*************************
Bila anda mempunyai pemikiran yang kritis dan analitis,
manfaatkan ruang "Artikel" Eskol Net
untuk menuangkan ide dan gagasan Anda !
Kirimkan ke [EMAIL PROTECTED]
****Jangan sia-siakan talenta Anda****

Artikel Eskol-Net
============

"Menerima Kritik Sebagai Bagian dari Pelayanan"
    Oleh : Augustinus Simanjuntak


Dalam konteks pelayanan acapkali kita sebagai individu maupun sebagai
lembaga tidak mau/tidak rela menerima kritik dari pihak lain. Ini terjadi
kalau posisi kita sudah kita klaim/ diyakini sebagai posisi yang selalu
benar, walaupun pihak lain menilai hal itu belum benar. Apalagi kalau
diperhadapkan pada satu hal yang bersifat doktrinal. Akibatnya yang sering
terjadi adalah saling mempertahankan kebenarannya masing-masing. Satu pihak
menganggap doktrinnya yang paling benar dan di lain pihak juga menyatakan
doktrinnya yang paling benar.

Di antara dua klaim/anggapan yang paling benar itu mengakibatkan
pertanyaan; di antara keduannya mana yang benar.  Ini masih dalam lingkup
dua perbedaan doktrinal. Bagaimana kalau dalam lingkup perbedaan doktrinal
yang beragam. Sungguh membuat kita bingung, bukan ?

Firman Tuhan berkata "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik" (1
Tessalonika 5: 21)
Di sini Rasul Paulus menekankan bahwa segala sesuatu harus diuji terlebih
dahulu, termasuk kebenaran yang sedang kita pegang. Ini berarti kebenaran
yang kita anggap benar menurut ukuran manusia belum tentu benar menurut
Allah. Oleh karena itu, alangkah tidak bijaksananya apabila umat Tuhan
langsung menilai sesuatu hal (doktrin) itu benar tanpa mengujinya terlebih
dahulu. Pengujian itu membutuhkan proses. Proses itu membutuhkan waktu,
baik dalam waktu yang singkat maupun waktu yang lama.

Kritik merupakan bagian dari suatu proses pengujian terhadap suatu
kebenaran yang kita pegang. Apabila muncul kritik dari pihak lain yang
menilai kebenaran yang kita pegang itu adalah salah, maka itu pertanda
kebenaran yang kita pegang mengalami suatu ujian. Namun kebenaran yang kita
pegang itu tidak akan teruji apabila langsung timbul asumsi negatip dari
kita sendiri terhadap pihak pengkritik, apalagi langsung memvonis mereka
aliran yang salah. Sehingga kritik itu langsung kita tolak secara
mentah-mentah.

Kita seharusnya bersyukur apabila kita menghadapi ujian dalam hidup ini,
sehingga iman kita semakin dewasa di hadapan Tuhan. Demikian juga ujian
terhadap pemahaman kita tentang kebenaran yang bersumber dari Tuhan,
sehingga pemahaman kita semakin bisa dipertanggungjawabkan kepada Tuhan dan
sesama.

Siapa yang harus menguji pemahaman kita itu ?
Setelah kita menerima Kristus secara pribadi maka selanjutnya kita
membutuhkan adanya persekutuan orang-orang percaya. Dalam lingkup
perskutuan, kita bersama-sama memuliakan Tuhan, berbagi suka maupun duka
satu dengan yang lain, saling mendoakan, saling menguatkan dan sebagainya.
Dan yang tidak kalah pentingnya ialah, dalam lingkup persekutuan, umat
Kristiani saling isi- mengisi mengenai pemahaman Firman Tuhan yang benar.
Di sana terjadi "pengujian terhadap pemahaman kita akan Firman". Dengan
demikian yang menguji pengertian kita tidak lain adalah saudara-saudara
kita yang seiman dengan melibatkan Tuhan di dalamnya.
Bagaimana kalau yang tidak seiman/ belum Lahir Baru ?  Bagi mereka kita
tidak sepatutnya menguji pemahaman akan kebenaran itu, melainkan sikap kita
harus berubah menjadi "berapologetik" {mempertanggungjawabkan iman terhadap
orang lain yang belum percaya), dengan harapan mereka juga mau menerima
Kristus sebagai Juru Selamat hidupnya. Sangat tidak bijaksana kalau kita
menciptakan perdebatan dengan orang yang belum mengenal Kristus tentang
keimanan kita.

Menerima kritik bukan berarti apa yang dikritik itu menjadi salah sehingga
apa yang sudah kita pegang harus kita lepas. Sekali lagi, bukan demikian.
Tetapi ketika orang lain mengkritik kita (terutama dalam konteks pelayanan)
maka kita berkesempatan untuk menguji kebenaran yang kita pegang selama
ini. Dalam hal ini dimaksudkan bukan sekedar hal yang bersifat doktrinal,
tetapi juga menyangkut tata ibadah/liturgi. Dalam kesempatan itu kita
dengan kerendahan hati dan dengan tulus serta dengan motifasi yang benar di
hadapan Tuhan menjelaskan pemahaman yang kita pegang itu kepada pihak yang
mengkritik. Kita mengajak pihak lain itu belajar bersama-sama dengan tetap
mengandalkan pekerjaan Roh Kudus untuk kita bisa sama-sama mengerti dan
menemukan kebenaran yang sesungguhya seturut kehendak Allah. Akhirnya
pemahaman iman kita akan teruji.

Biarlah kita saling melayani melalui keterbukaan kita kepada saudara kita
yang seiman, terutama dalam perbedaan pemahaman kebenaran Firman Tuhan.
Janganlah tembok-tembok denominasi membatasi pelayanan kita umat
tebusanNya.

Kiranya tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi saudara-saudaraku
sekalian.


"Terpujilah Kristus Kekal Sampai Selama-lamanya"
             **********AMIN**********











"Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia:
Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36)
***********************************************************************
Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk.
Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan
tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED]
BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2
***********************************************************************
Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan:
subscribe eskolnet-l    ATAU    unsubscribe eskolnet-l

Kirim email ke