> >
  > >>>       Awas, Deposito Palsu!
  > >>
  > >>
  > >>
  > >>       Ini peringatan buat nasabah bank. Kalau anda punya
  > deposito bank,
  > >>harap dicek benar-benar keabsahannya. Jangan
  > meremehkan, kendati sekecil
  > >>apa pun nilai depositonya. Bila tidak, tak mustahil deposito di
  > tangan anda
  > >>palsu, seperti yang dialami seorang nasabah bank mandiri
  > bernama rahmat
  > >>sukmajaya. Depositonya senilai rp 50 miliar di bank mandiri
  > cabang jalan
  > >>enggano, tanjug priok, jakarta utara, ternyata fiktif. Kasus ini
  > kini
  > >>diusut polda metro jaya.
  > >>
  > >>       Tentu Rahmat sama sekali tak menduga bencana itu,
  > yang terjadi
  > >>menjelang Lebaran kemarin. Ketika itu, Rabu, tanggal 4
  > Desember 2002,
  > >>Kantor Cabang Bank Mandiri Jalan Enggano diliputi
  > kesibukan. Lantai bawah
  > >>dari gedung empat lantai yang tak jauh dari terminal bus
  > Tanjung Priok itu
  > >>dipadati pengunjung. Rupanya, pada hari terakhir bank
  > dibuka menjelang
  > >>libur Lebaran, banyak nasabah bermaksud menarik sebagian
  > dana mereka untuk
  > >>ber-Lebaran.
  > >>
  > >>
  > >>       Para pegawai bank kelihatan serius melayani serbuan
  > nasabah, meski
  > >>beban tugas jadi amat berat. Bimo Bisono, yang belum lama
  > menjabat kepala
  > >>cabang Bank Mandiri Jalan Enggano, juga tampak sibuk
  > mencek berbagai
  > >>berkas. Demikian pula keadaan William Sapulete, putra
  > seorang dokter, yang
  > >>menjadi kepala customer service.
  > >>
  > >>       Mendadak, terjadi kegemparan yang memecah kesibukan
  > dan keseriusan.
  > >>Rupanya, ada keributan antara petugas customer service dan
  > nasabah bernama
  > >>Rahmat. Lelaki berusia 50-an tahun ini tak henti-hentinya
  > mencak-mencak ke
  > >>arah petugas.
  > >>       Beberapa saat sebelumnya, Rahmat dikabarkan datang
  > ke bank untuk
  > >>mencairkan depositonya senilai Rp 50 miliar. Ia segera
  > mengeluarkan
  > >>sertifikat deposito dari tasnya. Seorang petugas customer
  > service lantas
  > >>memeriksa sertifikat, dengan menceknya ke bank data lewat
  > komputer.
  > >>
  > >>       Setelah dicocokkan berulang kali, ternyata tak ditemukan
  > sertifikat
  > >>deposito atas nama Rahmat Sukmajaya yang beralamat di
  > Jalan Kemanggisan
  > >>Utama I Nomor 58, Jakarta Barat. Petugas pun menjelaskan
  > kepada Rahmat
  > >>bahwa deposito di tangannya palsu, karena tak tercatat dalam
  > pembukuan Bank
  > >>Mandiri.
  > >>
  > >>       Kontan Rahmat bagai tersambar petir di siang hari. Ia
  > kaget tak
  > >>kepalang. Bagaimana mungkin deposito miliknya dinyatakan
  > palsu? Sebab,
  > >>Rahmat sendiri yang dulu mengurus penyetoran uang Rp 50
  > miliar untuk
  > >>pembuatan sertifikat deposito. Bahkan setiap bulan, Rahmat
  > juga menerima
  > >>bunga bulanan dari deposito itu, yang ditransfer langsung ke
  > tabungannya di
  > >>Bank Mandiri jua.
  > >>
  > >>       Keruan Rahmat marah-marah. Ia minta agar peristiwa
  > yang amat
  > >>merugikannya itu dituntaskan. Pegawai customer service
  > selekasnya
  > >>melaporkan masalah serius ini ke Bank Mandiri Pusat. Hari
  > itu juga, datang
  > >>satu tim khusus dari Bank Mandiri Pusat ke kantor cabang
  > tersebut.
  > >>       Periksa punya periksa lagi, ternyata tim dari Bank Mandiri
  > Pusat
  > >>menandaskan bahwa sertifikat deposito Rahmat memang
  > palsu. Waktu itu pula,
  > >>kasus tersebut dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Bersamaan
  > itu, tim khusus
  > >>dari Bank Mandiri Pusat menginvestigasi asal usul sertifikat
  > deposito
  > >>fiktif tadi.
  > >>
  > >>       Hasilnya? Sayang, masih ditutup rapat-rapat oleh Bank
  > Mandiri. Yang
  > >>diketahui kemudian, Bimo dan William serta sembilan orang
  > staf mereka
  > >>ditarik ke Kantor Bank Mandiri Pusat. Sembilan pegawai ini
  > diduga ikut
  > >>memuluskan pemalsuan deposito Rahmat, yang disangka
  > dilakukan oleh Bimo dan
  > >>William.
