"sasongko_purnomo" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

 

Dear Mbak Ida,

Boleh ya sharing mengenai subyek ini.

Dalam hal pendidikan, sekarang ini memang orang tua dihadapkan pada

keadaan yag dilematis, antara memenuhi hal-hal yang psikologis dan

tuntutan 'lingkungan' termasuk sekolah. Bukan hanya dalam hal bahasa.

Para psikolog mengatakan bahwa sebaiknya anak2 tidak dibebani dengan

materi pelajaran yang 'berat' ketika mereka masih 'kecil', tetapi

sekolah-sekolah sekarang, dengan dalih 'mutu', memberikan bobot

pelajaran yang relatif berat, bahkan sejak masih KB.

Lalu mengenai bahasa, banyak sekolah yang sekarang ini memberikan

pelajaran hingga minimal 2 bahasa asing, sejak KB. Tetapi

bagaimana mungkin orang tua menolak ? Kalau tidak setuju berarti anak harus

keluar dari sekolah tersebut. Lagipula, dengan semakin umumnya hal

seperti ini, maka dalam lingkungan pergaulan, kelak akan membuat

anak kita 'tertinggal' dari anak lain.

Jadi, mau tidak mau si anak harus mengikuti. Lebih parah lagi,

Sebagai materi pelajaran, tentunya dituntut nilai yang baik, maka orang

Tua cenderung mendorong anak untuk mengikuti pelajaran tambahan/les.

Jadilah beban anak semakin berat.

Pelajaran tambahan yang umum diikuti anak2 sekarang adalah bahasa

Inggris, Mandarin (atau bahasa asing lain yang diajarkan di sekolah),

Kumon, Sempoa, musik. Ini jelas membebani anak, paling tidak 5-6

Hari seminggu dipakai untuk beberapa macam les. Belum lagi sekolah

Sekarang umumnya berlangsung sejak jam 7 hingga 13.30 (SD),

dan 14.30 (SMP-SMA).

Memang kasihan, tetapi boleh dibilang ini sudah menjadi 'standar',

sehingga kalau tidak diikuti, maka anak kita akan 'tertinggal'.

Salam,SASONGKO

 

 

From: "idajohny" <[EMAIL PROTECTED]>

 

Setuju Bapak Sasongko,

saya sendiri sekarang banyak ngobrol, membaca dan mendengar

bagaimana kita sebagai orang tua menyikapi informasi atau apa yg

terbaik untuk pendidikan anak kita.

Saya sendiri sempat terfikir untuk menyekolahkan anak disekolah

kampung aja, tapi kita berikan tambahan dirumah dengan bahasa yg

tidak dipaksakan. Lagipula saya pingin anak saya lebih down to

earth. Ada perasaan kuatir juga kalau anak terlalu dikelilingi dg

banyak fasilitas dan teman2nya kalangan mampu, sehingga nanti anak

kurang ber empati dg sekelilingnya.

Hanya saja soal bahasa saya setuju sekali diperkenalkan sejak dini

dengan cara yg pas buat anak seusianya dan dg cara yg nyaman juga

anak menerimanya.

Makanya saya senang nih kalau dapat masukan dari Mas Sasongko dan

sahabat2 dimilis IKS. Thanks ya..

Ida Arimurti

 

From: Noerhayati Erwin [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Tuesday, December 06, 2005 1:33 PM

Subject: Kapan Anak belajar bahasa Inggris ?

 

Ikutan sharing doong, tentang topik ini. Saya suka dan setuju dengan alinea

kedua terakhir pada artikel yang disuguhkan oleh jeng Ida, moderator kita

yang cantik. Bahwa menguasai bahasa asing (terutama English) itu wajib dan

bahwa orang tua harus bijak dan tidak tergesa-gesa menanamkan ilmu tersebut pada anak.

 

Kita memang tidak bisa berbuat banyak kepada sekolah2 yang seperti kata mas

Sasongko Purnomo dengan dalih " mutu" mengharuskan adanya mata pelajaran

bahasa asing bahkan sejak tingkat yang sangat dini ( Kecuali mungkin kalau

Dep Diknas bisa "keras" dalam menetapkan kurikulum untuk setiap level).

