WAHAI
ORANG-ORANG YANG BERIMAN, SESUNGGUHNYA DIANTARA ISTERI DAN
ANAK-ANAKMU, ADA YANG MENJADI MUSUHMU. KARENA ITU BERHATI-HATILAH
TERHADAP MEREKA ........
( SURAT AT-TAGHABUN :
AYAT 14 ) |
WANITA
YANG KUKIRA ISTERIKU
TERNYATA JIN
PENUNGGU TELAGA WARNA
Undangan berwarna biru dengan tulisan warna emas yang tercetak rapi,
tergeletak diatas meja makan. Hal tersebut mendorongku untuk segera
membuka dan membacanya walaupun perutku sudah berbunyi keroncongan minta
diisi. Isteriku berkata "
Mas, Itu undangan dari Jakarta untuk hari Sabtu depan. Itu lho, Bu Kuncoro
yang di Cikini mantu, kita datang ya !, kan salah satu famili dekat ".
Sambil membaca kartu undangan itu aku manggut-manggut tidak menyahuti
kata-kata isteriku. Isteriku
membujuk lagi dengan berkata : " Maas, kan sudah beberapa bulan ini kita
tidak ke-Jakarta, aku sudah kangen dengan keluargaku, pasti semua datang
ke-pestanya ", disambung dengan rayuannya lagi " Sekali-sekali pergi
menghilangkan stress khan boleh. Jakarta dekat ini, ya Mas, ya.... ".
Setelah menyelesaikan membaca undangan itu Aku kemudian menatap Isteriku
dan mengangguk-kan kepala tanda setuju sambil tanganku meraih sendok dan
segera menyantap makan malam.
Isteriku melonjak kegirangan dan berteriak kepada putri kami yang tiga
bulan lagi berumur dua tahun " Nanda, nanti kita jalan-jalan ke
Jakarta sama Papa".
Tak terasa hari Sabtu-pun tiba dan dan putriku Nanda
sudah tiga kali menanyakan kapan akan berangkat jalan-jalan seperti yang
dijanjikan oleh Ibunya. Setelah menaikkan semua tas dan perlengkapan
keatas mobil, kamipun berangkat dari Bandung menuju Jakarta.
AWALNYA..... Sejak kawin tiga tahun yang
lalu, kami pindah dari Jakarta dan menetap di Bandung karena tugas dari
kantor-ku. Kami tinggal dirumah kontrakan yang tidak terlampau besar dan
beruntung mendapat fasilitas kendaraan berupa mobil dari kantor sehingga
kadang-kadang kami bisa pergi bertamasya ketempat-tempat rekreasi dengan
menggunakan mobil kantor, seperti saat ini.
Udara pagi yang sejuk terhisap memasuki paru-paru
menimbulkan suasana yang tenang dan menggembirakan, pemandangan
dikiri-kanan jalan sangat indah, apalagi lepas dari Cianjur mendekati
Puncak. Putri-ku Nanda tak henti-hentinya bertanya ini-itu mengenai
hal-hal baru yang dilihatnya dan rasa senangnya karena diajak naik mobil
pergi bertamasya.
TELAGA WARNA
PUNCAK
Setibanya di Puncak, Isteriku menyarankan dan berusaha
membujuk-ku untuk berhenti sebentar beristirahat di Telaga Warna Puncak
menikmati udara sejuk nan menyegarkan. ' Kalau saja aku bisa mengetahui
peristiwa menggetarkan hati yang kelak akan terjadi, pasti akan kutolak
mentah-mentah permintaan Isteriku itu......... '
Aku meminggirkan mobil dan parkir di-kawasan Telaga Warna,
Isteriku menarik-narik tanganku sambil membimbing Nanda kearah tepi telaga
dan duduk dengan santai sambil tak henti-hentinya mengoceh. Nanda dan aku
mendengarkan dengan asyik. Ia
menceritakan berbagai hal menarik yang akan dilakukannya di Jakarta dan
keinginan-keinginannya setibanya nanti di-Jakarta, juga pesta perkawinan
yang pasti akan sangat meriah yang akan kami hadiri dan belanja oleh-oleh
kesukaannya saat akan pulang ke Bandung. Tak terasa waktu berlalu dengan
cepat, setelah puas menikmati keindahan disekitar telaga, kemudian
kami-pun meninggalkan Telaga Warna dan melanjutkan perjalanan ke
Jakarta.
