lapisan bawah, di antara pendukung masing-masing tokoh.

Bersambung...


"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke