-----Original Message-----
From:        IDA ARIMURTI
Sent:        Thursday, September 05, 2002 4:34 PM
To:          Jakarta Female Club


Betapa terpukulnya Minati Atmanagara, ketika tubuh anaknya tiba-tiba
diserang nyeri dan tak bisa digerakkan. Lama sesudah berobat ke mana- mana,
baru ketahuan buah hatinya terkena rematik genetik. Penyakit yang tergolong
langka dan akan diidap selama hidup.

Kelahiran Catra Chrisandi Felder pada tanggal 10 November 1985 menambah
kebahagiaan Minati Atmanagara dan suaminya. la memang lahir cesar karena
jalan lahirnya tertutup plasenta (plasenta previa). Namun putera sulung
mereka ini sangat sehat dengan berat 3,25 kg dan panjang 52 cm.  "Anaknya
sangat ekspresif, kalau menangis atau tertawa selalu kencang. Usia 10 bulan
sudah bisa lari dan boleh dibilang nggak punya penyakit serius, kecuali
asma ringan," tutur Minati memulai kisah perjuangannya mendampingi putranya
yang sakit.


Jalannya Jinjit

Satu hal yang membuat Catra tampak berbeda dibanding anak-anak lain, kata
artis sinetron yang kini lebih dikenal sebagai guru senam ini, ia selalu
berjalan dengan cara jinjit. Si kecil yang lincah dan cenderung hiperaktif
ini tak pernah menggunakan tumitnya.  Karena tak pernah difungsikan
tumitnya menjadi rata dan kulit di daerah itu begitu lembut. Lantaran
jalannya seperti itu, bagian depan semua sepatunya yang mungil akan
terangkat bila
diletakkan, menyerupai perahu-perahu kecil yang berjajar. "Kita
menganggapnya lucu dan tidak berpikir bahwa ada sesuatu yang serius," ujar
ibu dua anak ini.  Sewaktu Catra masuk playgroup dan kemudian ke Taman
Kanak-Kanak kebiasaan itu tidak hilang juga. Minati pun mulai serius
menanggapinya dan lebih cerewet saat mengajari Catra agar berjalan dengan
benar. "Pegel, Mama kalau jalannya begitu," jawab Catra yang saat itu sudah
lancar berbicara.

Dari tahun ke tahun ia pun berusaha makin serius memperhatikan si kecil.
Ketika buah hatinya itu berusia 7 tahun dan masuk SD, cara jalannya belum
juga berubah. Minati lalu berinisiatif memeriksakannya ke dokter ahli
tulang di RS Siaga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.  Pasien kecil itu
diminta melakukan beberapa gerakan, salah satunya berjongkok. Setiap kali
ia jongkok dan menapakkan tumitnya, pasti akan terguling ke belakang.
Karena itu ia berusaha berpegangan kencang pada meja, supaya tidak jatuh.
Setelah dirontgen, ketahuan kalau betisnya sudah memendek dan struktur pada
pinggulnya berubah.  Sejak saat itu mulailah hari-hari Catra disibukkan
dengan terapi. la harus menjalani terapi dengan pemanasan, diberi getaran
listrik, juga berbagai gerakan peregangan. Kala itu, dokter maupun Minati
belum berpikir adanya masalah berat yang membuatnya tidak nyaman berjalan
biasa dan menggunakan tubuhnya secara tidak benar.


Direndam Garam Kristal

Fisioterapi itu justru mencetuskan masalah-masalah yang lebih serius.  Ada
gerakan terapi yang malah mengakibatkan cidera. "Tentu saja saya tambah
dimarahi suami. Anak cuma jinjit saja harus keluar masuk
rumahsakit,"ungkapnya menirukan ucapan sang suami. Bagi orang yang tidak
menderita rematik, gerakan seperti menekuk dan menarik kaki ke arah
belakang, bisa dilakukan dengan mudah. Tapi tidak dengan Catra. Banyak
gerakan yang ia lakukan dengan amat kaku.  Puncak penderitaan terjadi
ketika Catra kelas 5 SD. Suatu kali tubuhnya mendadak seperti lumpuh.
Seluruh tubuhnya nyeri dan sama sekali tidak bisa digerakkan. Anak
laki-laki yang seharusnya aktif itu cuma bisa berbaring
diam sambil mengerang kesakitan. "Kami semua bingung sekali, karena
penyakitnya juga belum ketemu," kenangnya.

Sebagai ibu, Minati terus terang merasa sangat terpukul menyaksikan
penderitaan puteranya. Pemain sinetron dan model iklan ini harus
meninggalkan semua kegiatan dan terus-menerus menunggui Catra. "Saya sempat
putus asa, pikiran buntu dan bisanya cuma menangis. Lama saya tak bisa
menarik hikmah dari cobaan ini," lanjutnya.

Hari-harinya diisi dengan mengompres atau merendam tubuh Catra ke dalam bak
mandi berisi air hangat dan garam kristal. Kadang ia gunakan air ozon.
Mungkin karena merasa nyaman dan terbebas dari nyeri, Catra akan tenang dan
betah berlama-lama di bak mandi itu.  "Saking lamanya direndam tubuhnya
sampai kisut-kisut, bahkan ada yang terkelupas kulitnya. Kadang sampai
ketiduran, jadi saya harus memegangi dia, takut merosot ke air. Kalau
diangkat dia akan teriak," cerita pemilik tiga Studio Primadona itu.
Selama itu pula Minati tetap berusaha membawanya berobat dari dokter yang
satu ke dokter lain, sayangnya tak juga ketemu dokter yang tepat. Saat is
merencanakan membawa Catra ke Singapura, seorang teman menganjurkan untuk
mencoba berobat ke seorang sinse di Muara Karang.


Ramuan Kulit Ular

Ternyata perlu usaha luar biasa untuk membawa Catra ke sinse itu.
Keadaannya sudah parah sekali dan tubuhnya tak bisa digerakkan.  Jangankan
digerakkan, disentuh sedikit saja ia akan meraung-raung kesakitan.
Dibutuhkan waktu dua jam untuk membopongnya dari tempat tidur ke mobil,
karena harus sangat perlahan dan pakai istirahat. Belum lagi,
goncangan-goncangan di perjalanan juga menjadi siksaan tersediri bagi si
kecil. "Acara ke sinse itu luar biasa bikin kelenger, jadi akhirnya saya
beli kursi roda untuk memudahkan," tutur perempuan berdarah indo-Jerman
ini.

Sinse yang tak disebut namanya itu minta waktu enam bulan untuk
menanganinya. Selain terapi pijat dan pemanasan, ada ramuan dari
rempah-rempah serta kulit ular, yang harus digodog dan diminum. Catra tidak
mau minum ramuan itu karena luar biasa amis. Jadi akhirnya ramuan itu
dimasukkan ke dalam kapsul-kapsul.  Agak lega juga melihat ada sedikit
kemajuan. la sudah bisa jalan lagi meski terhuyung-huyung dan harus pakai
krek ke sekolah. Yang penting buat Minati, puteranya bisa masuk sekolah
lagi.  Pengobatan dengan sinse itu pun berlanjut hingga Catra berusia 15
tahun.


Ke Singapura Tanpa Kemajuan

Sambil berlangganan sinse, Minati tetap mencari dokter yang bisa
menyembuhkan penyakit anaknya. Salah satu yang ia
datangi yakni Dr. Harry Isbagio, dokter ahli rematik di RS MMC, Jakarta.
Dokter inilah yang menyatakan Catra menderita penyakit langka yang namanya
rematik genetik.

Penyakit ini diidap terutama oleh anak laki-laki dan kebanyakan yang
berdarah Eropa dan Cina. la juga merekomendasikan sebuah alamat di
Singapura untuk mendapatkan second opinion yang mungkin akan lebih
meyakinkan Minati.  Benar apa yang dikatakan Dr. Harry. Dokter ahli di RS
Tan Tock Seng, Singapura, juga mengatakan hal yang sama. Kenyataan pahit
tetap harus dihadapi, karena dokter itu juga menyatakan penyakit tersebut
akan diidap pasien seumur hidup. "Kalau sedih terus, pasti tidak ketemu
jalan keluarnya juga. Jadi saya memang harus menerima semua itu dengan
tetap bersikap dan berpikir positif," ujarnya dengan periuh tekad.

Selain obat yang tidak boleh putus, Catra diharuskan melakukan
gerakan-gerakan tertentu, supaya ketika dewasa tidak
mengalami cacat tubuh. Latihan dengan gerakan yang disarankan ahli
fisioterapi di Singapura itu harus dilakukan dua kali sehari.  Sepulang
dari Singapura, proses penyembuhan dengan pijatan oleh sinse juga tetap
dijalankan, walau frekuensinya dikurangi.

Barangkali karena Catra sudah cukup lama menderita rematik genetik itu,
kemajuan yang memuaskan belum terlihat meski
sudah dibawa ke Singapura. Hal itu juga tampak dari hasil pemeriksaan darah
sebulan sekali.


Bisa Berolahraga

Suatu saat, dari seorang ibu yang bernasib sama, Minati mendapat informasi
tentang Dr. Adiwirawan yang ahli rematik.
"Ibu itu membaca cerita saya di sebuah media. Segera timbul harapan dan
saya langsung telepon Dr. Adi di Kelapa Gading, Jakarta Timur," katanya.

Selanjutnya makin lengkap keterangan tentang penyakit ini yang diperoleh
Minati. "Dokter Adiwirawan bilang Catra
tidak bisa sembuh 100 persen, tapi perlahan-lahan radang di dalam darahnya
bisa ditekan. Tiga bulan sekali darahnya harus diperiksa," tambahnya. Ia
juga dipinjami video latihan oleh Dr. Adi.

Pendeknya, setelah ditangani Dr. Adiwirawan, Catra mengalami kemajuan cukup
pesat. Pemuda yang kini berusia 17 tahun itu perlahan-lahan sudah bisa
mengikuti kegiatan olahraga di sekolah. Kini ia bahkan mulai tekun berlatih
musik drum.  Ada katanya is mengeluh bosan. Bayangkan, 4 kali sehari ia
harus minum beberapa jenis obat. Paling tidak ada 6 butir kapsul untuk
setiap kali minum. Obat-obatan itu juga berdampak buruk pada lambungnya,
sehingga ia harus benar-benar makan secara teratur dengan menu yang baik.
Supaya tulang-tulang dan sendinya.terpelihara, ia pun perlu mengkonsumsi
suplemen omega 3, susu berkalsium tinggi atau suplemen kalsium.

Dua kali sehari ia harus melatih tubuhnya dengan beberapa gerakan tertentu.
Ada pula aktivitas rutinnya setiap pagi,
yaitu memanaskan tubuh di bawah siraman air anas dari shower sambil
meregang-regangkan tubuhnya.  Untuk itu Minati tak pernah henti mengajaknya
selalu berpikir positif. Hanya dengan cara itulah, segala beban berat akan
terasa lebih ringan.

"Ini Memang Porsi Buat Saya"
"Kamu beruntung punya mama guru senam, sehingga bisa cepat menerapkan
gerakan terapi." Kata-kata ahli fisioterapi di
Singapura itu begitu menggugah Minati. Dari situlah ia baru bisa melihat
hikmah dari perjuangan panjang yang selama ini diembannya. Gerakan-gerakan
terapi itu memang mirip gerakan body performance yang selalu ia lakukan dan
ajarkan kepada para anggota di studio senamnya. "Coba kalau ibu lain,
mungkin sulit memahami dan menerapkannya. Pasti bingung juga. Akhirnya saya
sadar bahwa problem ini memang porsi buat saya," ungkap Minati.
Mulai saat itu selain melatih anggota studionya, di rumah ia juga menangani
anggota khusus, yakni puteranya sendiri.
Sebelumnya ia bersikap agak keras pada anggota studio yang tidak bisa
meluruskan tangan dengan benar. Tapi sekarang ia jadi lebih tanggap dan
makin memahami bahwa masing-masing orang punya kemampuan dan kondisi yang
berlainan.

Bagi Catra sendiri, tentu sulit menerima begitu saja kondisinya. Sudah
pasti penyakit itu telah mempengaruhi masa
tumbuh kembangnya.  Otomatis prestasi belajarnya pun terganggu." Namun
positifnya, pemuda bertinggi 176 cm itu tumbuh menjadi pribadi yang penuh
perhitungan dan lebih dekat pada Tuhan. Meski ia pun seringkali menarik
diri dan terlihat agak-tertutup.  Ia harus pintar mengendalikan emosinya,
karena kondisi stres sangat berpengaruh pada kekambuhan penyakitnya. Pihak
sekolah memang sering tak mau memahami kondisinya, dan Catra bukanlah tipe
remaja yang suka diperlakukan istimewa, apalagi dikasihani. Ia berusaha
keras menjalani semua pelajaran, termasuk olahraga sesuai dengan
kemampuannya.

Pelajar kelas 2 SMA ini sebenarnya sering mendapat tawaran untuk menjadi
bintang iklan, tapi tak satu pun yang
diterimanya.  Keinginannya menjadi pemain basket dan pembalap, mau tak mau
harus diredamnya. Baginya yang terpenting masih bisa menikmati hidup dan
melakukan hal-hal yang menyenangkan. Pelan-pelan ia kini bisa melakukan
olahraga ringan.
"Saya senang waktu dia tiba-tiba minta belajar musik dan memilih drum. Itu
bagus karena main drum akan menggerakkan seluruh tubuhnya," ujar Minati
penuh nada bahagia.


