10 tahun sudah Underground Scene Gorontalo yang telah  menjadi 
bagian dari masyarakat dan terkadang dihidupi oleh masyarakat lokal. 
Sepuluh tahun, satu dasawarsa dilalui dengan penuh "ketidak 
mulusan". tantangan idealisme, trend, uang dan sekolah (^_^) 
menjadikan arah pergerakan tidak semulus seperti memaknai kata 
ramalan Nostradamus. jalanan kering kerontang, aral melintang, onak 
dan duri terjal berbatu. 
Kalau kita menerawang melihat ke belakang, semuanya berawal dari 
sebuah band yang menamakan HARAKIRI yang membawakan hits The 
Ramones "SpIDERMAN" pada sebuah pentas musik sekolah dengan gaya 
urakan dan dekil bin lusuh. rambut tatanan mohawk dan emblem di mana 
mana. semua tersontak kaget setelah terlalu lama di buai mimpi dari 
alunan band sekolah yang berurutan menyajikan irama mimpi lagu2 
konak ^_^. mereka tampil dengan cara yg lain dari yang lain secara 
ekstreem... ternyata... SELAMAT DATANG PUNK di Gorontalo...!!

10 tahun berlalu dengan semangat yang tak pernah henti. meski 
beberapa band berjaya, vakum hingga bubar jalan, namun tidak sedikit 
yang tumbuh berkembang ... singel lagu jalanan adalah kehidupan 
mewarnai kehidupan berorasi.. "Send The Grenades to Cendana" by 
Iteneps sering terngiang ketika peristiwa penyerangan preman di 
kampus UNG.
musik, rambut dan pemberontakan yang merupakan spirit keika itu 
sering mendapat tanggapan yang tidak senonoh dari masyarakat... 
namun kami terus tumbuh, maju dan berkembang dengan idealisme yang 
ada seiring dengan tumbuhnya beberapa scene punk di penjuru kota 
Gorontalo. dari komunitas skater, skinhead, streetpunks yang 
menyebar di seputaran Jl Ahmad Yani, Perum Awara, Jl Morotai 
Pulubala, Andalas, Telaga, Limboto, Bengawan Solo dll yang menjadi 
pusat scene yang menyebar. 

Hingga 3 tahun terakhir, Skateboarding, Distro, IndieMagz, The 
Bombers, Indie Hip, Newsletter menjadikan sosialisasi scene 
underground dan semangat D.I.Y (Do It Yourself) membukakan mata 
masyarakat keberadaan kita sebagai bagian dari mereka. hingga media2 
Gorontalo (Memora,Go Radio, Mimoza) pun menyisihkan waktunya untuk 
para komunitas Underground di beberapa jam tayangnya. ketika 
Peacepot bicara di tingkat nasional, masyarakat belum mengetahui 
kalau karya indie kita sudah diperdengarkan di Luar indonesia. 
Internet melalui multiply, youtube, myspace dan forum2 indie Punk, 
Post Hardcore dll membuat kemudahan penyebaran semangat local 
culture diperdengarkan di negeri seberang hingga ke other continent. 

musik kami adalah senjata dan juga ajakan semangat kebersamaan meski 
tanpa ditujukan untuk kepentingan komersialisme. menjadikan 
Gorontalo adalah Bandung kedua dengan beragam popcultre dari Punk, 
Melodic, Hardcore, Jrock, Grunge, Emo, Nuwave, Thrash, 80's dll...


Alhamdulillah acara hajatan Underground Community Gorontalo telah 
selesai di adakan di gedung PKM UNG. "Time To Break Time To change 
Vol. 1 Compilation" 

- The Watawatanga "The watawatanga song"
- My Second Mom "Awake" (Recorded at Own Deck)
- The Pluck " After" (Recorded at Murder Suicide Lab)
- 4WD "Indah" (Recorded at Lia Studio)
- Fighting Finger "Pecundang" (Recorded at Murder Suicide Lab)
- The Soulmate "Pagi ini Cinta" (Recorded at Score For)
- Carbala "Sesat" (Recorded at Lia Studio)
- 1 Menit 60 Detik "Never Get All" (Recorded at Coverside INC)
- Black Not "Luka Negeriku" (Recorded at Uztd Studio Limboto)
- Punkin Donuts "Paint Ball Love" (Recorded at Murder Suicide Lab)

Partners :
Gorontalo Foundation
Mainman Distro and Clothing
Totosit Art freedom learning
Murder Suicide Studio
Ahmad Yani Street Punks .Pure movement.

Terima Kasih kepada Media Partner yang telah mengsupport acara 
launching ini..

"aku bukan Pahlawan Berparas Tampan"
"sayap sayap pupus terbakar..."
"salah benar semua pernah ku lakukan"
"Angkat Gelas.....Kita BErsulang..."

Superman Is Dead "bukan pahlawan"



salam


www.gorontaloindie.co.cc









Kirim email ke