`````````````````````````
H O T   S P O T
[EMAIL PROTECTED]
^*^*^*^*^*^*^*^*

Hasil Penelitian Fisipol UGM
2001, Negara Gagal Atasi Konflik
``````````````````````````````````````````
Reporter: Bagus Kurniawan
detikcom - Yogyakarta, Eskalasi konflik dan kekerasan yang menimpa negeri
ini terus semakin meningkat. Adapun isu-isu ledakan konflik dan kekerasan
lebih banyak berkisar pada persoalan kesenjangan sosial, SARA, separatisme
hingga pelanggaran HAM oleh aparat negara.

Selama tahun 2001 itu hampir semua peristiwa kekerasan dan konflik tak
pernah terselesaikan. Hal itu merupakan bukti nyata bahwa negara dan
masyarakat sipil secara substansial telah gagal dalam mengelola konflik.

Hal itu merupakan sebuah rumusan hasil penelitian dari Fisipol UGM bersama
Depsos RI, yang disampaikan kepada wartawan seusai acara semiloka
"Merumuskan Agenda dan Rencana Aksi untuk Perdamaian dan Integrasi Sosial"
di Hotel Radisson Yogyakarta, Rabu (12/12/2001).

Menurut salah satu tim peneliti Lambang Triyono, risiko dan kerawanan akan
muncul bila konflik dan kekerasan itu terus dibiarkan berlarut-larut tanpa
penanganan secara cepat dan sistematik. Hal itu, bukan mustahil akan
melahirkan dampak berantai pada sektor ekonomi, sosial, politik dan budaya.

Misalnya kelambanan pemulihan stabilitas ekonomi, sulitnya pembentukan
kembali solidaritas sosial, munculnya ketidakpastian politik serta
terjadinya erosi kultur sebagai media perekat yang akan terus membayanginya.
Selain itu secara akumulatif dikhawatirkan akan cenderung mengikis keutuhan
bangsa dan lama kelamaan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga
semakin memudar. Sementara itu kohesi sosial yang dibangun dalam landasan
struktural dan ikatan kultural pada semua tingkatan akan terkoyak.

Menurut Lambang, sampai tahun 2001 ini semua peristiwa konflik dan kekerasan
terjadi karena salah satunya bersumber adanya ketidaktepatan peran negara
dalam mengatur dinamika sosial yang akhirnya memicu konflik. Namun di sisi
lain, masyarakat sipil secara realitas masih lemah dalam mengelola konflik.

"Bahkan masyarakat sangat rentan bila terjadi perselisihan diantara mereka,
serta tingkat ketergantungan yang tinggi dari sipil terhadap negara sehingga
tak memiliki kemandirian," katanya.

Untuk itu, Lambang menyarankan agar pemerintah sebagai aparat negara ikut
bertanggung jawab dalam memberikan jaminan keamanan dan kesejahteraan
warganya. Namun sayangnya negara nyaris selalu keliru hadir dan memainkan
dirinya dalam konteks konflik sosial.

Sementara itu, Dr Pratikno menambahkan negara harus merubah paradigma, dari
konflik sebagai ancaman menjadi konflik sebagai basis komunikasi dan kohesi
sosial. Sementara itu penghargaan atas pluralisme sebagai realitas sosial
dalam kerangka demokratisasi harus dilakukan.

Perubahan paradigma ini dapat dijadikan sebagai landasan dasar dalam rangka
mengatur kebijakan hubungan negara dengan masyarakat di masa depan. Negara
harus memfasilitasi terbentuknya aturan main yang demokratis yang bertujuan
agar mampu menjamin keadilan dan kesejahteraan masyarakatnya.

Pratikno mengatakan peranan negara dalam mengelola konflik yang perlu
diperhatikan bahwa ketika konflik belum mengarah pada tindakan kekerasan
maka negara wajib memfasilitasi penyelesaian konflik sebagai bentuk
pencegahan terjadinya perluasan konflik dan kekerasan.

Saat konflik mengarah pada tindakan nyata berupa kekerasan maka cara mediasi
perlu dilakukan untuk mencipatakan perdamaian. Selanjutnya jika ada
kecenderungan konflik kian meluas dan mengarah pada kekerasan kolektif
sehingga mengancam masyarakat sipil dan kedaulatan negara maka peran
negosiatif negara secara aktif menjadi penting dilakukan.(san) www.detik.com

"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
Bank Danamon Cab. Ambengan Plaza Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc.No. 761.000.000.772
atau
BCA Cab. Darmo Surabaya,
a.n. Martin Setiabudi Acc. No. 088.442.8838
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke