*Teflon Mengandung Zat Penyebab Kanker?*

*Dover**, **Delaware**, Rabu*

*Lebih mudah belum tentu lebih aman. Memasak dengan teflon memang praktis
karena tak perlu repot bahan masakan lengket. Namun, rekomendasi Lembaga
Perlindungan Lingkungan (EPA) pemerintah AS tentang bahaya bahan pembuat
teflon mungkin patut dipertimbangkan.*

Zat kimia yang digunakan dalam pembuatan Teflon serta bahan antilengket dan
produk serupa mengandung bahan bersifat karsinogen atau penyebab kanker.
Demikian hasil investigasi panel penilai independen yang dibentuk EPA untuk
memberikan nasihat ilmiah.

Rekomendasi yang tertulis dalam draf laporan penilaian akhir tim panel
sesuai dengan temuan awal yang dilakukan oleh tim EPA. Berdasarkan hasil
percobaan terhadap hewan, tim FPA baru menemukan bukti-bukti yang
mengarah pada potensi asam *perfluorooctanoic* (PFOA) dan garamnya sebagai
penyebab kanker pada tubuh manusia.

Sebagaimana tertulis dalam draf laporan yang dirilis Senin (30/1), sebagian
besar anggota panel melihat adanya kesesuaian antara deskripsi karsinogen
dengan data sampel terbaru. Sedangkan, sebagian kecil anggota tim menyatakan
data tersebut tidak melebihi batas suatu zat disebut karsinogen.

Selain itu, mayoritas anggota panel penilai juga merekomendasikan tambahan
data pada penilaian EPA tentang resiko PFOA atau yang dikenal juga dengan
C-8. Di antaranya, PFOA juga beresiko menyebabkan kanker hati, testis,
pankreas, dan payudara serta pengaruh negatif terhadap hormon, sel syaraf,
dan sistem kekebalan tubuh.

Mereka merekomendasikan bahaya zat tersebut tanpa dibatasi umur maupun jenis
kelamin. Temuan-temuan panel yang disusun oleh Badan penasihat Ilmiah EPA
akan disampaikan oleh anggotanya pada 15 Februari.

Temuan panel bentukan EPA tentu saja menimbulkan reaksi penolakan, salah
satunya disampaikan oleh DuPont, produsen PFOA di Wilmington, Delaware, AS.
"Kami tidak sepakat dengan rekomendasi panel terhadap klasifikasi ini dan
kami akan terus mendukung penilaian EPA sendiri dalam drafnya," kata Robert
Rickard, Direktur Kesehatan dan Lingkungan DuPont.

"Kami yakin bahwa PFOA tidak menimbulkan risiko kanker untuk manusia," kata
Rickard menambahkan.

Menurutnya, panel memasukkannya ke dalam klasifikasi karsinogenik dilakukan
berdasarkan data pada hewan dan belum tentu berlaku pada tubuh manusia.

PFOA digunakan dalam pembuatan polimer-polimer fluor yang banyak digunakan
pada berbagai produk, misalnya alat masak antilengket. Zat kimia tersebut
juga merupakan produk sampingan dari pembuatan fluorotelomer, yang digunakan
sebagai pelindung di permukaan tekstil dan pembungkus makanan.

Meskipun bebas untuk menggunakan rekomendasi panel atau tidak, EPA
jarang-jarang menolak saran badan penasihat tersebut. "Mereka telah meminta
tim panel untuk melakukan analisis secara lebih teliti dan ilmiah untuk
menghitung resikonya sehingga Anda tidak dapat mendebatnya," kata Tim Kropp,
ilmuwan senior di Environmental Working Group, lembaga non-profit di
Washington yang mendorong pemerintah untuk melakukan penyelidikan terhadap
PFOA.

Pejabat EPA sendiri menolak untuk mengomentari lebih lanjut bagaimana respon
lembaganya terhadap laporan tersebut. "Masih banyak yang belum kita ketahui
daripada yang sudah," kata Deputi Administrator EPA Marcus Peacock.

"Hasilnya sesuai dengan perkiraan kami," imbuh Peacock.

Susan Hazen, yang membantu administrator EPA di Kantor Pencegahan Pestisida
dan Zat-zat Beracun mengatakan, masih banyak penelitian yang sedang
dilakukan untuk memahami lebih dalam pengaruh PFOA. Menurut Hazen dan
Peacock, EPA sendiri telah berinisiatif untuk meminta DuPont dan tujuh
perusahaan pembuat atau pemakai PFOA, zat turunan, dan zat kimia sejenis
untuk menurunkan produksinya ke lingkungan serta menurunkan tingkat
kandungannya dalam produk hingga 95 persen sebelum 2010.

EPA juga berharap kalangan industri mulai melakukan upaya bersama untuk
mencari pengganti PFOA dan zat kimia sejenis sehingga tidak lagi terbuang ke
lingkungan dan ditemukan pada produk rumah tangga sebelum 2015.


--
Best Regards,
Abahnya Surya & Akmal

Kirim email ke