----Email Diteruskan----
Dari: ksuhe...@yahoo.com
Kepada: sma1...@yahoogroups.com, RantauNet@googlegroups.com, 
ksuheimi.b...@blogger.com
Email Keluar: Kam, 07 Jun 2007 19:24 PDT
Judul: PAHLAWAN

 
  
  PAHLAWAN
   
  BHISMA adalah seorang pahlawan dalam ceritra Mahabharata dan tadi malam, hari 
Rabu 12 Oktober 1994 saya menonton  film Mahabharata di TPI, yang mengambarkan 
saat-saat terakhir dan kematian Pahlawan Eyang Bhisma di Kuru Setra. Semua 
badan dan anggotanya dipenuhi oleh panah yang tertancap. Enam orang ksatria, 
Sri Kresna dan lima Pandawa melepas kepergiannya. Yudhistira terisak mencoba 
menahan tangis, namun air matanya tidak tertahan tercurah menetes membasahi 
muka Eyang Bhisma. Para pandawa yang lain tertunduk gemas, hanya Sri Kresna 
yang tabah dan meminta Bhisma untuk berceritra tentang Darma, tentang Karma dan 
nasehat untuk para cucunya Pandawa. Semua tidak bisa menerima kenyataan pahit 
itu, dalam nada sedih dan terkejut selepas sore hari. 
  Kecamuk pertempuran yang bengis, sepanjang siang yang  terik   dan lembab 
itu. Ribuan kereta hancur dan kuda  mati.  Gajah-gajah  roboh  dan tubuh 
manusia tidak terhitung  yang  tercencang, remuk, binasa. Kuru Setra  jadi laut 
darah dengan puluhan gelombang yang bertabrakan  memuncratkan  darah. Dan 
Bhisma  gugur,  ketika  ia lepas dari pertarungan yang pekat di bukit timur. 
"Bhisma  gugur," terdengar teriak pertama, seperti  melolong. 
  Kabar kemudian menjalar beranting ke Kuru Setra yang luas. Pertempuran pun 
reda, dan orang sadar. Kurawa telah kehilangan  seorang panglima besar, seorang 
pahlawan. Matahari merendah ke Barat, ketika Arjuna membungkuk  di depan tubuh 
lawannya laki-laki yang 30 tahun yang lalu,  dengan suara besarnya  yang 
hangat, sering menimangnya di pangkuan  dan kini  telentang menanti mati. 
Bhisma. Darah mengalir  deras  dari merihnya.  Tetapi  ada sesuatu yang agung 
di tubuh tua  yang  kukuh itu,  pria perkasa itu seakan terduduk memandang ke 
depan  dengan kepala yang terangkat oleh lima anak panah yang menghunjam tembus 
di lehernya, ia tersenyum. "Arjuna,"  suaranya  serak oleh  darah  di  
kerongkongan. 
  Arjuna bersimpuh, gugup, lalu mencium ujung kaki yang telanjang. Gaduh di 
sekitar pun redam. Langit dilewati awan.  "Arjuna, terima kasih panah itu telah 
menjanggaku." Lalu suaranya layu. "Arjuna cucuku. Amba telah menyongsongku. 
Bukan, bukan  panah prajurit  wanita itu. Di Kuru Setra ini Amba membalas. Aku  
selalu tahu  pedih hatinya, setelah bertahun-tahun yang lalu ia  kuculik dari  
pria  yang  dicintainya. Aku seharusnya  tidak  menyesal.  Ia kuculik  untuk 
adikku, agar Wicitawirya bisa menikah dan  sebagai bakal raja, segera 
memperoleh anak. Tetapi Amba menolak. Kukembalikan  ia pada tunangannya, tetapi 
pangeran itu meragukan  kesuciannya. Dan Amba mati oleh malu, oleh nestapa, 
oleh hina cucuku. Dan aku tidak pernah melupakan itu. Memang  kita  harus 
menjalankan tugas  kewajiban.  Kesatria hanya  tumbuh dalam tugas. Aku 
menyelesaikan  tugasku, juga  untuk perang  saudara itu, malapetaka ini. Kita 
bekerja  untuk  rencana besar, cucuku. Tetapi aku
 juga bertanya-tanya
 pada saat yang  sama, apa gerangan yang terjadi pada korban dan kesedihan, dan 
dosa di antara kita.”
  Arjuna merunduk. Matahari akhirnya terbenam dan Bhisma wafat di hadapan enam 
kesatria dan di hadapan sebelas bukit  Kuru Setra, dan  Kesatria Pandawa yang 
membunuh kakeknya itu tahu,  di  senja itu, ia juga merasakan kesangsian. 
  Dulu waktu kecil saya senang sekali membaca komik Mahabharata  dan  pahlawan 
yang paling saya sukai itu  adalah  Bhisma  dan Gatotkaca,  karena Bhisma rela 
menolak tahta  untuk  kebahagiaan ayahnya  dan  berkorban untuk kebahagiaan 
adiknya  dan  bersumpah untuk tidak kawin, agar jangan sampai mengusik 
kedudukan  adiknya dan berusaha mencarikan jodoh untuk adiknya walaupun dia  
sendiri jatuh hati pada "Amba" yang  diculiknya. 
  Gatotkaca pun  sangat saya kagumi karena  Gatotkaca  rela terbunuh,  agar  
