*********************************** Bila anda mampu berpikir kritis analisis, Manfaatkan ruang "Artikel" Eskol-Net Untuk menuangkan ide dan gagasan anda! Kirimkan ke [EMAIL PROTECTED] ***Jangan sia-siakan talenta anda**** ********************************** Artikel Eskol-Net ============= "Akibat Makan (Rohani) tidak Teratur" Oleh: Augustinus Simanjuntak Salam Sejahtera, Manusia pada umumnya manusia makan tiga kali sehari meskipun karena mungkin lagi krisis ekonomi ada yang sehari cuma dua kali sehari, atau bahkan sekali dalam sehari. Yang jelas, manusia minimal makan sekali dalam sehari agar bisa hidup dan bertumbuh dengan sewajarnya. Seorang bayi yang baru lahir membutuhkan zat makanan untuk pertumbuhannya. Makanan bayi akan mempengaruhi pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya. Tetapi bila kita coba mengamati pola konsumsi makanan (rohani) sebagian anak-anak Tuhan justru terdapat suatu keanehan. Manusia selalu menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani berupa ferkuensi makan tiga kali sehari, bahkan lebih. Sedangkan sebagaian umat yang percaya kepada Kristus tidak menuntut makanan rohani (Firman) seperti halnya tuntutan akan makanan jasmaniah tadi. Banyak jemaat yang makan rohani sekali seminggu saja, yaitu setiap Hari Minggu. Pendeta secara rutin mempersiapkan kebutuhan jemaatnya untuk setiap Hari Minggu, setelah itu terserah pada jemaat apakah di hari-hari biasa belajar Firman Tuhan atau tidak. Lebih parah lagi apabila ada jemaat yang jarang ke gereja, berarti tambah jarang lagi dia belajar Firman. Coba kita bayangkan kalau manusia hanya makan jasmaniah hanya sekali seminggu pasti sudah meninggal. Persoalannya sekarang ialah, bagaimana dampak yang dirasakan oleh umat yang jarang belajar Firman berhari-hari atau berminggu-minggu ? Akibat yang terjadi ialah: pertumbuhan rohani yang lamban, bahkan terus mengalami degradasi dalam hal semangat pelayanannya. Bisa saja pelayanannya tetap tampak eksis dan semangat tetapi dengan motifasi lain. Motifasinya macam-macam, misalnya tidak ingin dicap sebagai pemalas; motifasi untuk mendapat kehormatan di gereja dengan menduduki posisi tertentu; bahkan ada yang bermotif untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomis dari gereja, dan sebagainya. Pertumbuhan rohani yang terganggu akan tampak dalam sikap, pola hidup dan perilaku, serta kesaksian hidupnya di tengah-tengah jemaat dan masyarakat. Tidak jarang kita melihat anggota majelis jemaat (penatua) yang merokok sebelum atau sesudah acara ibadah gereja. Ada juga sebagai peminum hingga mabuk. Jangankan penatua, pendeta pun tidak jarang yang melakukan penyelewengan hingga menjadi batu sandungan bagi jemaatnya. Apa yang harus kita lakukan ? Hati-hatilah terhadap godaan si setan. Iblis selalu bekerja dengan tipu muslihat. Apabila di waktu pagi hari kita berpikir bahwa tidak ada waktu untuk bersekutu dengan Tuhan atau belajar Firman, sungguh itu tidak berasal dari petunjuk Tuhan melainkan berasal dari si iblis. Begitu juga di waktu-waktu yang lain. Umat Tuhan sangat membutuhkan bekal rohani untuk hidup guna keperluan pertumbuhan imannya. Sehingga tingkat kedewasaan rohaninya semakin tinggi dan semakin dipakai oleh Tuhan untuk mewujudkan rencanaNya. Perlu kita ingat bahwa sumber makanan rohani di dunia ini ada dua: 1. Makanan Rohani yang bersumber dari Tuhan (Firman) 2. Makanan rohani yang bersumber dari iblis berupa godaan untuk berbuat dosa, melahirkan hawa nafsu kedagingan. Dua unsur rohani di atas merupakan dua hal yang sangat bertolak belakang. Di satu sisi bekal rohani dari Tuhan membawa manusia ke arah kepuasan yang bersifat kekal, yaitu hidup dalam ketergantungan kepada Allah, hidup dalam kekudusan dan penuh pengharapan dan kebajikan. Di sisi yang lain bekal rohani yang bersumber dari si iblis membawa manusia ke arah kepuasan yang bersifat sementara dan semu, yaitu hidup dalam ketergantungan kepada hawa nafsu kedagingan belaka, hidup dalam kenistaan/dosa, cenderung untuk berbuat dan berpikir jahat, dibarengi dengan kebimbangan hidup karena tidak tahu apa yang menjadi tujuan hidupnya. Masih banyak orang, walaupun sudah percaya pada Kristus namun hidupnya masih ketergantungan kepada hal-hal duniawi, sekedar memuaskan nafsu kedagingan. Imannya masih suam-suam kuku. Oleh karena itu, sudah saatnya umat Tuhan melepaskan hal-hal berikut ini : 1. Bayangan "tuan" duniawi (harta kekayaan, jabatan, kehormatan dan sebagainya) selalu membuatnya khawatir akan hidupnya di masa mendatang. Ia belum menyerahkan hidupnya sepenuhnya kepada "Tuan" yang sesungguhnya, yaitu Kristus. 2.Pola pemikiran "waktu itu adalah emas". Sehingga ada keengganan untuk menyisihkan waktu buat Tuhan. Tuhan ingin memproses umatNya menuju kesempurnaan yang Dia kehendaki. Tetapi kalau tidak ada kemauan dari manusia untuk membekali dirinya dengan Firman Tuhan, dengan bekal apakah ia diproses ? Semoga Tulisan ini berguna bagi saudara-saudaraku sekalian TUHAN YESUS Memberkati. Amin "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l
[Eskol-Net]- Akibat Makan (Rohani) tidak Teratur
Buletin Elektronik Eskol-Net Thu, 14 Jan 1999 11:17:24 -0500