hiiiiiiiiiiiiii...atut...............jd merinding deh....mana dah sore dah 
jam 17.30..banyak yg dah pulann..
Sambil tengok kiri kanan, belakang,.....telp hubby katanya 10 menit 
lagi.....akan tiba di my office..

Yg pasti yg jemput aku nanti my hubby asli lo.hihihihi...
Dr cerita ini, misalkan memang nyata...makanya klo mau keluar melangkah dr 
rumah, kantor dll  banyak2 baca doa, zikir...
Jgn bengong, ngayal, en mikir macem2...

Mudah2an kita dijauhkan dari godaan setan yg terkutuk..amiin....





"Melda" <[EMAIL PROTECTED]> 
12/14/2005 04:15 PM
Please respond to
balita-anda@balita-anda.com


To
<balita-anda@balita-anda.com>
cc
<[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, <[EMAIL PROTECTED]>, 
<[EMAIL PROTECTED]>
Subject
[balita-anda] Jin Telaga Warna






 
Ini ada cerita serrrrrrrrrrrrrraaaaaaaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmm..........! 
  
  
ini cerita panjang bgt...tp mungkin bisa jd pengalaman buat kita2 
yaa...utk lbh hati2 bila berada di tempat2 wisata bernuansa gaib... 
  
    


KISAH-KISAH GAIB TAPI NYATA

  

 





WAHAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, SESUNGGUHNYA DIANTARA ISTERI DAN 
ANAK-ANAKMU, ADA YANG MENJADI MUSUHMU. KARENA ITU BERHATI-HATILAH TERHADAP 
MEREKA ........ 
( SURAT AT-TAGHABUN : AYAT 14 )




WANITA YANG KUKIRA ISTERIKU TERNYATA 
JIN PENUNGGU TELAGA WARNA



Undangan berwarna biru dengan tulisan warna emas yang tercetak rapi, 
tergeletak diatas meja makan. Hal tersebut mendorongku untuk segera 
membuka dan membacanya walaupun perutku sudah berbunyi keroncongan minta 
diisi. 
          Isteriku berkata  " Mas, Itu undangan dari Jakarta untuk hari 
Sabtu depan. Itu lho, Bu Kuncoro yang di Cikini mantu, kita datang ya !, 
kan salah satu famili dekat ". Sambil membaca kartu undangan itu aku 
manggut-manggut tidak menyahuti kata-kata isteriku. 
          Isteriku membujuk lagi dengan berkata : " Maas, kan sudah 
beberapa bulan ini kita tidak ke-Jakarta, aku sudah kangen dengan 
keluargaku, pasti semua datang ke-pestanya ", disambung dengan rayuannya 
lagi  " Sekali-sekali pergi menghilangkan stress khan boleh. Jakarta dekat 
ini, ya Mas, ya.... ". Setelah menyelesaikan membaca undangan itu Aku 
kemudian menatap Isteriku dan mengangguk-kan kepala tanda setuju sambil 
tanganku meraih sendok dan segera menyantap makan malam. 
          Isteriku melonjak kegirangan dan berteriak kepada putri kami 
yang tiga bulan lagi berumur dua tahun  " Nanda, nanti kita jalan-jalan ke 
Jakarta sama Papa". 