senjata  Konta, senjata sakti  Karna,  tidak  bisa dipergunakan lagi dalam 
perang Brata Yudha melawan Arjuna.  Dikalangkannya  merihnya untuk melindungi 
agar pamannya  Arjuna  bisa memenangkan perang Brata Yudha itu. Pengorbanan dan 
pengorbanan, dan itulah yang tercermin dalam diri  sang pahlawan. Makanya ada 
yang berkata:  “Pahlawan  padamu kami mengadu,  karena kau lebih mengerti, 
kepada siapa kita harus mengadu?” Menakjubkan, bahwa pertanyaan yang terdengar 
sentimentil itu  sering  terucap sekarang ini, di saat  orang  butuh  bantuan, 
butuh  pertolongan,  butuh seorang pahlawan  dan  kepadanya  kita mengadu.
  Tidak semua orang memang bisa jadi pahlawan, juga tidak  semua pahlawan 
dimaksudkan untuk jadi pahlawan terus menerus. Keberanian,  kata ini dengan 
cepat melontarkan gambar  hidup tentang  seorang  pahlawan: "Aku berani maka 
aku  ada."  Sang  hero akhirnya nampak begitu asing dan jauh. Sejarah 
membuktikan bahwa satu generasi suatu saat selalu menemukan jalannya sendiri 
untuk memperbaiki keadaan.
  Saya  pernah  melihat sebuah karikatur yang terdiri  dari  4 kotak,  seperti  
melihat  ceritra komik.  Gambaran  itu  bagaikan sebuah cergam, di mana pada 
kotak pertama, tampak pejuang  kemerdekaan  mengangkat  bedil. Pada kotak 
berikutnya  mereka  menang. Pada kotak ketiga, mereka memerintah. Pada kotak 
keempat  mereka sewenang-wenang, dan kemerdekaan yang dulu diperjuangkan, 
punah. Untuk  gambaran tokoh yang demikian, saya teringat  Presiden Marcos  
yang  memperoleh banyak tanda jasa  dari  perang  grilya melawan  Jepang, 
tampil sebagai hero. Kemudian ia  jadi  penguasa yang korup. Kita tahu, semua 
tahu derita nasib yang ditanggungnya  di ujung kehidupannya dan betapa tragis 
riwayatnya  yang dulu  dipuja-puja sebagai pahlawan, kemudian dikutuk,  diusir 
dan dimaki dan mati menggenaskan.
  Kalau kita  tilik,  kata-kata pahlawan  berasal  dari  kata pahala. Pahlawan 
adalah orang yang sedang berjuang dan  berkorban untuk  mencari  dan 
mendapatkan pahala. Jadi  kata-kata  pahlawan berasal dari kata-kata pahala dan 
merupakan gelar kehormatan yang diperuntukkan bagi mereka yang berjuang dan 
berkorban untuk mendapatkan  pahala.  Sebagaimana Dermawan  untuk  penderma,  
Hartawan untuk orang kaya, Budayawan untuk para budaya. 
  Jadi  kata-kata  pahlawan bukan diperuntukkan  bagi  mereka yang 
memperjuangkan kemerdekaan saja, tetapi juga bagi mereka yang mempertahankan  
kemerdekaan dan mengisinya dengan perbuatan  yang melahirkan pahala. Dia 
menempuh jalan mendaki, dia menempuh  jalan yang  sukar. Dikorbankan hartanya,  
dikorbankannya jiwanya, dikorbankannya  waktunya,  dikorbankannya rasa   
kecintaannya,  dikorbankannya segala-galanya. Untuk apa? Ya, untuk meraih 
pahala, untuk  mendapat gelar sang Pahlawan. Maka setiap saat kapan saja, di 
mana saja dan bagi  siapa saja, terbuka kesempatan untuk menjadi pahlawan,  
baik dikenal ataupun tidak dikenal.
  Cuma pernah ada sindirian Tuhan dalam surat Al Balad. “Jalan  mendaki, tetapi 
mereka tidak mau menempuh jalan  mendaki  dan lagi sukar. Tahukah engkau apakah 
jalan mendaki  itu? Kamu  membebaskan orang dari perbudakan, perbudakan  
kebodohan, perbudakan  kesengsaraan, perbudakan kemiskinan. Dan  kamu  memberi 
makan orang-orang miskin di hari-hari kelaparan dan kamu  memberi makan  anak  
yatim yang dekat denganmu. Jadi  yang  dapat  pahala lebih  yang  dinobatkan 
jadi pahlawan adalah  mereka  yang  dapat membebaskan  dan membantu orang dalam 
kesengsaraan, dalam  penderitaan, dalam kebodohan, membebaskan orang dari beban 
yang ditanggungnya.”
              Untuk para pembaca, di Hari Pahlawan ini, saya  kirimkan sebuah 
firman suci-Nya: “Tetapi dia tiada menempuh jalan mendaki lagi sukar. Tahukah 
kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan budak dari 
perbudakannya. Atau memberi makan di hari kelaparan. Kepada anak yatim yang ada 
hubungan kerabat. Atau orang miskin yang sangat fakir.” (Surat Al Balad ayat 
11-16).
  
