Kak Very, Kak Fadly T., dan teman2 milis GM2020,
Mohon bantuannya memberikan informasi tentang metodologi penelitian untuk 
mengetahui spesies yang terancam punah.
Trims.

Maroko, 24 Feb 2008,
Fany Salamanya,
Pingin membawa cewek Maroko ke Gorontalo...hihi..



----- Pesan Asli ----
Dari: verrianto madjowa <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Terkirim: Minggu, 24 Februari, 2008 16:07:28
Topik: [GM2020] Re: Tarsius = Mimito

salam,

dibawah ini ada tulisan lama (1995) di majalah
Pancaroba, mengenai banjir dan emas di panua. 

Tarsius nama lokal gorontalo: mimito. Kalau nama lokal
tarsius=tenthelenga , saya salah menulis nama lokalnya.


verri

============ =

Majalah Pancaroba, Musim Tanam 1995

Jeritan Danau Limboto, Pijar Emas di Panua 

Antara 16-31 Agusus ’95 Verrianto Madjowa mengunjungi
Gorontalo dan sekitarnya. Inilah sebagian oleh-oleh
untuk pembaca Pancaroba.

Kondisi Danau Limboto, ibarat buah simalakama, ditelah
ibu yang mati tak ditelan bapak yang menjadi korban.
Sebagai daerah penghubung antara Manado, Sulawesi
Utara dan Palu, Sulawesi Tengah, Gorontalo cukup
strategis dalam perdagangan dan kegiatan yang
menunjang kehidupan. Paling tidak, daerah penghasil
kerajinan kerawang ini memiliki potensi yang dapat
digarap penduduk dan usaha lainnya.

Namun, potensi sumberdaya alam seperti hasil hutan,
tanah yang subur untuk bercocok tanam, bahan galian
tambang emas, jenis ikan karang dan ikan laut lepas
(di Teluk Tomini dan laut Sulawesi) seperti tak lagi
menjanjikan harapan. Ini bukan lantaran penduduknya
tak mampu menggarap potensi yang tersedia. Melainkan
sebagian sumberdaya tersebut telah diperuntukkan bagi
peningkatan usaha (ekonomi) yang tak terkendali (tanpa
kontrol lingkungan untuk masa depan).

Bukan hanya penduduk yang berjumlah 721.255 jiwa (pada
tahun 1992) mendapat tekanan, satwa endemik Sulawesi
yang dilindungi undang-undang juga mengalami nasib
yang sama. Fauna yang kehidupannya tergolong langka:
Buulu tutu (anoa, Bubalus depessiconis) , babi hutan,
babi rusa (Babyrousa babyrussa), dihe (monyet
Sulawesi, Macaca hecky), mimito (Tarsius spp), panua
(burung maleo, Macrocephalon maleo) kini mulai terusik
di habitatnya.

Danau Limboto dan DAS Bone Bolango

Tak dapat dipungkiri, Danau Limboto yang berada di
jantung Gorontalo (Kabupaten dan Kotamadya Gorontalo)
dan DAS Bone Bolango merupakan tulang punggung utama
kehidupan 65 persen penduduk Gorontalo. “Kondisi
sosial ekonomi daerah ini tergolong penduduk pra
sejahtera, sedangkan keluarga sejahtera III kurang
dari 5 persen dari seluruh penduduk yang mayoritas
mempunyai sumber penghidupan dari bertani. Di mana 43
desa tertinggal yang berada dalam satu wilayah sungai
Limboto Bone,” kata Imam Nooriman, Bupati Kepala
Daerah Tingkat II Gorontalo.

Desa-desa yang sangat tergantung dari keberadaan Danau
Limboto dan DAS Bone-Bolango ini sedang mengalami
bencana banjir berkepanjangan. Hujan yang mengguyur
daerah Gorontalo – yang sepatutnya sangat disyukuri –
untuk mengairi sawah dan ladang, malah memberi peta.
Banjir!

Selama sebulan (akhir Juli sampai awal September)
sawah, ladang dan pemukiman penduduk di sekitar danau
digenangi air. Bersamaan dengan itu, Sungai Bone yang
berhulu di Suwawa memuntahkan buih yang mengakibatkan
sebagian Kotamadya Gorontalo mengalami musibah
tergenang air. Kelurahan Ipilo, Tamalate, Padebuolo,
kampung Bugis dan Tenda selama Agustus dua kali
terkena banjir.

Hujam terus mengguyur Gorontalo. Suplai air dari
sungai ke Danau Limboto tak terbendung lagi. Air danau
meluap. Muntahannya mengairi daerah sekitar dana,
terus ke DAS Bone Bolango. Kelurahan Lekobalo, Limba,
Biawao, Siendeng dan Biawu lagi-lagi digenangi air.
Desa-desa di sekitar danau juga mengalami hal serupa.
Padahal, biasanya pada bulan Juli dan Agustus di
daerah Gorontalo jarang terjadi hujan karena memasuki
musim pancaroba.

Apa penyebab banjir dan meluapnya Danau Limboto?
Jawaban klasik yang sering didengar adalah erosi,
sedimentasi, penebangan pohon, perladangan berpindah.
Bagaimana dengan pendangkalan danau itu sendiri?
Memang Danau Limboto sekarang mengalami krisis
pendangkalan yang paling dramatis. Sampai tahun 1993,
kedalaman danau rata-rata tinggal 1,8 meter dengan
luas 3.022,5 hektare. Padahal, tahun 1934 kedalamannya
14 meter dengan luas 7.000 hektare (lihat tabel).

Tabel perkembangan pendangkalan Danau Limboto sejak
tahun 1934 sampai tahun 1993.

No Tahun Kedalaman (m) Luas (Ha)
1 1934 14 7.000
2 1950 12,27 6.873
3 1952 7 5.000
4 1970 4,5 4.500
5 1975 3,5 3.500
6 1982 2,5 3.362
7 1993 1,8 3.022,5

Sumber: Kanwil Kehutanan Sulawesi Utara, 1995

Menurut Whitten, dkk (1987) dalam buku Ekologi
Sulawesi, Danau Limboto mengalami penurunan hasil lima
kali lebih rendah dengan terjadinya pendangkalan.
Tidak cukup tersedia data untuk dapat menyatakan
dengan sedikit kepastian saja bahwa hal itu karena
proses pendangkalan atau sebagai akibat penangkapan
ikan yang berlebihan.

Sude Nasaru, salah seorang penduduk yang bermukim di
sekitar Danau Limboto mengatakan,”Sudah lima tahun
terakhir ini, kami sudah terbatas menangkap ikan.
Apalagi, kalau musim kemarau, tiap kali ke danau
untung-untungan bisa mendapatkan sampai sepuluh ekor.”
Sekarang pun ikan yang ada, hanya dari karamba. Dulu,
jenis ikan yang melimpah di tempat ini antara lain,
ikan gabus, ikan jawa (mujair), huluu, tola, otili
(belut), ikan seribu, mangga bai, ketang (kepiting)
dan dumbaya.

Danau Limboto yang termasuk tipe danau genangan ini
ditumbuhi makrofita atau tumbuhan air yang besar.
Antara lain yang tenggelam dari suku Hydrocharitaceae
jenis Hidrila verticillata. Tumbuhan ini tenggelam di
dasar danau. Tumbuhan air besar yang terapung dari
jenis Salvinia auriculata. Beberapa jenis tumbuhan ini
dan jenis lainnya secara langsung atau tidak juga
mempercepat proses pendangkalan. Meski pun berfungsi
sebagai substrat untuk mikroorganisme, dan merupakan
sumber makanan dan lindungan bagi ikan-ikan, namun
laju pertumbuhannya sangat cepat.

Karena itu, pihak pemerintah daerah awal 1995 pernah
mengadakan pembersihan dengan mengangkat gulma
tersebut dari habitatnya. Namun, karena akarnya tidak
terangkat hanya dalam waktu beberapa minggu tumbuhan
tersebut kembali menjamur dan hidup di sekitar danau.

Imam Nooriman mengemukakan Pemda Gorontalo telah
berketetapan bahwa perlunya melestarikan Danau
Limboto. Hal ini dengan alasan, sebagai sumber air
baku, lokasi perikanan darat yang mendukung mata
pencaharian penduduk, serta Danau Limboto menyimpan
potensi pariwisata dan cagar budaya daerah. Untuk itu,
Pemda memandang perlu mengusahakan pelestarian danau,
dari segi manajemen dengan penataan, penguasaan dan
penataan lingkungan, yang mengacu pada master plan
yang dilaksanakan soleh suatu lembaga yang memadai.

Danau yang diinginkan tetap lestari ini akan ditempuh
dengan langkah pelestarian sumber-sumber mata air,
pembuatan dam pengendali dan kantong mata air,
pembuatan ring belt dan green belt, serta pengerukan
danau. Apabila bangunan pengendali banjir dapat
direalisir pada daerah hulu, berupa waduk, yang akan
dimanfaatkan juga sebagai cadangan air pada musim
kemarau, serta bangunan pengendali sedimen, penataan
daerah hilir, sekitar muara sungai, terutama bagi
Kotamadya Gorontalo.

Emas di Panua

Cagar Alam Panua di Gorontalo (sekitar 520 kilo meter
dari Manado ibukota Provinsi Sulut) memang tidak
sepopuler Cagar Alam Tangkoko Batuangus di Bitung.
Namun, potensi sumberdaya alamnya tidak kalah menarik.
Nama ”Panua” diambil untuk cagar alam ini karena di
lokasi tersebut memang banyak terdapat burung maleo.
Dalam bahasa lokal setempat (Gorontalo) panua berarti
burung maleo (Macrocephalon maleo).

Sedangkan potensi emas di Marisa sudah lama diketahui
oleh penduduk setempat. Awalnya, dalam mencari emas
hanya dilakukan dengan cara yang sederhana, yakni
pendulangan langsung dari sungai. Butiran-butiran
pasir yang mengalir di Sungai Taluduyunu, misalnya
mengandung emas.

Waktu pun terus belalu. Lahan pertanian masih dapat
digarap sebagaimana mestinya, namun terdesak unuk
mencukupi kebutuhan. Sementara hasil pertanian tidak
seperti yang diharapkan. Maka berbondong-bondong
penduduk setempat mencari lokasi tambang emas. Gunung
Pani, Gunung Baginite, Gunung Ilota Kiri dan Gunung
Ilota Kanan di Kecamatan Marisa dan Gunung Langge
(Nangka) di Kecamatan Paguat kini tengah ramai dengan
usaha pertambangan emas.

Menurut Kepala seksi KSDA Gorontalo Syamsi Antula,
lokasi pertambangan masuk kawasan Cagar Alam Panua.
Ini melalui SK Menhut nomor 252 Kpts-II/1984. Pada
1990 Menteri Kehutanan mengeluarkan keputusannya lagi
bernomor 171 Kpts-II/1990, sebagai kawasan suaka
margasatwa dengan fungsi cagar alam. ”Sebagaimana
fungsi kawasan di dalam lokasi cagar alam tentunya
tidak diperbolehkan melakukan pemanfaatan. Namun dalam
praktek di lapangan kawasan cagar alam ini menjadi
lokasi pertambangan emas,” katanya.

Potensi emas di Panua tak hanya mengundang penduduk
Gorontalo mencari keberuntungan. Tapi, penduduk dari
Tasikmalaya (Jawa Barat), Kalimantan Timur,
Ujungpandang (Sulawesi Selatan), Toli-toli (Sulawesi
Tengah), Minahasa dan Bolaang Mongondow (Sulut), juga
mencari keberuntungan di sana.

Sekitar seribu lebih penduduk luar Marisa yang ikut
menambang emas. Sampai pertengahan tahun (1995) ini,
kegiatan tambang emas di Marisa telah meminta korban
25 orang. Mereka ini terkena longsoran tanah dan
batu-batuan saat melakukan kegiatan tambang. Jumlah 25
orang yang meninggal di lokasi ini adalah mereka yang
tercatat (melapor) sebelum berkegiatan kepada KUD
Dharma Tani,” kata Fredi Adam, mahasiswa jurusan
Antropologi FISIP Universitas Sam Ratulangi Manado.
Sedangkan yang tidak melapor cukup banyak yang menjadi
korban. Mereka yang tidak mendaftar bias disebut
”kabilasa”.

Tahun 1994 memang merupakan peralihan mata pencaharian
dari bertani ke pertambangan emas. Selain melakukan
penambangan, ada juga yang bedagang makanan, rokok,
sepau, baju dan lainnya. Lokasi yang dulunya hanya
ditumbuhi pepohonan ini seperti sebuah perkampungan
besar.

Bagi yang berkegiatan di lokasi tambang, pihak KUD
Dharma Tani mengeluarkan kartu berwarna kuning sebagai
anggota tetap dengan pungutan Rp 100 ribu. Selain itu,
setiap bulan pekerja membayar bebas Rp 10 ribu.
Demikian halnya dengan penjaja makanan, rokok dan
pekijang. ”Pekijang” merupakan istilah bagi mereka
yang membawa stok batu yang mengandung emas atau bahan
makanan lainnya ke lokasi pertambangan.

Bahaya Merkuri

Ingat kasus Minamata Jepang? Selama enam tahun
kalangan kedokteran di negara itu dibikin pusing
gara-gara penyakit yang menimpa penduduk Minamata.
Sejak tahun 1953 ditemukan gejala keracunan berat pada
syaraf penduduk di Teluk Minamata. Penyakit yang
epidemik di daerah itu baru diketahui penyebabnya pada
1959, yakni karena penduduk mengonsumsi ikan yang
telah tercemar merkuri.

Menurut pakar dalam bidang kelautan, mekanisme
pembentukan senyawa metil merkuri dalam tubuh ikan,
antara lain karena akumulasi langsung senyawa metil
merkuri dari air yang dihasilkan oleh aktivitas mikro
organisme. Pembentukan senyawa metil merkuri ini
berasal dari senyawa organik merkuri dalam jaringan
tubuh ikan. Selanjutnya, pembentukan metil merkuri
oleh bakteri yang terdapat dalam kotoran ikan
diabsorbsi tubuh ikan, selanjutnya diabsorbsi langsung
senyawa metil merkuri dalam makanan.

Senyawa raksa yang terdapat dalam tubuh ikan secara
perlahan-lahan atau cepat akan ditranslokasikan ke
tubuh manusia melalui pemanfaatan ikan-ikan laut
sebagai bahan makanan. Merkuri dalam logam berat ini
memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Apabila
penggunaan air raksa ini tidak dikendalikan, baik
hasil buangan dan pekerja itu sendiri, akan membawa
dampak negatif bagi manusia dan makhluk hidup lainnya.

Pekerja di Marisa ini umumnya sering mengabaikan
bahaya yang secara tidak langsung terhadap dirinya.
Terkadang dalam melakukan pekerjaan, sama sekali idak
menggunakan pentup hidung. Secara langsung para
pekerja telah menghirup kadar merkuri yang menguap ke
udara sekitar. Sisa pemakaian merkuri ini selanjutnya
dibuang ke aliran air yang ada dan mengalir ke sungai.

Buangan limbah merkuri ke perairan sungai ini tidak
hanya akan berdampak bagi kehidupan di dalam air,
melainkan juga pada manusia. Karena, dalam perjalanan
air raksa yang telah menyatu dengan aliran sungai ini
akan terus ke pantai (laut).

Menurut Ir Sulwan Loi yang melakukan penelitian
Distribusi Merkuri di sekitar Perairan Marisa
Kabupaten Gorontalo, pada 1994 lalu, ditemukan
kandungan merkuri yang terdapat di perairan Marisa
berkisar antara 0,394 ppm – 1,043 ppm. Ini, sudah
melewati batas maksimum yang ditetapkan untuk
keperluan perikanan dan kegiatan budidaya lainnya.
Untuk kegiatan peternakan dan perikanan yang
diperbolehkan adalah 0,002 ppm.

Kebanyakan penduduk (petani) di Gorontalo memang
dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit. Ibarat buah
simalakama, kehidupan penduduk di Gorontalo sekarang
ini sedang mengalami krisis kehidupan. Tidak
mengerjakan sawah dan ladang di sekitar Danau Limboto,
akan kemana lagi mencari lokasi garapan. Bila bercocok
tanam di sekitar Danau Limboto, bahaya banjir
mengancam. Sementara sebagian petani di Paguyaman akan
tetap mempertahankan tanahnya berarti dianggap ”tidak
membantu program pembangunan.” Penduduk pencari rotan
pun was-was dan harus berjuang jangan sampai akan
ketahuan petugas. Di Marisa dan Paguat, sebagian lahan
garapannya juga mengalami fakor ketidaksuburan. Bahaya
erosi akibat penebangan pohon di hutan, dan kemarau
berkepanjangan yang menghadang masih menjdi rutinitas
dalam menjalani hidup. Kini, mereka memilih untuk
melakukan penebangan, ketimbang bertani di lahan yang
kritis.

Kemilau pijar emas yang menjadi daya tarik penambang,
bukan hanya menjanjikan keuntungan. Sejalan dengan
kegiatan tersebut, bahaya lingkungan juga mengancam.
Ketidakefesienan pemakaian merkuri, tak hanya
mengancam diri pekerja, juga lingkungan sekitarnya,
terutama ikan-ikan di sungai dan laut, yang nantinya
akan dikonsumsi penduduk setempat.

Sementara satwa endemik Sulawesi, seperti babirusa,
anoa, monyet sulawesi, burung maleo juga menghadapi
risiko dua arah. Baik dalam cagar alam yang
dimaksudkan sebagai ”rumahnya” juga di luar kawasan
yang menjadi hutan produksi untuk HPH. Kemana kaki
mereka akan melangkah?

____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
Never miss a thing. Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo. com/r/hs

 


      ________________________________________________________ 
Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda! Kunjungi 
Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/

Kirim email ke