          Tak terasa hari Sabtu-pun tiba dan dan putriku Nanda sudah tiga 
kali menanyakan kapan akan berangkat jalan-jalan seperti yang dijanjikan 
oleh Ibunya. Setelah menaikkan semua tas dan perlengkapan keatas mobil, 
kamipun berangkat dari Bandung menuju Jakarta. 
AWALNYA..... 
          Sejak kawin tiga tahun yang lalu, kami pindah dari Jakarta dan 
menetap di Bandung karena tugas dari kantor-ku. Kami tinggal dirumah 
kontrakan yang tidak terlampau besar dan beruntung mendapat fasilitas 
kendaraan berupa mobil dari kantor sehingga kadang-kadang kami bisa pergi 
bertamasya ketempat-tempat rekreasi dengan menggunakan mobil kantor, 
seperti saat ini. 
          Udara pagi yang sejuk terhisap memasuki paru-paru menimbulkan 
suasana yang tenang dan menggembirakan, pemandangan dikiri-kanan jalan 
sangat indah, apalagi lepas dari Cianjur mendekati Puncak. Putri-ku Nanda 
tak henti-hentinya bertanya ini-itu mengenai hal-hal baru yang dilihatnya 
dan rasa senangnya karena diajak naik mobil pergi bertamasya. 
TELAGA WARNA PUNCAK 
            Setibanya di Puncak, Isteriku menyarankan dan berusaha 
membujuk-ku untuk berhenti sebentar beristirahat di Telaga Warna Puncak 
menikmati udara sejuk nan menyegarkan. ' Kalau saja aku bisa mengetahui 
peristiwa menggetarkan hati yang kelak akan terjadi, pasti akan kutolak 
mentah-mentah permintaan Isteriku itu......... ' 
          Aku meminggirkan mobil dan parkir di-kawasan Telaga Warna, 
Isteriku menarik-narik tanganku sambil membimbing Nanda kearah tepi telaga 
dan duduk dengan santai sambil tak henti-hentinya mengoceh. Nanda dan aku 
mendengarkan dengan asyik. 
          Ia menceritakan berbagai hal menarik yang akan dilakukannya di 
Jakarta dan keinginan-keinginannya setibanya nanti di-Jakarta, juga pesta 
perkawinan yang pasti akan sangat meriah yang akan kami hadiri dan belanja 
oleh-oleh kesukaannya saat akan pulang ke Bandung. Tak terasa waktu 
berlalu dengan cepat, setelah puas menikmati keindahan disekitar telaga, 
kemudian kami-pun meninggalkan Telaga Warna dan melanjutkan perjalanan ke 
Jakarta. 

          Saat itu, jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi sedang dalam proses 
pembuatan dan belum selesai, sehingga untuk ke-Jakarta masih harus melalui 
jalan Bogor lama. 
          Setibanya di-Bogor, Isteriku meminta mampir di-toko roti 
terbesar di Bogor saat itu untuk membeli roti dan penganan pengisi perut 
selama perjalanan. Nanda kecapean dan terlihat tidur dengan lelapnya di 
Jok belakang, dan aku malas untuk turun, jadi Isteri-ku turun sendirian 
dan pergi masuk ke-toko roti tersebut untuk berbelanja. 
          Aku menunggu dimobil bersama Nanda yang tertidur pulas....... 
ISTERIKU DENGAN PARFUM BAU KEMBOJA 
            Sekejap kemudian terlihat sesosok wanita yang persis berwujud 
Isteriku mengenakan pakaian seperti yang dipakai Isteriku sambil membawa 
bungkusan besar berisi roti dan makanan lainnya datang mendekat kemobil. 
Tentu saja segera kubukakan pintu mobil karena kusangka Isteriku. Saat ia 
masuk kemobil sekilas tercium bau bunga kamboja bercampur menyan yang 
membuat bulu kudukku berdiri. 

          Akan tetapi karena melihat wajah Isteriku yang berseri-seri dan 
berkata bahwa ia telah membelikan beberapa roti kesukaanku maka aku segera 
melupakan hal aneh yang muncul bersamaan dengan kedatangan Isteriku ini. 
          Mobil ku-stater dan kemudian meluncur pergi dari toko roti 
di-Bogor guna melanjutkan perjalanan ke-Jakarta. Sayangnya mataku kurang 
jeli, sehingga tidak melihat bahwa beberapa detik sebelum mobil keluar 
dari area toko roti, Isteriku yang asli muncul dipintu toko dengan membawa 
bungkusan besar berisi roti dan melihat mobilku meluncur pergi dengan 
membawa wanita lain. 
ISTERI ASLIKU MARAH BESAR 
            Isteriku marah besar dan mengira bahwa aku telah pergi (lari) 
meninggalkannya dengan membawa wanita lain, seketika itu juga dibantingnya 
bungkusan hasil belanjaanya dan dengan air mata bercucuran kemudian lari 
pulang ke-Bandung. Hatinya dipenuhi dengan emosi, cemburu, marah, sedih 
dan kesal bercampur jadi satu. Mulutnya membisikkan kata-kata ancaman yang 
lirih   " Awas kalau pulang nanti ", berkali-kali tanpa henti sepanjang 
perjalanan kembali ke-Bandung. 
          Fikirannya yang dipenuhi rasa marah dan cemburu, terus 
bertanya-tanya, siapakan wanita yang menjadi simpanan suaminya itu dan 
telah pergi bersama suaminya ?. Mengapa dirinya ditinggalkan begitu saja 
tanpa menengok sedikitpun, sungguh tak berperasaan. Bagaimana dengan 
anaknya Nanda, apakah dia sedang menangis menanyakan ibunya atau sedang 
apa ?, jahat sekali suaminya itu, akh kalau saja tahu hati suaminya 
seculas itu, tak akan mau dia diperistri bila hanya untuk disakiti 
hatinya. Rasa benci menyeruak di-hatinya yang sedih dan luka bagai 
tertusuk sembilu. 
          Sesampainya dirumah langsung ia membanting dirinya keatas tempat 
tidur dan menangis tersedu-sedu sambil tak henti-hentinya mengeluarkan 
ancaman........ 
ISTERIKU BERMANJA-MANJA KEPADAKU 
            Sementara itu tidak sedikitpun terlintas difikiranku mengenai 
keadaan Isteriku itu dirumah, malah aku terlibat dengan pembicaraan yang 
romantis dengan wanita yang kukira Isteriku ini. Selama dalam perjalanan 
ini aku sangat menikmatinya, karena tidak tahu kenapa istriku 
bertambah-tambah genit dan manja-nya terhadapku, hingga beberapa kali 
pipiku diciumnya mesra yang membuat hatiku semakin berbunga-bunga. 

