*********************************** Bila anda mampu berpikir kritis analisis, Manfaatkan ruang "Artikel" Eskol-Net Untuk menuangkan ide dan gagasan anda! Kirimkan ke [EMAIL PROTECTED] ***Jangan sia-siakan talenta anda**** ********************************** Artikel Eskol-Net ============= "Reformasi Pola Pembinaan Gerej" Oleh: Augustinus Simanjuntak Salam Sejahtera, Kebanyakan gereja saat ini ( dalam arti institusi) selalu diperhadapkan pada tantangan yang sebenarnya tidak diposisikan sebagai tantangan utama, yaitu tantangan mempertahankan jumlah jemaat agar tidak semakin berkurang. Sering hamba-hamba Tuhan dalam gereja sampai bertahun-tahun, bahkan berpuluh tahun lebih konsentrasi terhadap tantangan tadi. Hal seperti ini sering terjadi pada gereja yang sifatnya condong pada penggembalaan, yakni gereja yang sebelumnya telah mempersiapkan seorang hamba Tuhan/pendeta untuk menggembalakan jemaat yang sudah tersedia atau sudah dirintis oleh hamba Tuhan sebelumnya. Banyak gereja semacam di atas yang kurang dalam meperjuangkan kualitas kerohanian jemaatnya, serta kurang memperhatikan tingkat kerohanian setiap individu jemaatnya. Padahal, masalah kualitas kerohanian ini sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap pengembangan gereja, termasuk pemuridan. Akhir-akhir ini gereja berkembang (secara kuantitas) bukan karena PI (Penginjilan), akan tetapi berkembang hanya karena faktor fertilitas (kelahiran) dan adanya jemaat pendatang (pindahan) dari gereja lain. Di sinilah ditemukan adanya jemaat Kristen karena orang tuanya orang Kristen (Kristen keturunan). Jarang ada gereja yang berkembang secara kuantitas sebagai akibat membaiknya kualitas kerohanian jemaat. Pola pembinaan yang terjadi di kebanyakan gereja adalah pukul rata. Semua jemaat dipukul rata dalam proses pembinaannya. Bahkan, sangat disayangkan apabila para pelayan/hamba Tuhan di gereja tersebut tidak tahu-menahu atau memang tidak berusaha tahu apakah semua jemaatnya sudah betul-betul lahir baru (LB/menerima Kristus Sebagai Juru Selamatnya) atau belum. Tidak cukup kalau penggolongan jenis ibadah atau tingkat kerohanian jemaat hanya didasarkan pada tingkat usia atau senioritas, atau kepandaian, atau jabatan. Dengan demikian, tantangan para pelayan Tuhan di gereja sebenarnya tidak boleh terpatok pada bagaimana mempersiapkan materi kotbah dan liturgi setiap minggu, melainkan harus memperhatikan tantangan berikutnya yaitu pemantauan terhadap tingkat kedewasaan kerohanian jemaat secara pribadi. Alangkah baiknya jika penggolongan dilakukan, seperti adanya istilah kelompok BLB (Baru Lahir Baru/Baru diinjili), lalu kelompok Mulai Hidup Baru (MHB/sudah mulai mengikuti tauladan Kristus), setelah itu Kelompok Tumbuh Bersama (KTB/telah mengikuti tauladan Kristus disertai dengan pemahaman Firman Tuhan yang cukup mendalam/sudah bisa melakukan pemuridan). Kelompok BLB dan MHB dalam pembinaannya masih membutuhkan bimbingan rohani secara intensif. Sedangkan KTB, yang terdiri dari beberapa orang, sudah bisa mencari materi sendiri untuk didiskusikan bersama. Perlu diketahui bahwa materi yang diberikan pada ketiga kelompok ini tidak seharusnya sama. Bagi kelompok BLB bisa dikatakan bagaikan bayi yang baru lahir sehingga masih membutuhkan air susu ibu, tidak mungkin langsung diberi bubur. Demikian juga kelompok MHB masih ibarat bayi yang masih bisa makan bubur, tidak mungkin langsung diberi nasi dengan lauk pauknya. Semuanya butuh proses bertumbuh dengan bekal rohani yang sesuai. Kelompok BLB dan MHB tidak mungkin langsung diberi materi tentang Doktrin Allah Tritunggal atau doktrin Roh Kudus, karena tingkat pemahamannya belum bisa diarahkan ke materi tersebut. Lagi pula, orang yang BLB berarti baru melepaskan diri dari tuan dosa dan menyerahkan diri kepada Tuan yang sesungguhnya yaitu Yesus, sehingga ia tidak langsung suci, tetapi ia akan butuh waktu untuk mengalami proses pengudusan oleh Roh Kudus sekaligus terdapat proses peningkatan pemahamannya tentang Allah . Orang yang masih terikat oleh dosa akan sulit memahami Allah. Orang yang ingin memahami Allah melalui FirmanNya harus menyerahkan dirinya kepada Kristus dan berusaha untuk hidup kudus di hadapanNya. Apabila ada yang mengatakan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah, memang benar. tetapi Allah mustahil untuk melakukan dosa. Tidak mungkin bagi Allah langsung menguduskan orang yang berdosa yang belum bertobat atau yang