----- Original Message -----
Subject: FW:  Orang-orang Terkaya Indonesia dan Masa Depan Kita
Date: Mon, 25 Feb 2008 1:34:42
From: Balibudu Armstrong <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>




----- Original Message -----
Subject: FW:  Orang-orang Terkaya Indonesia dan Masa Depan Kita
Date: Thu, 21 Feb 2008 4:09:14
From: Ferdinand Sarindat (HA-MDO/ADKU) <[EMAIL PROTECTED]>
To:  <[EMAIL PROTECTED]>

 Message 

   

   
   

   

  Orang-orang Terkaya Indonesia dan Masa Depan 
  Kita Sumber: nofieiman.com Siapa saja sih 
  orang-orang terkaya di negeri ini? Dari angkatan lama ada Sukanto Tanoto, 
  Putera Sampoerna, Eka Tjipta Widjaja, Rachman Halim, Robert Budi Hartono, 
  dan Liem Sioe Liong yang selalu jadi langganan Forbes. Ada juga pengusaha 
  lokal seperti Aburizal Bakrie dan Arifin Panigoro dan yang baru seperti 
  Eddie William Katuari, Trihatma Haliman, atau Chairul Tanjung (Pemilik Bank 
  Mega, Trans TV, Trans 7, Bandung Super Mall, Coffee Bean Indonesia, 
  dll). Ada juga beberapa junior seperti Sandiaga Salahuddin Uno 
  dan Patrick S Walujo yang kelak berpotensi menjadi yang terkaya di 
  Indonesia . Sandi adalah Ketua HIPMI dan mantan credit officer Bank Summa. 
  Tahun 1998 Sandi dan Edwin Soeryadjaya mendirikan Saratoga Capital. 
  Mereka mengantongi US$ 1 miliar dan investasinya masuk kemana-mana. Sandi 
  kini juga mengejar proyek Tol Cikampek-Palimanan dan tambang emas Newmont 
  di NTB. Sedangkan Patrick adalah mantan bankir Goldman Sachs 
  yang kini nahkoda Northstar Pacific. Walau baru 3 tahun, ia sudah 
  mengantongi Alfa Retailindo dan Alfa Mart yang dulu di bawah Sampoerna. 
  Northstar juga memiliki perusahaan LNG dan ladang migas di Sumatera 
  Selatan. Dana yang dikelolanya sekitar US$ 100 juta dan sebagian dari Texas 
  Pacific Group. Mereka juga sedang memburu Garuda Indonesia dan Blok 
  Cepu. Ada pula Rosan P Roeslani, yang bersama Sandi membangun 
  Recapital Advisors; dan Tom Lembong, yang mengakuisisi BCA lewat 
  Farindo. Recapital mengantongi Bank BTPN dan memenangi tender Dipasena, 
  tambak udang terbesar Asia Tenggara. Sedangkan Tom adalah jebolan 
  Morgan Stanley dan mantan Kadiv Asset Management Investment BPPN yang 
  kini mendirikan Principia (Quvat). Quvat punya US$ 150 juta dan 
  memegang Adaro serta Blitz Megaplex Cinema. Dalam pembelian Adaro; 
  Sandi, Patrick, dan Tom tergabung dalam konsorsium dibantu Edwin dan 
  Teddy; plus Erick Tohir, pemilik Grup Mahaka. Mahaka sendiri 
  pemegang sahamnya adalah M Lutfi, bekas ketua HIPMI yang jadi Kepala BKPM. 
  Lutfi adalah putra Gunadarma yang sebelumnya adalah menantu Hartarto 
  (Menperin Orde Baru). Bekas istrinya punya sekolah desain, ESMOD, dan istri 
  Lutfi kini adalah Bianca Adinegoro. Ada juga Erick Tohir dan Boy Garibaldi 
  Tohir. Erick sedang menggenjot JakTV bersama Artha Graha Group, sambil 
  memosisikan Republika di 3 besar. Sedang Boy Garibaldi adalah salah satu 
  direktur Adaro. Erick pernah mengatakan bahwa Lutfi dan Wisnu Wardhana tak 
  aktif di Mahaka. Barangkali Wisnu sekarang sibuk mengurus perusahan 
  sekuritas dan pembangunan apartemen di depan BEJ. Nama lain 