Tetapi sebagai orangtua kita bisa membuat pelajaran yang berat tadi menjadi

hal yang menyenangkan buat anak.

 

Membuat anak bisa berbahasa Inggris adalah dia harus senang pada bahasa itu.

Bagaimana dia bisa senang padahal itu beda dan tidak dia gunakan

sehari-hari? Waktu putri saya masih kecil2, (tahun 80-an) seperti ibu2

lainnya saya senang membacakan cerita2, lokal maupun asing, dibumbui gaya

saya sendiri (saya memang senang membaca), dan selipkan istilah asing yang

ada dalam cerita, sambil dijelaskan. Ketika mereka mulai kritis, saya justru

kurangi jatah membacakan, saya rangsang mereka untuk belajar mengenali

huruf, merangkainya menjadi kata yang bisa dibaca/dimengerti, mulai dari

yang mudah hingga yang sulit, termasuk kata2 dalam bahasa Inggris. Saya

gunakan segala macam alat bantu (buat sendiri, yang murah2 saja).. plus

waktu itu ada program TV "Sesame Street" yang TIDAK/BELUM DI DUBBING"

seperti episode yang saya lihat beberapa waktu lalu. Nah, sesudah dia suka

dan ingin tahu lebih banyak, tinggal memberikan fasilitas yang dibutuhkan

misalnya menyediakan buku2 sesuai usia mereka (boleh lebih dimuka dari

pelajaran sekolah mereka, asal mereka masih nyaman menerimanya) , sambil

selalu dibimbing agar banyak kemajuan. Alhamdulillah, putri2 saya lumayan

menguasai bahasa Inggris, karena mereka suka, lalu banyak membaca.

Kemampuannya itu  sangat membantu saat yang pertama mencari beasiswa untuk

sekolah diluar negeri dan untuk putri kedua, karena era dia lebih sedikit

kedepan, persaingan semakin ketat, saya menambahkan pelajaran tambahan di

sebuah Lembaga Bahasa Asing. Jadi dasarnya, adalah anak2 kita harus dibuat /

dicontohkan agar suka / nyaman belajar dahulu, lalu selanjutnya tidak akan

terlalu sukar. Apalagi sekarang ini sarana dan alat bantu sudah begitu

banyak dan canggih. Mungkin ada rekan milis lain yang mau menambahkan?

Salam, Yati.

 

From: sasongko_purnomo [mailto:[EMAIL PROTECTED]

Sent: Tuesday, December 06, 2005 4:33 PM

Subject:Kapan Anak belajar bahasa Inggris ?

 

Dear Mbak Yati,

 

Aha, jelas mbak katakan bahwa makin ke depan persaingan semakin

ketat seperti dialami oleh anak yang kedua, dan itu masih sekian

tahun yang lalu tentunya. Dan hal seperti itulah yang terjadi

sekarang ini.

 

Coba bayangkan, sekarang untuk SD, untuk bisa naik kelas maka rapor

tidak boleh ada angka 5 (merah) satupun. Nilai rapor diambil dari

seluruh PS + PR + Ulangan + UUB, tugas2 lain. Jadi, sekarang

tuntutan sekolah semakin berat, sehingga mau tidak mau orang tua

harus membebani anak dengan target2 nilai yang bagus. Kalau tidak,

ya risikonya tidak naik kelas. Malahan ada beberapa sekolah yang

mengharuskan muridnya meninggalkan sekolahnya jika sampai tidak naik

kelas. Gawat kan.

 

Yach, akhirnya topik bahasa asing ini jadi melebar ke soal beban

pelajaran sekolah. tapi itulah yang terjadi sekarang ini. Entah

beberapa tahun ke depan, mungkin akan semakin berat. Soal bahasa

asing sendiri tuntutan juga semakin berat, karena sekarang semakin

banyak sekolah yang berbahasa Inggris, sekalipun kurikulum masih

tetap Indonesia. 10 tahun yang lalu sekolah berbahasa Inggris,

khususnya di Jabotabek, masih bisa dihitung dengan jari.

 

Bahkan beberapa Universitas di Jakarta sudah menerapkan test masuk

dengan menggunakan bahasa Inggris seluruhnya.

Sasongko

 

 



=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke