Mbak Sendi,

Terima kasih sudah memforward kisah minati.

Untuk bapak Firdaus, mudah-mudahan tidak ada yang serius dengan putra bapak.
Segera ke dsa, jangan ditunda yah pak. Salam buat si kecil.

Thank you and regards,
Ella

email address: [EMAIL PROTECTED]

----- Original Message -----
From: "Sendi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, October 09, 2002 8:14 AM
Subject: Re: [balita-anda] Kebiasaan Anak


> Pak Firdaus,
>
> Saya setuju sama Mbak Lilis, berikut saya lampirkan cerita Minati yg Mbak
> Lilis maksud-dari milis kita juga- (betul nggak mbak?). Ini bukan u/
> nakut2in loh, supaya jadi bahan pertimbangan aza. Semoga bermanfaat.
>
> [balita-anda] ARTIKEL: Minati Atmanagara, "Anakku Menderita Rematik
> Genetik.."
>
> --------------------------------------------------------------------------
--
> ----
>
> From: vinke.sunaryo
> Subject: [balita-anda] ARTIKEL: Minati Atmanagara, "Anakku Menderita
Rematik
> Genetik.."
> Date: Thu, 05 Sep 2002 20:14:21 -0700
>
> --------------------------------------------------------------------------
--
> ----
>
> -----Original Message-----
> From:        IDA ARIMURTI
> Sent:        Thursday, September 05, 2002 4:34 PM
> To:          Jakarta Female Club
>
>
> Betapa terpukulnya Minati Atmanagara, ketika tubuh anaknya tiba-tiba
> diserang nyeri dan tak bisa digerakkan. Lama sesudah berobat ke mana-
mana,
> baru ketahuan buah hatinya terkena rematik genetik. Penyakit yang
tergolong
> langka dan akan diidap selama hidup.
>
> Kelahiran Catra Chrisandi Felder pada tanggal 10 November 1985 menambah
> kebahagiaan Minati Atmanagara dan suaminya. la memang lahir cesar karena
> jalan lahirnya tertutup plasenta (plasenta previa). Namun putera sulung
> mereka ini sangat sehat dengan berat 3,25 kg dan panjang 52 cm.  "Anaknya
> sangat ekspresif, kalau menangis atau tertawa selalu kencang. Usia 10
bulan
> sudah bisa lari dan boleh dibilang nggak punya penyakit serius, kecuali
> asma ringan," tutur Minati memulai kisah perjuangannya mendampingi
putranya
> yang sakit.
>
>
> Jalannya Jinjit
>
> Satu hal yang membuat Catra tampak berbeda dibanding anak-anak lain, kata
> artis sinetron yang kini lebih dikenal sebagai guru senam ini, ia selalu
> berjalan dengan cara jinjit. Si kecil yang lincah dan cenderung hiperaktif
> ini tak pernah menggunakan tumitnya.  Karena tak pernah difungsikan
> tumitnya menjadi rata dan kulit di daerah itu begitu lembut. Lantaran
> jalannya seperti itu, bagian depan semua sepatunya yang mungil akan
> terangkat bila
> diletakkan, menyerupai perahu-perahu kecil yang berjajar. "Kita
> menganggapnya lucu dan tidak berpikir bahwa ada sesuatu yang serius," ujar
> ibu dua anak ini.  Sewaktu Catra masuk playgroup dan kemudian ke Taman
> Kanak-Kanak kebiasaan itu tidak hilang juga. Minati pun mulai serius
> menanggapinya dan lebih cerewet saat mengajari Catra agar berjalan dengan
> benar. "Pegel, Mama kalau jalannya begitu," jawab Catra yang saat itu
sudah
> lancar berbicara.
>
> Dari tahun ke tahun ia pun berusaha makin serius memperhatikan si kecil.
> Ketika buah hatinya itu berusia 7 tahun dan masuk SD, cara jalannya belum
> juga berubah. Minati lalu berinisiatif memeriksakannya ke dokter ahli
> tulang di RS Siaga, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.  Pasien kecil itu
> diminta melakukan beberapa gerakan, salah satunya berjongkok. Setiap kali
> ia jongkok dan menapakkan tumitnya, pasti akan terguling ke belakang.