belum menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus (belum percaya kepada Kristus). Tuhan Yesus hanya berkenan bagi orang yang mau menerima Dia sebagai Juru Selamat hidupnya dan mengakui keberadaan dirinya sebagai orang berdosa (baca: Yohanes 1 : 12). Apabila di dalam gereja terdapat penggolongan seperti diuraikan di atas, maka akan memudahkan dalam pembinaannya dan mengena pada sasaran. Konsentrasi pembinaan akan diarahkan kepada kualitas kerohanian jemaat, bagaimana agar jemaat yang BLB bisa menjadi MHB, dan bagaimana jemaat yang MHB bisa menjadi KTB. Bisa dibayangkan betapa kacaunya pembinaan jemaat apabila pola yang diterapkan adalah pola pukul rata. Sering hasil dari pola pukul rata ini tidak optimal, sehingga pemuridan/penginjilan juga tidak optimal. Pada waktu peringatan Paskah atau Hari Natal hampir seluruh jemaat hadir, hingga pihak pengelola gereja harus menambah kursi di luar gereja, tetapi di waktu hari-hari biasa hampir separuh kursi gereja kosong. Atau ketika awal bulan (baru gajian) rajin ke gereja, tetapi di akhir-akhir bulan (bulan tua) malas ke gereja. Ada apa ? Dalam hal ini patut dipertanyakan motifasi jemaat datang ke gereja. Apakah motifasinya karena kerinduan akan suatu persekutuan dan untuk mendengar Firman Tuhan ? Ataukah ada motifasi yang lain ? Selain itu, kemungkinan yang terjadi ialah tidak jelasnya kriteria seseorang untuk bisa diangkat sebagai pelayan-pelayan dalam suatu gereja. Tidak jelas tingkat kedewasaan rohaninya. Persoalan selanjutnya ialah, gereja sampai saat ini, khususnya di Indonesia, umumnya tidak mampu mencetak hamba-hamba Tuhan/pelayan-pelayan Tuhan. Puncak maksimum keberadaan jemaat yang sudah dilayani bertahun-tahun hanya sebatas jemaat. Artinya, tahun demi tahun, statusnya tetap sebagai jemaat. Banyak gereja yang belum mampu mencetak pendeta-pendeta baru atau penginjil-penginjil baru dari jemaatnya sendiri. Selama ini gereja hanya mampu mencetak pendeta atau penginjil melalui pendidikan tinggi teologia. Tanpa lulus Sekolah Tinggi Teologia (STT) berarti belum bisa dipakai dalam jemaat. Pertanyaannya adalah, mengapa gereja belum mampu mengambil alih peranan STT ? Fungsi STT adalah; membekali calon hamba Tuhan dengan Firman Tuhan, membentuk kharakter sebagai hamba Tuhan, dan belajar ilmu-ilmu lain yang relevan. Oleh karena itu, gereja sebenarnya bisa mengambil alih fungsi itu, karena jemaat tidak dibatasi oleh Sistem Kredit Semester (SKS). Bahkan, semestinya jemaat yang sudah dibina selama bertahun tahun bisa lebih terbekali dibandingkan dengan sarjana teologi jika pola pembinaannya jelas dan terstruktur seperti telah diuraikan sebelumnya, yaitu jelas mana kelompok belum BLB, mana yang BLB, MHB, dan mana yang sudah KTB. Saatnya sekarang kita perlu merombak sikap ketergantungan pada STT untuk menghasilkan seorang pengkotbah atau penginjil. Untuk mewujudkan hal di atas maka diperlukan sebuah tim di dalam gereja, yang benar-benar berkompeten untuk memantau pertumbuhan setiap jemaatnya. Dengan demikian diharapkan perjuangan gereja tidak lagi hanya berkonsentrasi pada perjuangan agar jemaat yang sudah ada tetap hadir setiap Hari Minggu, tetapi lebih berkonsentrasi agar kualitas kerohanian jemaat itu semakin tinggi sehingga bisa dipersiapkan untuk menjangkau yang belum mengenal Kristus (penginjilan). Dengan demikian diharapkan pula setelah kualitas jemaat yang sudah ada tersebut meningkat maka kuantitas jemaat gereja akan semakin banyak karena penginjilan oleh setiap jemaat. Gereja harus mendorong jemaatnya untuk melakukan penginjilan. Semoga. Kiranya tulisan sederhana ini bermanfaat bagi saudara-saudaraku sekalian. Terpujilah Kristus kekal sampai selama-lamanya. Amin. "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l "Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!" (Roma 11:36) *********************************************************************** Moderator EskolNet berhak menyeleksi tulisan/artikel yang masuk. Untuk informasi lebih lanjut, pertanyaan, saran, kritik dan sumbangan tulisan harap menghubungi [EMAIL PROTECTED] BII Cab. Pemuda Surabaya, a.n. Robby (FKKS-FKKI) Acc.No. 2.002.06027.2 *********************************************************************** Kirimkan E-mail ke [EMAIL PROTECTED] dengan pesan: subscribe eskolnet-l ATAU unsubscribe eskolnet-l
[Eskol-Net]- Reformasi Pola Pembinaan Gereja
Buletin Elektronik Eskol-Net Thu, 21 Jan 1999 19:35:30 -0500