  yang cukup berkibar adalah Hary Tanoesoedibjo dari Bhakti Asset Management 
  dan Global Mediacom. Bhakti pernah sukses membeli Salim Oleochemical dari 
  BPPN. Hary Tanoe pernah mendirikan Indonesia Recovery Company Limited 
  bersama Asia Debt Management. Ia juga dikenal dekat dengan George Soros dan 
  sering dititipi dana investasi para konglomerat papan atas, termasuk Salim. 
  Belakangan Harry dikenal sebagai raja media dengan bendera 
  MNC. Ada juga rising star grup Axton yang baru memulai bisnis. 
  Pemiliknya konon anak muda berusia 25 tahun yang merangkak dari nol.. 
  Mereka mengelola dana investor dengan menerapkan value investing ala 
  Warren Buffett. Sayang saya kurang informasi mengenai mereka.. Ada yang 
  bisa menambahkan? Yang jelas, mereka semua adalah anak-anak muda 
  brilian, berlimpah harta, lulusan luar negeri, punya pengalaman segudang, 
  dan closely-related each other. Bagaimana Mereka Membangun 
  Kekayaan Keberadaan orang-orang terkaya di sebuah negara penting 
  untuk menggerakkan ekonomi secara agregat dan memberi efek multiplier. 
  Mereka juga bisa menghitamputihkan bangsa, dan bahkan, sampai jadi bahan 
  gosip tak berkesudahan. Mereka jualah yang sebenarnya menggambar cerita 
  masa depan bangsa. Di Amerika, banyak pengusaha kecil yang 
  kemudian jadi besar. Tengok Google. Mereka punya kapitalisasi di atas Coca 
  Cola (US$ 137 milyar) dan hanya sedikit di bawah Intel. Jaringan ritel 
  Wal-Mart yang dimulai Sam Walton dari nol, kini kapitalisasi pasarnya 
  hampir US$ 200 milyar. Dan yang fenomenal tentu Microsoft dengan 
  kapitalisasi hampir US$ 300 milyar. Kalau tahun 1991 lalu saham MSFT 
  dihargai cuma US$ 5, kini sudah lebih dari US$ 80 per lembar. Angka ini 
  cuma bisa dilampaui Exxon Mobil yang memang sudah mapan lebih dari seabad 
  dengan kapitalisasi US$ 473 milyar. Iklim investasi di 
  Amerika memang sudah terbangun sedemikian rupa dan tersedia berbagai 
  insentif bagi (calon) wirausahawan yang bermaksud membangun bisnis baru. 
  Berbagai peraturan dan rule of the game juga jelas ditegakkan dan menjamin 
  kelangsungan usaha mereka. Dan memang bisa dikatakan bahwa cukup banyak 
  orang-orang terkaya di Amerika yang memulai usahanya dari nol karena memang 
  dikondisikan demikian. Berbeda 180 derajat dengan di Indonesia 
  . Di Indonesia, orang-orang terkaya cenderung (maaf) masih rent 
  seeking dan kurang kreatif. Calon orang-orang terkaya masa depan itu 
  berangkat bukan dari bawah. Mereka jago finance, punya linkage dengan 
  funding body di luar negeri - namun tak punya fondasi industri yang kokoh. 
  Mereka "cuma" pinjam uang ke luar, membeli perusahaan yang dihajar 
  krisis moneter 1997, lalu tinggal menuai panen. Mereka membentuk 
  semacam private equity atau hedge fund untuk memenuhi kebutuhan pendanaan. 
  BPPN atau PPA-lah yang jadi mak comblang tender jual-beli 
  ini. Namun naluri su'udzon saya bilang bahwa mereka juga 
  berinvestasi di politik. Misalnya, ingat kasus BLBI. Seperti kita tahu, 
  tender biasa dilakukan di Gedung Bidakara, milik BI. Kita juga tahu bahwa 
  petinggi BPPN kebanyakan merupakan keluarga BI. Lucunya, ada salah satu 
  parpol yang juga dekat dengan BPPN dan sering mengadakan hajatan di 
  Gedung Bidakara. Partai tersebut juga mencak-mencak ketika namanya 
  disangkutkan dengan kasus DKP dan mengancam siapapun yang mengungkit dana 
  DKP dengan alasan character assasination. Kalau tidak salah, partai 
  tersebut juga yang meloloskan Anwar Nasution sebagai ketua BPK. Anwar 
  adalah mantan Deputi Gubernur BI dan BPK adalah lembaga superior 
  satu-satunya yang bisa "mengaudit" kinerja BPPN dan BI. Nah, 
  pertanyaan su'udzon saya, apakah perusahaan-perusaha an murah tersebut 
  memang dijual kepada bidder terbaik dengan harga tertinggi; atau 
  orang-orang terkaya masa depan Indonesia tersebut mendapatkannya lewat cara 
  lain? Silakan simpulkan sendiri. Tentang Temasek dan 
  Singapura Yuk beralih sebentar ke Singapura. Temasek, bagi saya, adalah 
  model bisnis yang sangat bagus. Temasek adalah ramuan antara talenta 
  bisnis, visi strategik, dan kekuatan politik yang rancak. Mereka 
  mengumpulkan aset yang nilai intrinsiknya di bawah nilai pasar, lalu dibeli 
  dan dipoles, sampai harganya membumbung tinggi. Kendati 
  mengendalikan portofolio senilai lebih dari $80 milyar, sejak ditangani Ho 
  Ching tahun 2002, organisasi Temasek bisa dibilang plain dan simpel. Sangat 
  efisien. Temasek cuma punya tiga senior managing director dan delapan 
  managing director. Mereka inilah yang berburu aset-aset strategis untuk 
  dibeli - terutama di luar negeri. Mereka membeli perusahaan-perusaha an 
  yang "nampak" kurang sehat dan mengambil dengan proporsi yang sangat besar 
  sehingga memegang kontrol pengambilan keputusan. Direksi 
  Temasek juga merupakan tokoh terkemuka dari kalangan pemerintahan dan 
  politik, seperti S Dhanabalan, Kua Hong Pak, Koh Boon Hwee dan Kwa Chong 
  Seng, Lim Siong Guan, Sim Kee Boon, yang sangat berpengaruh dan dipercaya 
  oleh pemerintah. Mereka juga menjadi direktur di perusahaan pemerintah 
  lainnya. Di Temasek, seorang direktur diangkat dan diturunkan atas 
  persetujuan Presiden Singapura. Jelas, operasional Temasek sangat terbantu 
  oleh kekuatan politis ini. Talenta bisnis orang-orang Temasek 
  juga jempolan. Sebutlah Kua Hong Pak, direktur PSA sekaligus orang dekat 
  Lee Hsien Loong; Goh Yew Lim, direktur Direktur CIMB-GK Pte Ltd; dan tak 
  kalah penting, Ho Ching, mantan dirut SingTel, executive director Temasek, 
  dan istri Lee Hsien Loong. Temasek juga punya eksekutif dengan latar 
  belakang mumpuni, misalnya Simon Israel (Sara Lee Corporation/ Danone), 
  Manish Kejriwal (McKinsey), Frank Tang (Goldman Sachs), Francis Rozario 
  (Citibank). Wajar kalau Temasek selalu dapat yang terbaik: BII, Danamon, 
  Telkomsel, Indosat, atau Astra. Sayangnya Temasek tak 
  melakukan assessment terhadap risiko politik yang mungkin dihadapi. Temasek 
  terlalu naif berinvestasi hanya dengan melihat aspek finansial - apalagi 
  masuk di negara berkembang yang sarat dengan gonjang-ganjing politik. 
  Mereka mungkin lupa bahwa jaminan hukum dan iklim bisnis yang kondusif tak 
