Ok pa Ver, terima kasih atas sarannya yang bagus. Memang seharusnya, karya2 
Prof. Mansoer perlu segera dikumpul dan di koleksi. Paling tidak menjadi 
koleksi UNG. 

Terima kasih
SQB


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "v_madjowa" <v_madj...@yahoo.com>
Sender: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Date: Sun, 05 Sep 2010 08:23:22 
To: <gorontalomaju2020@yahoogroups.com>
Reply-To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Subject: [GM2020] Re: Prof. Mansoer Pateda, "Talopoolamahe Popoli"

Pak SQB,

ketika meriset karya-karya prof Mansoer (2004 lalu) hanya beberapa judul buku 
yang saya temukan di perpustakaan UNG dan perpustkaan umum Gorontalo. 
Barangkali ini antara lain yang perlu dibenahi. Usul saja, 30-an lebih buku 
yang sudah diterbitkan ini bisa ditempatkan dengan lengkap di perpustakaan UNG 
dan gedung budaya UNG. Untuk kamus bahasa Gorontalo-Atinggola-Suwawa, kalau 
bisa ditampilkan di internet juga sangat menarik.

salam,

verri

--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, sqb...@... wrote:
>
> 
> Prof. Mansoer adalah "legenda" Gorontalo. Saya dengar nama besarnya sejak 
> saya masih "ingusan",  belum tahu apa2 bahkan belum tahu bahasa "melayu". 
> Karena kegigihannya, orang desa yang hanya tahu bahasa Gorontalo, tidak 
> terkesan "ndeso", kampungan.
> Sehari sebelum berangkat umroh, beliau datang ke rumah. Kedatangannya itu 
> seminggu sebelumnya sdh disampaikan tapi saya keberatan. Biarlah saya yang 
> bertamu ke rumahnya. Entah "angin" apa yang membuatnya bersikeras datang. 
> Pamit, minta maaf karena mau umroh, sekaligus melaporkan berbagai kegiatan 
> PPs UNG karena akan serah terima kepemimpinan. Dan sesekali memberi nasihat 
> dan masukan tentang pengembangan UNG.
> Prof. Mansoer adalah pribadi yang ramah,  terbuka dan tidak marah kalau 
> dikritik, sekeras apapun kritik itu. Saya tidak pernah menjumpai beliau 
> dengan wajah cemberut.  Selalu tersenyum dan hangat. Dan satu lagi, energik 
> walaupun di usia senja. Dikenal sebagai pribadi yang disiplin, penuh tanggung 
> jawab, menyelesaikan tugas tepat waktu, tidak mengenal "jam karet". Jika 
> mengundang rapat jam 8 pagi, maka walaupun undangan yang hadir baru 1 orang, 
> beliau tetap akan mulai rapat itu.
> Tidak kurang 30 buah karya Prof. Mansoer dalam bentuk buku yang terpublikasi 
> secara nasional. Antara lain, kamus Gorontalo-Indonesia, Suwawa-Indonesia dan 
> Atingola-Indonesia, yang ketiganya dicetak oleh Pusat Bahasa Jakarta. Karya 
> terakhirnya adalah terjemahan Al Qur'an dalam bahasa Gorontalo. Suatu amal 
> zariah yang akan mengalir terus pahalanya.
> Bukan hanya UNG yang kehilangan tapi juga Gorontalo bahkan nasional. 
> Kebesaran namanya nampak pada penghormatan para petinggi daerah dan UNG 
> menjemput jenazah di bandara. Antara lain Sekda Propinsi dan para Kepala 
> SKPD. Jenazahnya pun "dikawal" langsung oleh Gubernur. Pada hari pemakaman 
> ribuan masyarakat dan pimpinan daerah melayat, ratusan krans bunga menghiasi 
> rumah duka. Bumi Gorontalo pun "menangis", sejak subuh diguyur hujan. Sebagai 
> penghargaan terhadap jasa2nya, beliau dianugrahi gelar adat "Ta Lopoolamahe 
> Popoli", Putra Terbaik Bangsa Pelestari Budaya Gorontalo.
> Saya yakin dan percaya, Prof. Mansoer meninggal dalam kondisi "husnul 
> khotimah".  Paripurna dalam pengabdian kepada negara bahkan sebagai hamba 
> Allah. Kapan, dimana dan bagaimana ajal tiba, tidak bisa kita rencanakan. 
> Karena itu sungguh sangat beruntung Prof. Mansoer, sebagai hamba yang 
> terpilih, meninggal di bulan ramadhan, ba'da subuh bahkan baru sehari pulang 
> dari umroh.
> Selamat jalan Prof. Mansoer, Pengabdianmu selalu dikenang
> Karya2mu menjadi warisan berharga bagi anak cucu bangsa
> Warisan untuk dipelihara, dirujuk dan dikembangkan.
> Semoga engkau mendapat tempat yang sebaik2nya di sisi Allah SWT.
> Amin....
> 
> Terima kasih
> SQB
> 
> 
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>



Kirim email ke