  > >>       Menurut seorang sumber di Bank Mandiri, memang ada
  > indikasi kuat
  > >>bahwa Bimo Bisono dan William Sapulete yang menerbitkan
  > sertifikat deposito
  > >>fiktif. "Mereka yang memprosesnya," ujar sumber ini.
  > >>
  > >>       Kata sumber itu lagi, uang Rp 50 miliar dari Rahmat
  > sesungguhnya
  > >>masuk ke kocek Bimo dan William. Uang ini tak pernah
  > disetorkan ke bank
  > >>oleh kedua pelaku. Untuk memuluskan muslihat, mereka
  > membuatkan sertifikat
  > >>deposito buat Rahmat. Padahal, sertifikat deposito ini tak
  > tercatat dalam
  > >>pembukuan bank. Kecuali itu, mereka juga rajin memberikan
  > bunga deposito
  > >>setiap bulan kepada Rahmat.
  > >>       Tak cuma itu. Supaya perbuatannya tak terbongkar,
  > mereka pun amat
  > >>royal kepada segenap pegawai di kantor cabang. Bahkan
  > beberapa karyawan,
  > >>termasuk office boy, diberi telepon genggam. "Biasanya
  > mereka tak sebaik
  > >>itu," tutur sumber di atas.
  > >>
  > >>       Tak tahunya, kejahatan mereka terungkap begitu Rahmat
  > muncul di bank
  > >>untuk mencairkan depositonya.
  > >>       Soeswidijono, Head of Relation Corporate
  > Communication Bank Mandiri
  > >>Pusat, membenarkan kasus pemalsuan sertifikat deposito
  > milik Rahmat. "Kasus
  > >>ini amat memalukan. Betul-betul merugikan citra Bank
  > Mandiri. Ibaratnya,
  > >>mengencingi sumur sendiri," kata Soeswidijono.
  > >>
  > >>       Karena itu, sesuai dengan instruksi Direktur Utama Bank
  > Mandiri
  > >>E.C.W. Neloe, kasus tersebut tak bisa ditoleransi lagi. Dus,
  > mesti diproses
  > >>secara hukum. "Kalau dari hasil pemeriksaan polisi
  > menyatakan bahwa sebelas
  > >>pegawai itu terbukti bersalah, sanksinya jelas: dipecat," ujar
  > >>Soeswidijono.
  > >>
  > >>       Kendati demikian, Soeswidijono membantah anggapan
  > bahwa kasus itu
  > >>termasuk pembobolan Bank Mandiri. "Ini kan uang nasabah,
  > bukan milik bank.
  > >>Caranya, uang deposito yang disetor nasabah tak dicatatkan
  > ke pembukuan
  > >>bank, melainkan masuk ke kantong pribadi. Itu penipuan,"
  > katanya
  > >>menambahkan.
  > >>
  > >>       Adakah itu berarti kerugian besar nasabah Rahmat
  > menjadi tanggung
  > >>jawab pribadi kedua pelaku? Sayang, pengusutan kasus ini
  > oleh pihak
  > >>kepolisian hingga sekarang belum menunjukkan kemajuan
  > berarti. Ironisnya,
  > >>Bimo dan William diberitakan sudah keburu kabur ke
  > Australia-tapi ada yang
  > >>bilang, William sudah ditahan polisi.
  > >>
  > >>       Sementara itu, di Bank Mandiri Cabang Jalan Enggano,
  > Tanjung Priok,
  > >>kini posisi Bimo sudah digantikan oleh Hardjiman. Pria
  > berkumis lebat ini
  > >>ditarik khusus dari jabatan sebelumnya sebagai pimpinan
  > Bank Mandiri Cabang
  > >>Bandung, Jawa Barat.
  > >>
  > >>       Yang juga jadi persoalan, jangan-jangan kasus ini tak
  > terungkap
  > >>tuntas, mengambang, atau jadi misteri Bank Mandiri. Rahmat
  > sendiri, yang
  > >>sementara ini baru kelihatan selaku saksi korban, herannya
  > belum mau
  > >>berkomentar. Rahmat mengaku masih down dan berusaha
  > mendinginkan keadaan
  > >>sambil menanti klarifikasi dari Bank Mandiri. Hal itu
  > diutarakan Rahmat
  > >>melalui dua utusannya, yakni Rahmadi Sukmajaya, yang
  > mengaku adik Rahmat,
  > >>dan Biantoro, yang mengaku ipar Rahmat.
  > >>       Dua orang ini mengaku seperti Rahmat juga, sama-sama
  > pengusaha, tapi
  > >>mereka enggan menyebutkan jenis bisnisnya.
  > >>
  > >>       Mereka pun membenarkan bahwa Rahmat memang telah
  > menyetorkan uang Rp
  > >>50 miliar untuk deposito tersebut. Tak mungkinkah Rahmat
  > berkonspirasi
  > >>dengan Bimo dan William? "Biarlah Pak Rahmat nanti yang
  > menjelaskan, bila
  > >>waktunya sudah tepat," ujar Rahmadi.
  > >>       Jadi, deposito itu memang palsu. Tapi siapa saja yang
  > harus dituntut
  > >>pertanggungjawaban hukum? Tampaknya kasus deposito
  > palsu Rahmat, yang
  > >>kontroversial ini, masih akan berkembang seru.
  > >>
  > >>       DI SINI DIBOBOL, DI SANA DITILAP
  > >>
  > >>       Pembobolan seperti tak henti-hentinya melanda Bank
  > Mandiri.
  > >>Ironisnya, kejahatan perbankan ini selalu melibatkan orang
  > dalam.
  > >>Contohnya, yang terjadi di Bank Mandiri Cabang Jalan
  > Prapatan, Jakarta,
  > >>pada Februari 2002. Kepala Cabang Bank Mandiri di sini,
  > Carto, menggandakan
  > >>beberapa lembar deposito milik nasabah. Kerja ekstranya
  > dibantu oleh empat
  > >>tersangka lain.
  > >>
  > >>       Mereka berhasil menggandakan deposito hingga senilai
  > Rp 120 miliar.
  > >>Deposito gandaan ini lantas digunakan sebagai jaminan
  > untuk memperoleh
  > >>kredit, juga di Bank Mandiri.
  > >>       Untung, kredit belum sempat cair. Soalnya, kejahatan
  > komplotan Carto
  > >>keburu tercium oleh tim audit internal Bank Mandiri. Toh,
  > sampai kini kasus
  > >>penggandaan deposito ini masih menggantung di kepolisian.
  > >>
  > >>       Sebulan kemudian, kasus dengan modus serupa
  > menimpa Bank Mandiri
  > >>Cabang Jalan Panglima Polim, Jakarta Selatan. Dua orang
  > pelaku, seorang di
  > >>antaranya masih pegawai bank di situ, juga berhasil
  > menggandakan deposito
  > >>nasabah hingga sejumlah Rp 20 miliar. Seperti kasus
  > sebelumnya, kelompok
  > >>ini pun gagal menikmati kredit dengan jaminan deposito
  > gandaan, lantaran
  > >>ketahuan belangnya.
  > >>
  > >>       Sementara itu, di Bank Mandiri Cabang Pontianak,
  > Kalimantan Barat,
  > >>pada September 2002, mencuat peristiwa penilapan dana
  > bank. Wakil kepala
  > >>cabang bank di situ bekerja sama dengan beberapa orang
  > anggota
  > >>komplotannya. Mereka berkali-kali membobol uang Bank
  > Mandiri, hingga
  > >>mencapai jumlah Rp 95,22 miliar. Uang ini ditransfer
  > berkali-kali ke
  > >>rekening anggota komplotan di dua bank swasta di sana.
  > >>
  > >>       Tapi, belakangan, kejahatan mereka tersingkap. Itu
  > gara-gara petugas
  > >>Bank Mandiri di kantor pusat mencurigai adanya transfer
  > senilai Rp 6 miliar
  > >>dalam sehari di Bank Mandiri Cabang Pontianak. Setelah
  > diusut, ternyata
  > >>transfer itu fiktif belaka.
  > >>
  > >>       Buru-buru hari itu juga, kendati Minggu, Bank Mandiri
  > Pusat meminta
  > >>pemblokiran rekening-rekening di dua bank swasta penerima
  > transfer
  > >>berturut-turut itu. Aksi darurat ini berhasil. Dana besar hasil
  > transfer
  > >>fiktif tadi bisa diselamatkan. Kebetulan anggota komplotan
  > pembobol baru
  > >>sempat menarik dana hasil jarahan mereka hanya sebesar
  > Rp 90 juta melalui
  > >>anjungan tunai mandiri.
  > >>
  > >>       Kini, wakil kepala cabang bank tersebut serta beberapa
  > anggota
  > >>komplotannya ditahan polisi. Tentu kasus ini cuma sebagian
  > contoh dari
  > >>berbagai kasus pembobolan dana Bank Mandiri.
  > >>
  > >>       Toh, Soeswidijono, Head of Relation Corporate
  > Communication Bank
  > >>Mandiri Pusat, justru menganggap beberapa kasus di atas
  > menunjukkan bahwa
  > >>Bank Mandiri bisa mencegah pembobolan. Sekalipun begitu,
  > Soeswidijono
  > >>mengakui bahwa upaya pembobolan bank selalu
  > mengancam. "Berbagai upaya
  > >>dilakukan mafia bank, yang tak mustahil diorganisasi oleh
  > sekelompok orang
  > >>yang ahli," katanya. Namun, Soeswidijono enggan
  > menjelaskan lebih lanjut
  > >>upaya dimaksud berikut dugaan mafianya.

  Thanks
  ella

Kirim email ke