  selalu ada dan terjaga. Ho Ching juga punya reputasi tukang bikin bangkrut 
  saat membeli produsen harddisk Micropolis sampai nyaris dipecat dari 
  SingTel. Beliau juga membuat blunder terkait dengan pembelian Shin Corp di 
  Thailand baru-baru ini. Ho juga orang yang tertutup, tak bersahabat, dan 
  sulit dimengerti. Manuver Temasek dan Singapura 
  Sekarang Temasek kini juga mencengkeram Astra. BusinessWeek menyebut 
  Astra perusahaan terbaik 94 di Asia dan terbaik kedua di Indonesia 
  (setelah Telkom). Lini bisnis Astra juga berkibar di berbagai sektor, 
  sebutlah Astra Agro Lestari, Astra Graphia, Astra CMG Life, Asuransi Astra 
  Buana, Federal International Finance, Astra Credit Company, sampai 
  Bank Permata. Proses akuisisi ini sebenarnya sudah dilakukan 
  sejak krisis. Tapi puncaknya mungkin tahun 2003 ketika 39,5% saham Astra 
  dijual BPPN ke konsorsium Cycle & Carriage Mauritius yang dimodali DBS. 
  Mereka kemudian terus menambah kepemilikannya di Astra. Sekarang, 50,11% 
  saham Astra dikuasai Temasek lewat Jardine Cycle & Carriage (JCC) - 
  perusahaan yang sebenarnya dulu pernah akan dibeli Astra Otoparts. Dengan 
  pendapatan Rp 55 triliun, Astra jadi mesin uang buat 
  Temasek.. Yang paling saya "suka" dari Temasek, ia bisa memasuki 
  bisnis agro, otomotif, alat berat, infrastruktur, telekomunikasi, keuangan 
  dan menguasai pangsa pasar yang disentuhnya. Tapi hebatnya, manuver 
  Temasek begitu rapi, bertahap, dan low-profile. Nyaris tak terdengar. 
  Ironisnya, pelaku pasar kebanyakan kurang "ngeh" dengan manuver Temasek. 
  Repotnya lagi, kita lantas terbuai bahwa kalau perusahaan dikuasai 
  imperium Temasek, dijamin pasti bawa untung. Sejak 2004 
  Temasek memang banyak berburu di luar Singapura, dan hampir seluruhnya di 
  sektor jasa keuangan dan telekomunikasi. Investasi terbesarnya antara lain 
  BII, Danamon, Bank of China, Stanchart, dan Shin Corp. Silent expansion ini 
  menyiratkan ambisi Singapura untuk menjadi financial hub di kawasan Asia : 
  menguasai perbankan, mengendalikan telekomunikasi. Ke depannya, sektor apa 
  sih yang bisa lebih "hot" dari dua industri itu? Dan yang 
  tak boleh diabaikan, ingat kasus transaksi derivatif Indosat? Temasek 
  sampai mendatangkan mantan wakil Menteri Pertahanan Amerika untuk melobi 
  pejabat-pejabat Indonesia . Tangan-tangan Temasek juga menggerayangi 
  wartawan untuk mempengaruhi pemberitaan di media. Beberapa kasus yang 
  membuat nama Temasek negatif seperti ini membuat mereka memasang Myrna 
  Thomas sebagai managing director for corporate affairs untuk menetralisir 
  persepsi orang. Belakangan fungsi kehumasan ini dianggap lebih strategis 
  karena mereka memang banyak berekspansi ke luar negeri. Nama 
  "temasek" sebenarnya mengacu pada "sea town" atau nama purba Singapura. 
  Lucunya, gara-gara sumpah Mahapatih Gajah Mada, Singapura (Tumasik) dulu 
  pernah berada di bawah kekuasaan Nusantara. Sekarang, terlalu naif 
  membandingkan negeri ini dengan Singapura. Walau cuma sebesar Jakarta , 
  Singapura merupakan negara ke-17 terkaya di dunia. Repotnya, kendati 