Saat itu, jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi sedang dalam
proses pembuatan dan belum selesai, sehingga untuk ke-Jakarta masih harus
melalui jalan Bogor lama. Setibanya
di-Bogor, Isteriku meminta mampir di-toko roti terbesar di Bogor saat itu
untuk membeli roti dan penganan pengisi perut selama perjalanan. Nanda
kecapean dan terlihat tidur dengan lelapnya di Jok belakang, dan aku malas
untuk turun, jadi Isteri-ku turun sendirian dan pergi masuk ke-toko roti
tersebut untuk berbelanja.
Aku menunggu dimobil bersama Nanda yang tertidur pulas.......
ISTERIKU DENGAN PARFUM BAU
KEMBOJA
Sekejap kemudian terlihat sesosok wanita yang persis
berwujud Isteriku mengenakan pakaian seperti yang dipakai Isteriku sambil
membawa bungkusan besar berisi roti dan makanan lainnya datang mendekat
kemobil. Tentu saja segera kubukakan pintu mobil karena kusangka Isteriku.
Saat ia masuk kemobil sekilas tercium bau bunga kamboja bercampur menyan
yang membuat bulu kudukku berdiri.
Akan tetapi karena melihat wajah Isteriku yang berseri-seri dan
berkata bahwa ia telah membelikan beberapa roti kesukaanku maka aku segera
melupakan hal aneh yang muncul bersamaan dengan kedatangan Isteriku ini.
Mobil ku-stater dan kemudian
meluncur pergi dari toko roti di-Bogor guna melanjutkan perjalanan
ke-Jakarta. Sayangnya mataku kurang jeli, sehingga tidak melihat bahwa
beberapa detik sebelum mobil keluar dari area toko roti, Isteriku yang
asli muncul dipintu toko dengan membawa bungkusan besar berisi roti dan
melihat mobilku meluncur pergi dengan membawa wanita lain.
ISTERI ASLIKU MARAH
BESAR
Isteriku marah besar dan mengira bahwa aku telah pergi
(lari) meninggalkannya dengan membawa wanita lain, seketika itu juga
dibantingnya bungkusan hasil belanjaanya dan dengan air mata bercucuran
kemudian lari pulang ke-Bandung. Hatinya dipenuhi dengan emosi, cemburu,
marah, sedih dan kesal bercampur jadi satu. Mulutnya membisikkan kata-kata
ancaman yang lirih " Awas kalau pulang nanti ", berkali-kali tanpa
henti sepanjang perjalanan kembali ke-Bandung.
Fikirannya yang dipenuhi rasa marah dan cemburu, terus
bertanya-tanya, siapakan wanita yang menjadi simpanan suaminya itu dan
telah pergi bersama suaminya ?. Mengapa dirinya ditinggalkan begitu saja
tanpa menengok sedikitpun, sungguh tak berperasaan. Bagaimana dengan
anaknya Nanda, apakah dia sedang menangis menanyakan ibunya atau sedang
apa ?, jahat sekali suaminya itu, akh kalau saja tahu hati suaminya
seculas itu, tak akan mau dia diperistri bila hanya untuk disakiti
hatinya. Rasa benci menyeruak di-hatinya yang sedih dan luka bagai
tertusuk sembilu. Sesampainya
dirumah langsung ia membanting dirinya keatas tempat tidur dan menangis
tersedu-sedu sambil tak henti-hentinya mengeluarkan ancaman........
ISTERIKU BERMANJA-MANJA
KEPADAKU
Sementara itu tidak sedikitpun terlintas difikiranku
mengenai keadaan Isteriku itu dirumah, malah aku terlibat dengan
pembicaraan yang romantis dengan wanita yang kukira Isteriku ini. Selama
dalam perjalanan ini aku sangat menikmatinya, karena tidak tahu
kenapa istriku bertambah-tambah genit dan manja-nya terhadapku, hingga
beberapa kali pipiku diciumnya mesra yang membuat hatiku semakin
berbunga-bunga.
Isteriku ini kemudian merapatkan duduknya dan
merebahkan kepalanya kepundakku dan berkata " Maas, kalau bisa aku
ingin peristiwa ini jangan cepat berlalu ". Aku berfikir sambil membathin,
lho ini khan masih awal dan masih banyak lagi waktu sesampaimya di
Jakarta nanti. Sewaktu rambutnya menyentuh pipiku, saat itu kembali
sekilas tercium bau wangi bunga kamboja bercampur menyan, sehingga bulu
kudukku berdiri lagi. Ihh....... Dalam hati aku berjanji membelikan
shampo luar negeri untuk isteriku, karena bau wangi shampo yang ia gunakan
sekarang ini menimbulkan rasa takut dihatiku.
SETIBA DI
JAKARTA
Akhirnya setelah tiba di Jakarta, Aku langsung menuju ke
hotel yang terdekat dari Cikini, dan memesan kamar untuk satu malam,
karena ingin beristirahat sejenak menjelang resepsi malam nanti. Nanda
sangat senang dan bernyanyi-nyanyi kecil dengan lucunya sambil menyentuh
barang-barang hiasan yang ada dikamar hotel. Lagaknya bagai kupu-kupu yang
terbang mengitari bunga-bunga yang sedang mekar mewangi.
Sore hari, setelah memandikan Nanda, Isteriku
mengajak mandi bersama, ini sebetulnya diluar dari kebiasaannya, tapi
tentu saja aku mau, permintaan seperti ini jelas nggak akan kutolak.
Didalam kamar mandi, isteriku mesra berbisik meminta hubungan intim,
awalnya aku kurang setuju, tapi dengan sangat ahli ia membangkitkan hasrat
kelaki-lakianku...... Koper
dibuka dan pakaian-pakaian didalamnya dicoba dan dipatut-patutkan ke
tubuhnya sambil bergaya didepan kaca, hingga akhirnya ia memutuskan
menggunakan baju warna hijau yang memang serasi dengan warna kulitnya yang
putih.
ACARA RESEPSI BERLANGSUNG
MERIAH
Acara resepsi pernikahan putra Bu Kuncoro sangat meriah dan
memang banyak keluarga datang, tentu saja bagaikan reuni keluarga besar,
kami saling bertanya dan bercerita situasi terakhir dalam keluarga dengan
gembira. Beberapa kali Nanda datang kepadaku minta dibersihkan pipinya
yang berwarna merah bekas lipstik karena dicium gemas oleh tante-tantenya.
Saat foto bersama, mulanya Isteriku menolak keras, tapi setelah
didesak-desak akhirnya mau juga. Beberapa famili mengajak kami bermalam
dirumah mereka tapi dengan halus kutolak karena sebelumnya sudah memesan
kamar dihotel.
Akhirnya acara resepsipun usai sudah dan satu demi satu para tamu pamit
pulang, demikian juga kami. Dalam perjalanan kembali ke hotel terlihat
sekali isteriku sangat bahagia karena celotehnya yang sangat bersemangat
mengenai suasana resepsi tadi, dimana aku hanya mendengar dan meng-iyakan
ucapan-ucapannya saja.
BERGAIRAH DAN MENGAJAK
BERCINTA
Nanda terlihat kelelahan dan segera tertidur pulas begitu
kepalanya menyentuh bantal tempat tidurnya, melihat putrinya telah
tertidur. Isteriku melepaskan pakaian pestanya satu demi satu sambil
menggerakkan tubuhnya dengan erotis, berusaha memancing gairahku, dan
setelah terlepas semuanya langsung menerkam diriku dan mengajak bercinta.