          Isteriku ini kemudian merapatkan duduknya dan merebahkan 
kepalanya kepundakku dan berkata  " Maas, kalau bisa aku ingin peristiwa 
ini jangan cepat berlalu ". Aku berfikir sambil membathin, lho ini khan 
masih awal dan masih banyak lagi waktu sesampaimya di Jakarta nanti. 
Sewaktu rambutnya menyentuh pipiku, saat itu kembali sekilas tercium bau 
wangi bunga kamboja bercampur menyan, sehingga bulu kudukku berdiri lagi. 
Ihh....... Dalam hati aku berjanji  membelikan shampo luar negeri untuk 
isteriku, karena bau wangi shampo yang ia gunakan sekarang ini menimbulkan 
rasa takut dihatiku. 
SETIBA DI JAKARTA 
            Akhirnya setelah tiba di Jakarta, Aku langsung menuju ke hotel 
yang terdekat dari Cikini, dan memesan kamar untuk satu malam, karena 
ingin beristirahat sejenak menjelang resepsi malam nanti. Nanda sangat 
senang dan bernyanyi-nyanyi kecil dengan lucunya sambil menyentuh 
barang-barang hiasan yang ada dikamar hotel. Lagaknya bagai kupu-kupu yang 
terbang mengitari bunga-bunga yang sedang mekar mewangi. 
          Sore hari, setelah memandikan Nanda, Isteriku mengajak mandi 
bersama, ini sebetulnya diluar dari kebiasaannya, tapi tentu saja aku mau, 
permintaan seperti ini jelas nggak akan kutolak. Didalam kamar mandi, 
isteriku mesra berbisik meminta hubungan intim, awalnya aku kurang setuju, 
tapi dengan sangat ahli ia membangkitkan hasrat kelaki-lakianku...... 
          Koper dibuka dan pakaian-pakaian didalamnya dicoba dan 
dipatut-patutkan ke tubuhnya sambil bergaya didepan kaca, hingga akhirnya 
ia memutuskan menggunakan baju warna hijau yang memang serasi dengan warna 
kulitnya yang putih. 
ACARA RESEPSI BERLANGSUNG MERIAH 
            Acara resepsi pernikahan putra Bu Kuncoro sangat meriah dan 
memang banyak keluarga datang, tentu saja bagaikan reuni keluarga besar, 
kami saling bertanya dan bercerita situasi terakhir dalam keluarga dengan 
gembira. Beberapa kali Nanda datang kepadaku minta dibersihkan pipinya 
yang berwarna merah bekas lipstik karena dicium gemas oleh tante-tantenya. 
Saat foto bersama, mulanya Isteriku menolak keras, tapi setelah 
didesak-desak akhirnya mau juga. Beberapa famili mengajak kami bermalam 
dirumah mereka tapi dengan halus kutolak karena sebelumnya sudah memesan 
kamar dihotel. 

          Akhirnya acara resepsipun usai sudah dan satu demi satu para 
tamu pamit pulang, demikian juga kami. Dalam perjalanan kembali ke hotel 
terlihat sekali isteriku sangat bahagia karena celotehnya yang sangat 
bersemangat mengenai suasana resepsi tadi, dimana aku hanya mendengar dan 
meng-iyakan ucapan-ucapannya saja. 
  