   
   
  Ibadah qurban melambangkan tingkat kepasrahan/berserah diri tertinggi hanya 
kepada Allah dengan segala keikhlasan jiwa dan raga, sekaligus melatih 
melepaskan berhala-berhala yang mungkin telah kita sembah selain Allah Yang 
Maha Esa, disadari atau tanpa disadari. Kita tidak mempersembahkan hewan qurban 
kepada Allah Yang maha Kaya itu, tetapi justru untuk membebaskan diri dari 
belenggu-belenggu yang telah membuat kita lupa dengan prinsip tunggal kita 
yaitu Allah Yang maha Esa. Menyembah sesuatu yang sangat kita cintai, seperti 
kedudukan, uang, harta, nama, keluarga, atau anak, membuat iman kita goyah.
  Qurban, bukan berarti Allah melarang kita mencintai anak-anak atau harta 
kita. Bukankah semua itu fana dan akan hilang? Marilah kita berpikir sejenak. 
Apabila terlalu mencintai hal itu secara berlebihan, bahkan melebihi cinta 
kepada Allah Yang Maha Esa, maka ketika semua itu hilang, anda akan kehilangan 
pegangan. Allah Maha Tahu. ‘Idul Qurban justru merupakan perwujudan sifat Allah 
Yang Maha Melindungi Batin.
   
  Ketahuilah bahwa kekayaanmu dan anak-anakmu hanyalah ujian (bagimu) Dan bahwa 
Allah, pada-Nyalah pahala yang besar   
  Qurban adalah suatu pelatihan untuk mengembalikan diri kita kepada fitrah 
diri, yaitu Star Principle. Monotheisme, hanya menyembah dan berprinsip kepada 
Allah Yang Maha Tunggal, tidak ada yang lain. Laa Ilaaha Illallah.
  … “Sungguh, kita adalah milik allah, dan kepada-Nya kita kembali”
   
              jelaslah bahwa tujuan hidup manusia di dunia, pada hakekatnya 
adalah untuk mencari/ mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya bagi kehidupan 
akhirat.Tingkat manusia di akhirat nanti, akan ditentukan oleh sedikit 
banyaknya bekal yang dibawa dari dunia. Semakin banyak bekalnya, maka akan 
semakin tinggi pula tingkat kemuliaannya. Apakah yang dimaksud dengan bekal 
itu? Jika untuk mencapai kedudukan tinggi di masyarakat kita harus berbekal 
pendidikan yang cukup, maka untuk mencapai kedudukan tinggi di akhirat nanti, 
yang kita perlukan adalah pahala. 
   