Apa Kata Pakar?
Waspadai Anak Demam Berkepanjangan

Penyakit rematik memiliki lebih dari 100-an jenis. Ada yang genetik, ada
yang non-genetik. Menurut dokter ahli rematik, Dr. Adiwirawan Mardjuadi,
M.Sc.,Ph.D., jika penyakitnya genetik pasti serius. Itu berarti ada
kelainan di dalam darah yang dinamakan HLA (human leucocyte antigen).

"Ada dua tipe penyakit rematik kronik yang berhubungan dengan genetik.
Secara garis besar ada rematik ankilosing spondilitis yang berkaitan dengan
HLA-1327, dan artritis rematoid yang biasa disebut HLA-DW4," jelas ahli
rematik yang sekitar 12 tahun mendalami rematik, terutama di Belgia dan
Belanda, ini.

Ankilosing spondilitis biasa menyerang sendi-sendi tulang belakang dan
sendi-sendi besar lain, seperti daerah lutut,
panggul, dan pergelangan kaki. Rematik jenis ini dominan menyerang
laki-laki.  Sementara artritis rematoid yang menyerang sendi-sendi kecil,
seperti tangan dan kaki, lebih banyak terjadi pada perempuan.  Artritis
rematoid juga dapat berpengaruh buruk pada organ seperti mata, liver,
ginjal, serta limpa. Kasus rematik genetik lebih banyak terjadi pada
keturunan asing atau indo dan ras Cina. Orang Indonesia asli tidak
potensial untuk terkena penyakit ini.


Obat Baru Rp 120 Juta

Ketepatan diagnosa penyakit yang tergolong kronik ini sangat penting,
supaya dapat ditentukan pengobatan serta terapi yang tepat pula. Bila
tidak, rematik ini bisa menimbulkan kecacatan sendi yang menetap.
Kenyataannya, tambah Dr. Adiwirawan, terdapat kesulitan tersendiri dalam
mendeteksi rematik genetik ini pada anak-anak. Selain pertumbuhan tulang
belum sempurna, gejala awalnya biasanya demam tinggi yang bisa
berkepanjangan.

Kondisi panas tinggi itu bisa berlangsung 1-2 minggu, bahkan hingga selama
3 bulan. Karena itulah sering terjadi salah diagnosa, anak dinyatakan
terkena demam tipoid.  "Yang penting pada anak-anak harus dilihat hasil
pemeriksaan darahnya, juga hasil foto, dan untuk lebih jelasnya bisa dengan
scanning," ujar Dr. Adiwirawan yang sudah menulis belasan text book
berhubungan dengan rematik, yang diterbitkan di luar negeri. Jadi
sebetulnya penyakit ini bisa dideteksi sejak dini, apabila ditangani dokter
yang benar-benar ahli. Seperti halnya penyakit lain, jika dideteksi lebih
dini maka tingkat kesembuhan (remisi) akan lebih bagus.

Karena bersifat genetik memang sebetulnya penyakit ini tidak bisa
dihilangkan sama sekali, namun bisa dikendalikan sehingga tidak terjadi
kekambuhan. Apalagi saat ini sudah tersedia berbagai jenis obat dari yang
sederhana hingga yang agresif. Untuk ankilosing spondilitis ada obat baru
yang bernama TNF, namun harganya masih sangat mahal, sekitar Rp 120 juta
untuk kebutuhan setahun.  "Itu bagus sekali, tapi di Indonesia belum ada
dan harus pesan," kata dokter yang pernah berceramah di hadapan 7000 dokter
pada kongres rematik sedunia di Barcelona, Spanyol ini.

Selain obat yang biasanya harus diminum seumur hidup, pasien rematik
genetik harus rajin melakukan fisioterapi dan latihan (exercise)
gerakan-gerakan tertentu. Hingga saat ini Dr. Adiwirawan sudah menangani
sekitar 200 pasien ankilosing spondilitis dan 100-an pasien artritis
rematoid di Indonesia. Dibanding kasus lain, penyakit ini memang bisa
dikatakan langka.








_________________________________________________________________
The information transmitted is intended only for the person or entity to
which it is addressed and may contain confidential and/or privileged
material.  Any review, retransmission, dissemination or other use of, or
taking of any action in reliance upon, this information by persons or
entities other than the intended recipient is prohibited.   If you received
this in error, please contact the sender and delete the material from any
computer.


>> Kirim bunga ke kota2 di Indonesia dan mancanegara? Klik, http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com

Kirim email ke