> Karena itu ia berusaha berpegangan kencang pada meja, supaya tidak jatuh.
> Setelah dirontgen, ketahuan kalau betisnya sudah memendek dan struktur
pada
> pinggulnya berubah.  Sejak saat itu mulailah hari-hari Catra disibukkan
> dengan terapi. la harus menjalani terapi dengan pemanasan, diberi getaran
> listrik, juga berbagai gerakan peregangan. Kala itu, dokter maupun Minati
> belum berpikir adanya masalah berat yang membuatnya tidak nyaman berjalan
> biasa dan menggunakan tubuhnya secara tidak benar.
>
>
> Direndam Garam Kristal
>
> Fisioterapi itu justru mencetuskan masalah-masalah yang lebih serius.  Ada
> gerakan terapi yang malah mengakibatkan cidera. "Tentu saja saya tambah
> dimarahi suami. Anak cuma jinjit saja harus keluar masuk
> rumahsakit,"ungkapnya menirukan ucapan sang suami. Bagi orang yang tidak
> menderita rematik, gerakan seperti menekuk dan menarik kaki ke arah
> belakang, bisa dilakukan dengan mudah. Tapi tidak dengan Catra. Banyak
> gerakan yang ia lakukan dengan amat kaku.  Puncak penderitaan terjadi
> ketika Catra kelas 5 SD. Suatu kali tubuhnya mendadak seperti lumpuh.
> Seluruh tubuhnya nyeri dan sama sekali tidak bisa digerakkan. Anak
> laki-laki yang seharusnya aktif itu cuma bisa berbaring
> diam sambil mengerang kesakitan. "Kami semua bingung sekali, karena
> penyakitnya juga belum ketemu," kenangnya.
>
> Sebagai ibu, Minati terus terang merasa sangat terpukul menyaksikan
> penderitaan puteranya. Pemain sinetron dan model iklan ini harus
> meninggalkan semua kegiatan dan terus-menerus menunggui Catra. "Saya
sempat
> putus asa, pikiran buntu dan bisanya cuma menangis. Lama saya tak bisa
> menarik hikmah dari cobaan ini," lanjutnya.
>
> Hari-harinya diisi dengan mengompres atau merendam tubuh Catra ke dalam
bak
> mandi berisi air hangat dan garam kristal. Kadang ia gunakan air ozon.
> Mungkin karena merasa nyaman dan terbebas dari nyeri, Catra akan tenang
dan
> betah berlama-lama di bak mandi itu.  "Saking lamanya direndam tubuhnya
> sampai kisut-kisut, bahkan ada yang terkelupas kulitnya. Kadang sampai
> ketiduran, jadi saya harus memegangi dia, takut merosot ke air. Kalau
> diangkat dia akan teriak," cerita pemilik tiga Studio Primadona itu.
> Selama itu pula Minati tetap berusaha membawanya berobat dari dokter yang
> satu ke dokter lain, sayangnya tak juga ketemu dokter yang tepat. Saat is
> merencanakan membawa Catra ke Singapura, seorang teman menganjurkan untuk
> mencoba berobat ke seorang sinse di Muara Karang.
>
>
> Ramuan Kulit Ular
>
> Ternyata perlu usaha luar biasa untuk membawa Catra ke sinse itu.
> Keadaannya sudah parah sekali dan tubuhnya tak bisa digerakkan.  Jangankan
> digerakkan, disentuh sedikit saja ia akan meraung-raung kesakitan.
> Dibutuhkan waktu dua jam untuk membopongnya dari tempat tidur ke mobil,
> karena harus sangat perlahan dan pakai istirahat. Belum lagi,
> goncangan-goncangan di perjalanan juga menjadi siksaan tersediri bagi si
> kecil. "Acara ke sinse itu luar biasa bikin kelenger, jadi akhirnya saya
> beli kursi roda untuk memudahkan," tutur perempuan berdarah indo-Jerman
> ini.