   
  Pahala adalah hadiah yang diberikan Allah kepada manusia apabila ia lulus 
dari ujian yang dihadapinya. Ujian-ujian ini pada dasarnya terletak pada dua 
jalur, yaitu jalur hablum- minallah dan hablum-minannas. Pada kedua jalur ini, 
Allah dan rasul-Nya telah menentukan “aturan main” bagaimana manusia harus 
bersikap. Misalnya saja dalam jalur hablum-minnallah manusia diwajibkan shalat; 
dan dalam jalur hablum-minannas manusia diwajibkan berbuat baik terhadap 
sesamanya. Semua “aturan mian” ini tertuang lengkap dalam Al-Qur’an dan Hadits 
Rasulullah saw. Lihat lampiran 1 (halaman 461)
   
   
  Barang siapa yang dapat tetap patuh melaksanakan “ aturan main” ini, dengan 
niat semata-mata karena Allah, maka ia disebut orang yang bertaqwa. Dan dia 
akan memperoleh pahala yang kelak akan dirasakan kenikmatannya di akhirat 
nanti. Jadi dengan perkataan lain, ladang tempat mencari pahala itu terletak 
pada jalur hablum-minallah dan hablum-minannas,karena pada dua jalur inilah 
Allah menguji ketaatan manusia mematuhi aturan-aturan yang ditentukan-Nya dalam 
Al-Qur’an dan Hadits.
   
   
  “Siapa yang mengajak ke jalan kebenaran maka ia beroleh pahala sebanyak 
pahala yang diterima oleh orang- orang yang mengikutinya, tidak kurang sedikit 
jua pun. Dan siapa yang mengajak ke jalan kesesatan, maka ia beroleh dosa sama 
banyak dengan orang- orang yang mengikutinya, tidak kurang sedikit jua pun.” HR 
Muslim
   
   
  Dengan demikian dapatlah dikatakan, kehidupan di alam dunia ini adalah arena 
untuk mengumpulkan pahala bagi kehidupan akhirat. Semakin banyak pahala yang 
berhasil kita raih, maka semakin tinggi pula tingkat kita kelak.
   
   
  Mereka diberi pahala dua kali karena kesabarannya. Mereka menolak kejahatan 
dengan kebaikan, dan mereka nafkahkan sebagian dari apa yang Kami berikan 
kepadaya.
  Q.S. 28 Surat Al Qashash (Kisah-kisah) Ayat 54
   
   
  Tidak, barangsiapa menyerahkan seluruh dirinya kepada Allah, dan ia berbuat 
kebaikan, baginya pahala pada Tuhannya. Tiada mereka perlu dikuatirkan, dan 
tiada mereka berdukacita.
  Q.S. 2 Surat al Baqarah (Sapi Betina) Ayat 112
   
  Menurut hadits Rasulullah, ada tiga hal yang membuat pahala terus mengalir 
meskipun kita sudah meninggal dunia. Yaitu : amal jariyah, anak-anak yang 
shaleh dan ilmu yang bermafnaat. Secara prinsip ini mengandung makan yang luas, 
yaitu pentingnya :pendelegasian”. Amal jariyah dalam arti yang luas adalah 
sarana dan prasarana dalam bekerja. Anak yang shaleh adalah sumber daya manusia 
yang berkualitas (SDM), dan ilmu yang bermanfaat adalah iptek (ilmu pengetahuan 
dan teknologi). 
   
  Ketahuilah bahwa kekayaanmu dan anak-anakmu hanyalah ujian (bagimu) Dan bahwa 
Allah, pada-Nyalah pahala yang besar   
   
   
   

       
---------------------------------
Sick sense of humor? Visit Yahoo! TV's Comedy with an Edge to see what's on, 
when. 

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta r...@ntaunet 
http://groups.google.com/group/RantauNet/~
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi:
- DILARANG:
  1. E-mail besar dari 200KB;
  2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. One Liner.
- Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/web/peraturan-rantaunet
- Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
- Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
- Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/subscribe.

Kirim email ke