Malam itu entah beberapa kali
hubungan intim telah kami lakukan hingga rasanya tulang-tulangku hampir
terlepas karena kelelahan melayani hasratnya yang tak pernah padam,
sehingga saat matahari telah tinggi kami masih tertidur kelelahan.
Lewat tengah hari baru kami
berangkat pulang ke Bandung. Perjalanan pulang agak lambat karena kami
banyak berhenti untuk belanja oleh-oleh, lagi pula aku menjalankan
kendaraan perlahan karena masih agak mengantuk. Nanda sepanjang jalan
kembali tertidur pulas, mungkin karena masih kelelahan, sekilas terlihat
senyum manis dibibirnya.
KEMBALI KE TELAGA
WARNA
Menjelang magrib saat mobil mendekati Puncak, Isteriku
mendesak untuk berhenti sebentar agar kembali beristirahat di Telaga
Warna, aku menolak karena perjalanan masih jauh lagipula sudah menjelang
Magrib. Tapi karena ia terus bersikeras dengan bujukan dan alasan yang
kadang menurutku sulit diterima akal, maka akhirnya aku mengalah dan
memarkir mobil di kawasan Telaga Warna. Saat itu suasana masih agak
terang.
Nanda, walaupun sudah terbangun tapi masih menggeliat malas untuk
berjalan, sehingga kubopong turun mengikuti isteriku ke tepi telaga,
setelah duduk suasana menjadi santai, Isteriku berkata dengan serius
kepadaku, bahwa perjalanan ini tak akan pernah dilupakannya dan Ia mencium
pipiku berkali-kali guna lebih menguatkan kata-katanya. Kelakuannya ini
ku-rasakan agak aneh seakan dia tidak akan pernah bertemu denganku
lagi........
MENGAPA "DIA" TERJUN KE TELAGA
?
Saat terdengar Adzan Magrib mendayu-dayu, tiba-tiba dengan
tak tersangka-sangka Isteriku menerjunkan dirinya kedalam Telaga Warna,
tentu saja aku terkejut setengah mati apalagi mendengar putriku berteriak
histeris dan kemudian menangis meraung-raung memanggil-manggil ibunya, "
Mamaaaa......maama..."
Setelah menunggu beberapa saat dan tidak muncul juga
dari dalam telaga, maka akupun berteriak-teriak memanggil namanya dan
langsung terjun kedalam air telaga untuk mencari Isteriku, beberapa orang
berkumpul melihat kelakuanku yang aneh, kucoba menjelaskan peristiwa yang
terjadi dengan suara terbata-bata dan tubuh gemetar kebingungan, beberapa
orang kemudian tergerak untuk ikut terjun berusaha mencari isteriku
didasar telaga. Beberapa wanita yang ada berusaha membujuk mendiamkan
putriku yang terus menangis.
Setelah mengobak seluruh telaga selama lebih dari dua
jam dibantu oleh banyak orang tanpa hasil. Dengan baju basah kuyup dan
tubuh menggigil kedinginan serta perasaan yang tak menentu karena
sangat sedih, maka akupun memutuskan untuk kembali ke Bandung dan berniat
untuk melakukan pencarian lanjutan esok pagi. Apalagi Nanda terus
menangis memanggil-manggil ibunya yang telah terjun kedalam telaga dan
tidak berhasil ditemukan. Saat itu fikiranku terus bertanya-tanya "
Mengapa Istriku tega sampai berbuat begitu ? Apa salahku ?.... setelah
begitu lama tidak muncul dari dalam air apakah mungkin ia telah mati
!!.......
PULANG KERUMAH DI
BANDUNG
Aku menjalankan mobil pulang ke Bandung sambil ngebut agar
cepat sampai di rumah, dan berniat untuk mengabari saudara-saudaraku
perihal Istriku, agar mereka esok membantu dalam upaya pencarian. Dengan
perasaan sangat sedih dan terpukul atas musibah ini, akupun masuk kedalam
rumah dan..........
Mendengar suara mobil memasuki rumahnya, Isteriku
yang masih belum tidur, bangun dan meloncat mengintip dari jendela kamar,
mengetahui bahwa suaminya pulang, timbullah lagi rasa marah atas perbuatan
suaminya yang disangkanya pergi meninggalkan dia sendirian ditoko roti
di-Bogor bersama wanita yang tidak dikenalnya.