>
> Sinse yang tak disebut namanya itu minta waktu enam bulan untuk
> menanganinya. Selain terapi pijat dan pemanasan, ada ramuan dari
> rempah-rempah serta kulit ular, yang harus digodog dan diminum. Catra
tidak
> mau minum ramuan itu karena luar biasa amis. Jadi akhirnya ramuan itu
> dimasukkan ke dalam kapsul-kapsul.  Agak lega juga melihat ada sedikit
> kemajuan. la sudah bisa jalan lagi meski terhuyung-huyung dan harus pakai
> krek ke sekolah. Yang penting buat Minati, puteranya bisa masuk sekolah
> lagi.  Pengobatan dengan sinse itu pun berlanjut hingga Catra berusia 15
> tahun.
>
>
> Ke Singapura Tanpa Kemajuan
>
> Sambil berlangganan sinse, Minati tetap mencari dokter yang bisa
> menyembuhkan penyakit anaknya. Salah satu yang ia
> datangi yakni Dr. Harry Isbagio, dokter ahli rematik di RS MMC, Jakarta.
> Dokter inilah yang menyatakan Catra menderita penyakit langka yang namanya
> rematik genetik.
>
> Penyakit ini diidap terutama oleh anak laki-laki dan kebanyakan yang
> berdarah Eropa dan Cina. la juga merekomendasikan sebuah alamat di
> Singapura untuk mendapatkan second opinion yang mungkin akan lebih
> meyakinkan Minati.  Benar apa yang dikatakan Dr. Harry. Dokter ahli di RS
> Tan Tock Seng, Singapura, juga mengatakan hal yang sama. Kenyataan pahit
> tetap harus dihadapi, karena dokter itu juga menyatakan penyakit tersebut
> akan diidap pasien seumur hidup. "Kalau sedih terus, pasti tidak ketemu
> jalan keluarnya juga. Jadi saya memang harus menerima semua itu dengan
> tetap bersikap dan berpikir positif," ujarnya dengan periuh tekad.
>
> Selain obat yang tidak boleh putus, Catra diharuskan melakukan
> gerakan-gerakan tertentu, supaya ketika dewasa tidak
> mengalami cacat tubuh. Latihan dengan gerakan yang disarankan ahli
> fisioterapi di Singapura itu harus dilakukan dua kali sehari.  Sepulang
> dari Singapura, proses penyembuhan dengan pijatan oleh sinse juga tetap
> dijalankan, walau frekuensinya dikurangi.
>
> Barangkali karena Catra sudah cukup lama menderita rematik genetik itu,
> kemajuan yang memuaskan belum terlihat meski
> sudah dibawa ke Singapura. Hal itu juga tampak dari hasil pemeriksaan
darah
> sebulan sekali.
>
>
> Bisa Berolahraga
>
> Suatu saat, dari seorang ibu yang bernasib sama, Minati mendapat informasi
> tentang Dr. Adiwirawan yang ahli rematik.
> "Ibu itu membaca cerita saya di sebuah media. Segera timbul harapan dan
> saya langsung telepon Dr. Adi di Kelapa Gading, Jakarta Timur," katanya.
>
> Selanjutnya makin lengkap keterangan tentang penyakit ini yang diperoleh
> Minati. "Dokter Adiwirawan bilang Catra
> tidak bisa sembuh 100 persen, tapi perlahan-lahan radang di dalam darahnya
> bisa ditekan. Tiga bulan sekali darahnya harus diperiksa," tambahnya. Ia
> juga dipinjami video latihan oleh Dr. Adi.
>
> Pendeknya, setelah ditangani Dr. Adiwirawan, Catra mengalami kemajuan
cukup
> pesat. Pemuda yang kini berusia 17 tahun itu perlahan-lahan sudah bisa
> mengikuti kegiatan olahraga di sekolah. Kini ia bahkan mulai tekun
berlatih
> musik drum.  Ada katanya is mengeluh bosan. Bayangkan, 4 kali sehari ia
> harus minum beberapa jenis obat. Paling tidak ada 6 butir kapsul untuk
> setiap kali minum. Obat-obatan itu juga berdampak buruk pada lambungnya,
> sehingga ia harus benar-benar makan secara teratur dengan menu yang baik.
> Supaya tulang-tulang dan sendinya.terpelihara, ia pun perlu mengkonsumsi
> suplemen omega 3, susu berkalsium tinggi atau suplemen kalsium.
>
> Dua kali sehari ia harus melatih tubuhnya dengan beberapa gerakan
tertentu.
> Ada pula aktivitas rutinnya setiap pagi,
> yaitu memanaskan tubuh di bawah siraman air anas dari shower sambil
> meregang-regangkan tubuhnya.  Untuk itu Minati tak pernah henti
mengajaknya
> selalu berpikir positif. Hanya dengan cara itulah, segala beban berat akan
> terasa lebih ringan.
>
> "Ini Memang Porsi Buat Saya"
> "Kamu beruntung punya mama guru senam, sehingga bisa cepat menerapkan
> gerakan terapi." Kata-kata ahli fisioterapi di
> Singapura itu begitu menggugah Minati. Dari situlah ia baru bisa melihat
> hikmah dari perjuangan panjang yang selama ini diembannya. Gerakan-gerakan
> terapi itu memang mirip gerakan body performance yang selalu ia lakukan
dan
> ajarkan kepada para anggota di studio senamnya. "Coba kalau ibu lain,
> mungkin sulit memahami dan menerapkannya. Pasti bingung juga. Akhirnya
saya
> sadar bahwa problem ini memang porsi buat saya," ungkap Minati.
> Mulai saat itu selain melatih anggota studionya, di rumah ia juga
menangani
> anggota khusus, yakni puteranya sendiri.
> Sebelumnya ia bersikap agak keras pada anggota studio yang tidak bisa
> meluruskan tangan dengan benar. Tapi sekarang ia jadi lebih tanggap dan
> makin memahami bahwa masing-masing orang punya kemampuan dan kondisi yang
> berlainan.
>
> Bagi Catra sendiri, tentu sulit menerima begitu saja kondisinya. Sudah
> pasti penyakit itu telah mempengaruhi masa
> tumbuh kembangnya.  Otomatis prestasi belajarnya pun terganggu." Namun
> positifnya, pemuda bertinggi 176 cm itu tumbuh menjadi pribadi yang penuh
> perhitungan dan lebih dekat pada Tuhan. Meski ia pun seringkali menarik
> diri dan terlihat agak-tertutup.  Ia harus pintar mengendalikan emosinya,
> karena kondisi stres sangat berpengaruh pada kekambuhan penyakitnya. Pihak
> sekolah memang sering tak mau memahami kondisinya, dan Catra bukanlah tipe
> remaja yang suka diperlakukan istimewa, apalagi dikasihani. Ia berusaha
> keras menjalani semua pelajaran, termasuk olahraga sesuai dengan
> kemampuannya.
>
> Pelajar kelas 2 SMA ini sebenarnya sering mendapat tawaran untuk menjadi
> bintang iklan, tapi tak satu pun yang
> diterimanya.  Keinginannya menjadi pemain basket dan pembalap, mau tak mau
> harus diredamnya. Baginya yang terpenting masih bisa menikmati hidup dan
> melakukan hal-hal yang menyenangkan. Pelan-pelan ia kini bisa melakukan
> olahraga ringan.
> "Saya senang waktu dia tiba-tiba minta belajar musik dan memilih drum. Itu
> bagus karena main drum akan menggerakkan seluruh tubuhnya," ujar Minati
> penuh nada bahagia.
>
>
> Apa Kata Pakar?
> Waspadai Anak Demam Berkepanjangan
>
> Penyakit rematik memiliki lebih dari 100-an jenis. Ada yang genetik, ada
> yang non-genetik. Menurut dokter ahli rematik, Dr. Adiwirawan Mardjuadi,
> M.Sc.,Ph.D., jika penyakitnya genetik pasti serius. Itu berarti ada
> kelainan di dalam darah yang dinamakan HLA (human leucocyte antigen).