BERGAIRAH DAN MENGAJAK BERCINTA 
            Nanda terlihat kelelahan dan segera tertidur pulas begitu 
kepalanya menyentuh bantal tempat tidurnya, melihat putrinya telah 
tertidur. Isteriku melepaskan pakaian pestanya satu demi satu sambil 
menggerakkan tubuhnya dengan erotis, berusaha memancing gairahku, dan 
setelah terlepas semuanya langsung menerkam diriku dan mengajak bercinta. 
          Malam itu entah beberapa kali hubungan intim telah kami lakukan 
hingga rasanya tulang-tulangku hampir terlepas karena kelelahan melayani 
hasratnya yang tak pernah padam, sehingga saat matahari telah tinggi kami 
masih tertidur kelelahan. 

          Lewat tengah hari baru kami berangkat pulang ke Bandung. 
Perjalanan pulang agak lambat karena kami banyak berhenti untuk belanja 
oleh-oleh, lagi pula aku menjalankan kendaraan perlahan karena masih agak 
mengantuk. Nanda sepanjang jalan kembali tertidur pulas, mungkin karena 
masih kelelahan, sekilas terlihat senyum manis dibibirnya. 
KEMBALI KE TELAGA WARNA 
            Menjelang magrib saat mobil mendekati Puncak, Isteriku 
mendesak untuk berhenti sebentar agar kembali beristirahat di Telaga 
Warna, aku menolak karena perjalanan masih jauh lagipula sudah menjelang 
Magrib. Tapi karena ia terus bersikeras dengan bujukan dan alasan yang 
kadang menurutku sulit diterima akal, maka akhirnya aku mengalah dan 
memarkir mobil di kawasan Telaga Warna. Saat itu suasana masih agak 
terang. 

          Nanda, walaupun sudah terbangun tapi masih menggeliat malas 
untuk berjalan, sehingga kubopong turun mengikuti isteriku ke tepi telaga, 
setelah duduk suasana menjadi santai, Isteriku berkata dengan serius 
kepadaku, bahwa perjalanan ini tak akan pernah dilupakannya dan Ia mencium 
pipiku berkali-kali guna lebih menguatkan kata-katanya. Kelakuannya ini 
ku-rasakan agak aneh seakan dia tidak akan pernah bertemu denganku 
lagi........ 
MENGAPA "DIA" TERJUN KE TELAGA ? 
            Saat terdengar Adzan Magrib mendayu-dayu, tiba-tiba dengan tak 
tersangka-sangka Isteriku menerjunkan dirinya kedalam Telaga Warna, tentu 
saja aku terkejut setengah mati apalagi mendengar putriku berteriak 
histeris dan kemudian menangis meraung-raung memanggil-manggil ibunya, " 
Mamaaaa......maama..." 

          Setelah menunggu beberapa saat dan tidak muncul juga dari dalam 
telaga, maka akupun berteriak-teriak memanggil namanya dan langsung terjun 
kedalam air telaga untuk mencari Isteriku, beberapa orang berkumpul 
melihat kelakuanku yang aneh, kucoba menjelaskan peristiwa yang terjadi 
dengan suara terbata-bata dan tubuh gemetar kebingungan, beberapa orang 
kemudian tergerak untuk ikut terjun berusaha mencari isteriku didasar 
telaga. Beberapa wanita yang ada berusaha membujuk mendiamkan putriku yang 
terus menangis. 

          Setelah mengobak seluruh telaga selama lebih dari dua jam 
dibantu oleh banyak orang tanpa hasil. Dengan baju basah kuyup dan tubuh 
menggigil kedinginan serta  perasaan yang tak menentu karena sangat sedih, 
maka akupun memutuskan untuk kembali ke Bandung dan berniat untuk 
melakukan pencarian lanjutan esok pagi. Apalagi Nanda  terus menangis 
memanggil-manggil ibunya yang telah terjun kedalam telaga dan tidak 
berhasil ditemukan. Saat itu fikiranku terus bertanya-tanya " Mengapa 
Istriku tega sampai berbuat begitu ? Apa salahku ?.... setelah begitu lama 
tidak muncul dari dalam air apakah mungkin ia telah mati !!....... 
PULANG KERUMAH DI BANDUNG 
            Aku menjalankan mobil pulang ke Bandung sambil ngebut agar 
cepat sampai di rumah, dan berniat untuk mengabari saudara-saudaraku 
perihal Istriku, agar mereka esok membantu dalam upaya pencarian. Dengan 
perasaan sangat sedih dan terpukul atas musibah ini, akupun masuk kedalam 
rumah dan.......... 

          Mendengar suara mobil memasuki rumahnya, Isteriku yang masih 
belum tidur, bangun dan meloncat mengintip dari jendela kamar, mengetahui 
bahwa suaminya pulang, timbullah lagi rasa marah atas perbuatan suaminya 
yang disangkanya pergi meninggalkan dia sendirian ditoko roti di-Bogor 
bersama wanita yang tidak dikenalnya. 
          Diambilnya sepatu hak tingginya dan berlari ke pintu 
depan........ 
          Betapa terkejutnya aku ketika membuka pintu depan, sepasang 
sepatu hak tinggi mendarat telak dikepalaku, dan pelakunya tak lain adalah 
ternyata isteriku......... 
TERNYATA ISTERIKU MASIH HIDUP 
            Wajahku pucat pasi kaget setengah mati, bahkan aku ketakutan 
bagai melihat hantu, sehingga tak terasa sakitnya kepalaku yang 
benjol-memar karena terlempar sepatu. Bagaimana mungkin isteriku yang 
hilang tenggelam di Telaga Warna ternyata malah sekarang muncul 
dihadapanku dengan wajah marah menakutkan dan suara menggelegar keras, 
mengumpat dan memaki. Dengan terpana-bengong dan perasaan tak karuan, aku 
cuma bisa berdiri mematung didepan pintu. Istriku masih terus melemparkan 
segala macam benda kearahku sambil memaki-maki. Nalarku masih kacau belum 
jalan, aku tak berusaha menghentikannya, masih bingung. 

          " Ka..kaau ...ternyata masih hidup, kukira sudah mati tenggelam 
", kataku ketakutan dan dengan suara terbata-bata. Setelah mendengar 
kata-kataku, dan melihat keadaan diriku yang kacau, Isteriku malah 
bingung, apalagi kemudian Nanda menghambur masuk dan memeluk ibunya sambil 
berteriak keras : " Mama... jangan lompat lagi ke danau, Nanda takuuut ". 
Terkejut Isteriku sehingga terlupakan kemarahannya, dan matanya melotot 
menatap kearahku minta penjelasan, sambil mendekap Nanda yang menangis 
sesenggukan dipelukannya. 

          Aku sendiri masih belum bisa mencerna dengan baik atas situasi 
yang tak terduga-duga ini dan terpaku keheranan. Melihat aku tidak 
memberikan jawaban, timbullah lagi marahnya dan berteriak keras 
mengejutkanku  " Mengapa kau tinggalkan aku sendirian di Bogor, dan siapa 
wanita sialan itu ! ". Fikiranku berusaha menyimak kata-katanya, ... 
ditinggal di Bogor ?, siapa wanita itu ? apa yang terjadi ? bukankah aku 
pergi dengannya ke Jakarta ? lalu siapa kalau begitu wanita yang 
menyerupai dirinya dari Bogor hingga terjun ke telaga ? 
BARU KUSADARI BAHWA YANG BERSAMAKU ITU BUKAN ISTERIKU 
            Tiba-tiba aku berteriak keras : " Tidaaaaaaak ! ", " Aku tidak 
tahu bahwa itu bukan kau !,  mahluk itu menyerupai kau kukira itu kau " 
lanjutku keras. Kemudian aku memeluknya dan berkata dengan penuh perasaan 
: " Syukurlah bahwa kau masih hidup, kukira sudah matiiiii ! " 
          Karena aku memeluknya seakan takut kehilangan dirinya, cairlah 
emosinya dan tenang, kemudian meminta penjelasan lengkap dariku. 
          Kujelaskan kronologis kejadiannya, tentu saja dengan 
menyembunyikan bagian hubungan intimku dengan mahluk itu, tak percaya 
Isteriku atas ceritaku yang tak masuk diakalnya, untuk lebih meyakinkannya 
kuajak dirinya untuk menelepon interlokal ke Jakarta. 
  
JADI YANG BERSAMAKU ITU MAHLUK JEJADIAN ? 
            Terkejut Pamannya mengetahui kejadian ini, atas permintaanku 
dan keingin-tahuannya atas peristiwa yang terjadi ini, esok harinya dengan 
kereta-api terpagi segera ia berangkat ke Bandung. 
          Pamannya sendiri dengan bersumpah meyakinkan Isteriku bahwa aku, 
suaminya saat itu datang ke resepsi pernikahan bersama dia, Isterinya, 
malah foto-foto keluarga bersama, nanti bila sudah di-afdruk akan dikirim 
ke Bandung. Paman terpaksa bermalam di Bandung karena Isteriku sangat 
terpukul dan histeria dengan kejadian ini, masih belum masuk diakalnya 
kejadian ini bisa terjadi. 
          Keesokan harinya salah seorang putra paman datang dengan 
keluarga yang lainnya dan ikut meyakinkan isteriku dengan kesaksian mereka 
dan membawa hasil cetakan foto-foto perkawinan, mereka dengan sangat 
bingung memperlihatkan foto yang ada diriku, putriku Nanda sedang 
menggandeng bayangan kosong. Ternyata mahluk berwujud isteriku itu tidak 
nampak dikertas foto....... 

          Tiba-tiba isteriku terhuyung, dengan cepat kupeluk tubuhnya agar 
tidak jatuh, ternyata ia pingsan. Kejadian ini begitu dahsyat menghantam 
jiwanya hingga tidak tahan. 
          Mungkin terbayang difikirannya apa saja yang mungkin dilakukan 
oleh suaminya terhadap mahluk itu karena mengira bahwa mahluk itu adalah 
dia isterinya. Siapa yang tahu kecuali aku dan iih... mahluk yang 
menjijikan itu. 
SIAPAKAH SESUNGGUHNYA YANG BERSAMAKU ITU DI JAKARTA ? 
            Hingga saat ini semua masih tak mengerti, siapakah 
sesungguhnya  wanita yang bersamaku itu, yang naik kemobilku mulai dari 
toko roti di Bogor, tidur dihotel bersamaku yang akhirnya terjun ke Telaga 
Warna ?. Demikian juga yang ada difikiran Isteriku dan 
keluarganya.......... 
          Sedangkan Nanda masih sering bercerita kepada keluarga yang 
datang bahwa dirinya sangat senang diajak pergi jalan-jalan ke Jakarta 
bersama ibunya, menginap dihotel, pergi kepesta, ia masih belum bisa 
mengerti bahwa dengan siapa dia pergi itu bukan ibunya asli............ 
  





          Suatu malam aku bermimpi didatangi oleh mahluk hijau yang 
menyeramkan, berbadan reptil seperti bunglon tapi kepalanya menyerupai 
Isteriku, ia minta maaf telah mengacaukan keluargaku dengan mewujud dan 
menggantikan Isteriku pergi ke Jakarta. Itu karena dia tertarik mendengar 
celoteh Isteriku yang mesra ditepi telaga mengenai enaknya bepergian ke 
pesta pernikahan, jadi ia ikut dalam mobilku karena ingin tahu, begitu 
melihat Isteriku pergi masuk ke toko roti, ia mendapat kesempatan dan 
mendahului masuk kemobil dengan mewujud menyerupai Isteriku. 

          Mahluk itu bilang bahwa ia sangat menikmati perjalanan itu dan 
tidak akan pernah melupakannya, berharap demikian juga denganku. Akhirnya 
dia minta maaf atas segala perbuatannya itu dan juga minta maaf kepada 
Isteriku. 
          Hatiku yang tadinya emosi mendengar pengakuannya akhirnya luluh 
dan memaafkannya karena melihat tetesan air mata dipipinya tanda 
penyesalan dan ketulusan hatinya. 
          Mahluk itu kemudian lenyap setelah sebelumnya mendoakan agar 
keluargaku selalu rukun-rukun dan bahagia........ 



Seperti diceritakan kepada H. Mohammad B.I. 

  




  



Kalau saja aku tahu bahwa wanita itu bukan Isteriku, tetapi Jin Penunggu 
Telaga Warna, tak akan mau aku menggauli-nya hingga berkali-kali dikamar 
hotel itu.   

  


SIAPAKAH SESUNGGUHNYA WANITA YANG BERSAMAKU ITU MULAI DARI TOKO ROTI DI 
BOGOR, TIDUR DIHOTEL BERSAMAKU YANG AKHIRNYA TERJUN KE TELAGA WARNA ? 


  


Semua kejadian-kejadian diatas adalah peristiwa yang sebenarnya terjadi, 
bukan fiktip, hanya nama-nama dan lokasinya saja yang disamarkan.   






 

Kirim email ke