Diambilnya sepatu hak tingginya dan berlari ke pintu
depan........ Betapa terkejutnya
aku ketika membuka pintu depan, sepasang sepatu hak tinggi mendarat telak
dikepalaku, dan pelakunya tak lain adalah ternyata isteriku.........
TERNYATA ISTERIKU MASIH
HIDUP
Wajahku pucat pasi kaget setengah mati, bahkan aku ketakutan
bagai melihat hantu, sehingga tak terasa sakitnya kepalaku yang
benjol-memar karena terlempar sepatu. Bagaimana mungkin isteriku yang
hilang tenggelam di Telaga Warna ternyata malah sekarang muncul
dihadapanku dengan wajah marah menakutkan dan suara menggelegar keras,
mengumpat dan memaki. Dengan terpana-bengong dan perasaan tak karuan, aku
cuma bisa berdiri mematung didepan pintu. Istriku masih terus melemparkan
segala macam benda kearahku sambil memaki-maki. Nalarku masih kacau belum
jalan, aku tak berusaha menghentikannya, masih bingung.
" Ka..kaau ...ternyata masih
hidup, kukira sudah mati tenggelam ", kataku ketakutan dan dengan suara
terbata-bata. Setelah mendengar kata-kataku, dan melihat keadaan diriku
yang kacau, Isteriku malah bingung, apalagi kemudian Nanda menghambur
masuk dan memeluk ibunya sambil berteriak keras : " Mama... jangan lompat
lagi ke danau, Nanda takuuut ". Terkejut Isteriku sehingga terlupakan
kemarahannya, dan matanya melotot menatap kearahku minta penjelasan,
sambil mendekap Nanda yang menangis sesenggukan dipelukannya.
Aku sendiri masih belum bisa
mencerna dengan baik atas situasi yang tak terduga-duga ini dan terpaku
keheranan. Melihat aku tidak memberikan jawaban, timbullah lagi marahnya
dan berteriak keras mengejutkanku " Mengapa kau tinggalkan aku
sendirian di Bogor, dan siapa wanita sialan itu ! ". Fikiranku berusaha
menyimak kata-katanya, ... ditinggal di Bogor ?, siapa wanita itu ? apa
yang terjadi ? bukankah aku pergi dengannya ke Jakarta ? lalu siapa kalau
begitu wanita yang menyerupai dirinya dari Bogor hingga terjun ke telaga ?
BARU KUSADARI BAHWA YANG
BERSAMAKU ITU BUKAN ISTERIKU
Tiba-tiba aku berteriak keras : " Tidaaaaaaak ! ", " Aku
tidak tahu bahwa itu bukan kau !, mahluk itu menyerupai kau kukira
itu kau " lanjutku keras. Kemudian aku memeluknya dan berkata dengan penuh
perasaan : " Syukurlah bahwa kau masih hidup, kukira sudah matiiiii ! "
Karena aku memeluknya seakan takut
kehilangan dirinya, cairlah emosinya dan tenang, kemudian meminta
penjelasan lengkap dariku.
Kujelaskan kronologis kejadiannya, tentu saja dengan menyembunyikan bagian
hubungan intimku dengan mahluk itu, tak percaya Isteriku atas ceritaku
yang tak masuk diakalnya, untuk lebih meyakinkannya kuajak dirinya untuk
menelepon interlokal ke Jakarta.
JADI YANG BERSAMAKU ITU MAHLUK
JEJADIAN ?
Terkejut Pamannya mengetahui kejadian ini, atas permintaanku
dan keingin-tahuannya atas peristiwa yang terjadi ini, esok harinya dengan
kereta-api terpagi segera ia berangkat ke Bandung.
Pamannya sendiri dengan bersumpah meyakinkan Isteriku
bahwa aku, suaminya saat itu datang ke resepsi pernikahan bersama dia,
Isterinya, malah foto-foto keluarga bersama, nanti bila sudah di-afdruk
akan dikirim ke Bandung. Paman terpaksa bermalam di Bandung karena
Isteriku sangat terpukul dan histeria dengan kejadian ini, masih belum
masuk diakalnya kejadian ini bisa terjadi.
Keesokan harinya salah seorang putra paman datang dengan keluarga
yang lainnya dan ikut meyakinkan isteriku dengan kesaksian mereka dan
membawa hasil cetakan foto-foto perkawinan, mereka dengan sangat bingung
memperlihatkan foto yang ada diriku, putriku Nanda sedang menggandeng
bayangan kosong. Ternyata mahluk berwujud isteriku itu tidak nampak
dikertas foto.......
Tiba-tiba isteriku terhuyung, dengan cepat kupeluk
tubuhnya agar tidak jatuh, ternyata ia pingsan. Kejadian ini begitu
dahsyat menghantam jiwanya hingga tidak tahan.
Mungkin terbayang difikirannya apa saja yang mungkin
dilakukan oleh suaminya terhadap mahluk itu karena mengira bahwa mahluk
itu adalah dia isterinya. Siapa yang tahu kecuali aku dan iih... mahluk
yang menjijikan itu.
SIAPAKAH SESUNGGUHNYA YANG
BERSAMAKU ITU DI JAKARTA ?
Hingga saat ini semua masih tak mengerti, siapakah
sesungguhnya wanita yang bersamaku itu, yang naik kemobilku mulai
dari toko roti di Bogor, tidur dihotel bersamaku yang akhirnya terjun ke
Telaga Warna ?. Demikian juga yang ada difikiran Isteriku dan
keluarganya.......... Sedangkan
Nanda masih sering bercerita kepada keluarga yang datang bahwa dirinya
sangat senang diajak pergi jalan-jalan ke Jakarta bersama ibunya, menginap
dihotel, pergi kepesta, ia masih belum bisa mengerti bahwa dengan siapa
dia pergi itu bukan ibunya asli............
Suatu malam
aku bermimpi didatangi oleh mahluk hijau yang menyeramkan, berbadan reptil
seperti bunglon tapi kepalanya menyerupai Isteriku, ia minta maaf telah
mengacaukan keluargaku dengan mewujud dan menggantikan Isteriku pergi ke
Jakarta. Itu karena dia tertarik mendengar celoteh Isteriku yang mesra
ditepi telaga mengenai enaknya bepergian ke pesta pernikahan, jadi ia ikut
dalam mobilku karena ingin tahu, begitu melihat Isteriku pergi masuk ke
toko roti, ia mendapat kesempatan dan mendahului masuk kemobil dengan
mewujud menyerupai Isteriku.
Mahluk itu bilang bahwa ia sangat menikmati
perjalanan itu dan tidak akan pernah melupakannya, berharap demikian juga
denganku. Akhirnya dia minta maaf atas segala perbuatannya itu dan juga
minta maaf kepada Isteriku. Hatiku
yang tadinya emosi mendengar pengakuannya akhirnya luluh dan memaafkannya
karena melihat tetesan air mata dipipinya tanda penyesalan dan ketulusan
hatinya. Mahluk itu kemudian lenyap
setelah sebelumnya mendoakan agar keluargaku selalu rukun-rukun dan
bahagia........
Seperti diceritakan kepada H.
Mohammad B.I.
Kalau saja aku tahu bahwa wanita itu bukan Isteriku,
tetapi Jin Penunggu Telaga Warna, tak akan mau aku menggauli-nya hingga
berkali-kali dikamar hotel itu.
SIAPAKAH SESUNGGUHNYA WANITA YANG BERSAMAKU ITU MULAI DARI
TOKO ROTI DI BOGOR, TIDUR DIHOTEL BERSAMAKU YANG AKHIRNYA TERJUN KE
TELAGA WARNA ? |
Semua
kejadian-kejadian diatas adalah peristiwa yang sebenarnya terjadi,
bukan fiktip, hanya nama-nama dan lokasinya saja yang disamarkan.
|
|