>
> "Ada dua tipe penyakit rematik kronik yang berhubungan dengan genetik.
> Secara garis besar ada rematik ankilosing spondilitis yang berkaitan
dengan
> HLA-1327, dan artritis rematoid yang biasa disebut HLA-DW4," jelas ahli
> rematik yang sekitar 12 tahun mendalami rematik, terutama di Belgia dan
> Belanda, ini.
>
> Ankilosing spondilitis biasa menyerang sendi-sendi tulang belakang dan
> sendi-sendi besar lain, seperti daerah lutut,
> panggul, dan pergelangan kaki. Rematik jenis ini dominan menyerang
> laki-laki.  Sementara artritis rematoid yang menyerang sendi-sendi kecil,
> seperti tangan dan kaki, lebih banyak terjadi pada perempuan.  Artritis
> rematoid juga dapat berpengaruh buruk pada organ seperti mata, liver,
> ginjal, serta limpa. Kasus rematik genetik lebih banyak terjadi pada
> keturunan asing atau indo dan ras Cina. Orang Indonesia asli tidak
> potensial untuk terkena penyakit ini.
>
>
> Obat Baru Rp 120 Juta
>
> Ketepatan diagnosa penyakit yang tergolong kronik ini sangat penting,
> supaya dapat ditentukan pengobatan serta terapi yang tepat pula. Bila
> tidak, rematik ini bisa menimbulkan kecacatan sendi yang menetap.
> Kenyataannya, tambah Dr. Adiwirawan, terdapat kesulitan tersendiri dalam
> mendeteksi rematik genetik ini pada anak-anak. Selain pertumbuhan tulang
> belum sempurna, gejala awalnya biasanya demam tinggi yang bisa
> berkepanjangan.
>
> Kondisi panas tinggi itu bisa berlangsung 1-2 minggu, bahkan hingga selama
> 3 bulan. Karena itulah sering terjadi salah diagnosa, anak dinyatakan
> terkena demam tipoid.  "Yang penting pada anak-anak harus dilihat hasil
> pemeriksaan darahnya, juga hasil foto, dan untuk lebih jelasnya bisa
dengan
> scanning," ujar Dr. Adiwirawan yang sudah menulis belasan text book
> berhubungan dengan rematik, yang diterbitkan di luar negeri. Jadi
> sebetulnya penyakit ini bisa dideteksi sejak dini, apabila ditangani
dokter
> yang benar-benar ahli. Seperti halnya penyakit lain, jika dideteksi lebih
> dini maka tingkat kesembuhan (remisi) akan lebih bagus.
>
> Karena bersifat genetik memang sebetulnya penyakit ini tidak bisa
> dihilangkan sama sekali, namun bisa dikendalikan sehingga tidak terjadi
> kekambuhan. Apalagi saat ini sudah tersedia berbagai jenis obat dari yang
> sederhana hingga yang agresif. Untuk ankilosing spondilitis ada obat baru
> yang bernama TNF, namun harganya masih sangat mahal, sekitar Rp 120 juta
> untuk kebutuhan setahun.  "Itu bagus sekali, tapi di Indonesia belum ada
> dan harus pesan," kata dokter yang pernah berceramah di hadapan 7000
dokter
> pada kongres rematik sedunia di Barcelona, Spanyol ini.
>
> Selain obat yang biasanya harus diminum seumur hidup, pasien rematik
> genetik harus rajin melakukan fisioterapi dan latihan (exercise)
> gerakan-gerakan tertentu. Hingga saat ini Dr. Adiwirawan sudah menangani
> sekitar 200 pasien ankilosing spondilitis dan 100-an pasien artritis
> rematoid di Indonesia. Dibanding kasus lain, penyakit ini memang bisa
> dikatakan langka.
>
>
>
>
> ---------------------------------------------------------------------
>
> >> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik,
http://www.indokado.com/
>
> >> Info balita, http://www.balita-anda.com
>
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
>


---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga untuk pasangan berulangtahun & rekan melahirkan? Klik, 
>http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke