Ia Hadir untuk Dicinta Jika masih tertahan kelopak mata ini untuk tetap
terbuka hingga larut, atau saat terjaga di pertengahan malam selalu saya sempatkan untuk menyambangi kamar
anak-anak. Saya hampiri dan tatap wajah mereka bergantian sambil menghalau nyamuk yang hinggap di
tubuh mereka. Wajah indah yang terlelap itu menyibakkan kejujuran dalam hati, bahwa mereka hadir
sebagai amanah yang harus dijaga sebaik-baiknya. Mereka ada untuk dicinta. Terbayanglah kekesalan yang hampir tercipta akibat
perbuatan dan tingkah nakal mau pun pembangkangan mereka siang tadi. Terlintaslah amarah yang
nyaris meluap saat mereka tak mendengar perintah mau pun ketika peraturan terlanggar. Beruntung
kekesalan itu hanya sempat mampir di kepala dan tak sampai keluar makian kasar yang pasti akan melukai
telinga mereka. Bersyukur amarah ini tak sekali pun sempat
membuat mereka melihat saya seperti monster yang menakutkan. Mereka hanya anak-anak yang sangat pantas
dan bisa sangat dimaafkan ketika berbuat kesalahan. Jiwa mereka masih sangat rapuh untuk menerima kalimat
dan perilaku kasar orang tua hanya karena kesalahan kecil yang mereka pun mungkin tak sadar kalau itu
benar-benar sebuah kesalahan. Bisa jadi letak kesalahan justru terletak
pada orang tua yang terlalu kaku membuat peraturan, mengekang kebebasan mereka sebagai individu yang
meski masih kecil tetap saja seorang manusia yang berhak dan bebas memilih untuk melakukan yang terbaik
menurut mereka. Tugas orang tua bukan melarang atau
memerintah, tapi lebih kepada mengarahkan agar mereka tetap berada pada jalur yang sebenarnya. Menatap kembali wajah-wajah bersih itu
dalam tidur mereka yang mungkin sedang memimpikan Ayah dan Ibu yang tengah
menimang dan membuai penuh kasih, tergambar jelas tak sedikit pun ada dosa di
diri mereka. Kalau mau menghitung-hitung, jangan-jangan justru kita lah yang lebih banyak berbuat
kesalahan terhadap mereka dibanding jumlah kesalahan kecil mereka. Saya teringat banyak kejadian di luar.
Misalnya ketika di sebuah angkot seorang ibu memaki anaknya yang masih berusia empat tahun -dari posturnya
seukuran anak saya- dengan kalimat yang sangat belum waktunya anak sekecil itu mendapatkannya. Belum lagi tempelengan
yang sempat mampir di kepalanya. "goblok lu ya, kalau jatuh mampus luh," hanya karena ia
sempat melongok ke arah pintu angkot. Sebuah kesalahan kecil yang mestinya bisa disikapi lebih bijak dengan sebuah
nasihat lembut. Atau ketika isteri saya bercerita tentang seorang ibu dari teman sekolah anak kami di
TK. Anaknya
terjatuh saat berlari, "Nyungsep sekalian biar bonyok tuh muka. Udah dibilangin jangan
lari," itu pun masih ditambah satu tamparan di kepala. Yang pasti itu tak meredakan tangis si anak, bahkan membuat
memar di lututnya semakin perih terasa hingga ke hati. Mengusap bulir keringat di kening mereka
dan membelai rambutnya saat tidur membuahkan pertanyaan di benak ini, haruskah bintang-bintang sejernih ini
mendapatkan perlakuan sekasar itu? Lihat saja senyum mereka saat terlelap, dan dengarkan hati mereka
bernyanyi dalam mimpi. Anda akan mendengarkan nyanyian riangnya jika Anda
memperlakukannya sepanjang hari seperti halnya Anda tengah menciptakan sebuah
mimpi indah untuknya. Namun jangan terperanjat ketika tengah
malam tidur Anda terusik saat ia mengigau dan berteriak ketakutan. Hanya rintihan yang bisa terdengar dari
mimpinya karena sepanjang hari ia hanya mendapatkan kecemasan dan ketakutan dari kalimat kasar, delikkan
mata dan ayunan keras tangan Anda ke tubuh mereka. Tak seekor nyamuk pun pernah saya
persilahkan untuk menyentuh setiap inci kulit mereka. Lalu kenapa masih ada yang tega mencederai anak-anak, padahal dalam
berbagai dongeng mereka selalu mendengar bahwa yang kasih dan cintanya tak terbanding itulah Ayah dan Ibu. Coba sentuh dengan lembut wajah halusnya saat tidur,
itu akan membuatnya bermimpi indah seolah tengah terbaring di pangkuan bidadari. Anak-anak tak pernah membenci orang
tuanya, bahkan saat mereka mendapatkan perlakukan kasar
dari orang tua pun, tetap saja nama Ayah atau Ibu yang mereka panggil saat menangis. Anak-anak tak pernah
berdosa terhadap orang tuanya, justru kebanyakan orang tua yang berdosa kepada mereka dengan makian
kasar dan pukulan menyakitkan. Anak-anak tak pernah benar-benar membuat orang tua kesal, orang tua lah yang
teramat sering membuat mereka kecewa mendapati Ayah dan Ibunya tak seindah syair lagu yang selalu
diajarkan guru di sekolah. Ah, kadang orang tua baru menyadari bahwa anak-anak
hadir untuk dicinta saat ia terbaring lemah di salah satu tempat tidur di bangsal anak-anak. Atau ketika Tuhan mencabut amanah itu dari kita.
Menangiskah kita? ================================================================= "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'. It has silent message saying that I remember you when I wake up. Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB SMS di 0818-333582 ================================================================= YAHOO! GROUPS LINKS
|