  mengeruk duit di Indonesia , Singapura terkenal kurang ramah terhadap 
  negara kita. Dari Rakyat, Oleh Rakyat, Untuk Rakyat 
  (Singapura) Teorinya, membangun negara harus bertumpu pada 
  infrastruktur untuk kemaslahatan umat. Di Amerika, mereka justru 
  pertama-tama membangun rel kereta agar mobilitas rakyat (terutama menengah 
  ke bawah) lancar dan menggerakkan kegiatan perekonomian serta pertumbuhan. 
  Walau dicap kapitalis, mereka sebetulnya sangat berorientasi pada rakyat 
  kecil. Jepang dan Eropa juga demikian. Di Indonesia justru terbalik 
  keadaannya. Kita malah memprogram jalan tol 1000 km dan mengabaikan kereta 
  api. Yang diuntungkan jelas para penggede, bukan rakyat 
  kecil. Saat sekarang, makroekonomi sudah beranjak pulih. 
  Namun perusahaan-perusaha an bagus milik bangsa ini sudah kadung 
  diambil (mayoritas) oleh Singapura. Sementara pembangunan, seperti tersebut 
  di atas, tak berorientasi ke rakyat kecil. Jadi, lengkaplah sudah 
  kesialan kita. Sementara kita tak sadar malah ber-haha-hihi mengikuti 
  Tukul mengolok-olok diri sendiri. Lihat ilustrasi 
  berikut. Kembali ke orang-orang terkaya tersebut di atas, hubungan 
  Sandi dengan keluarga Soeryadjaya memang sudah sejak lama. Sandi pernah 
  menangani perusahaan Edward (kakak Edwin) di Canada. Sandi dan Edwin 
  pernah membangun situs e-marketing rumah123.com. Boleh jadi Sandi ada di 
  bawah bayang-bayang Edwin. Sedangkan Patrick adalah menantu Teddy 
  Rachmat, mantan petinggi Astra. Rosan P Roeslani adalah teman dekat Sandi. 
  Mereka sangat dekat dengan Astra dan keluarga Soeryadjaya, anak pendiri 
  Astra. Sementara Astra, kita tahu, sudah dikuasai Temasek. Keluarga 
  orang-orang terkaya lainnya - baik angkatan lama atau angkatan muda - juga 
  dekat dengan lingkaran ini. Pendek kata, pemilik aset-aset strategis 
  negeri ini kalau bukan Singapura ya orang-orang Indonesia yang dekat 
  dengan Singapura. Jadi, salahkah saya kalau berteori bahwa masa 
  depan negeri ini sebenarnya ada di tangan Singapura? Mudah-mudahan 
  sedikit coretan ini bisa memotivasi pembaca sekalian - agar tak cuma 
  berpacu mengejar kekayaan, tetapi juga memperjuangkan nation pride. Saya, 
  Anda, siapa pun juga pasti pengen jadi kaya. Masalahnya siapa yang ingin 
  memulai dan siapa yang cuma ingin mengamati, atau ngrasani saja? Jujur 
  saja, saya lebih senang bertransaksi dengan orang kita sendiri; yang 
  jelas-jelas mengembalikan sebagian keuntungannya buat fakir miskin dan anak 
  yatim. Tapi mau gimana lagi? 

 Recent Activity 

    1 
  New 
  Links Visit 
Your Group 

 Only on Yahoo! 
 World 
of Star Wars 
 Meet fans, watch 
 videos & more. 

 Drive Traffic 
 Sponsored 
Search 
 can help increase 
 your site traffic. 

 Yahoo! Groups 
 How-To 
Zone 
 Do-It-Yourselfers 
 Connect & share. 
 .  




      ___________________________________ 
Scopri il Blog di Yahoo! Mail: trucchi, novità, consigli.... e la tua opinione!
http://www.ymailblogit.com/blog/




      ___________________________________ 
L'email della prossima generazione? Puoi averla con la nuova Yahoo! Mail: 
http://it.docs.yahoo.com/nowyoucan.html

Kirim email ke