Mbak Rita aku coba bantu dikit yah, 

Pengangkatan amandel adalah salah satu prosedur medis ygdianggap 
terlalu sering dilakukan dibanding yg diperlukan. Seringkalipengangkatan 
amandel dilakukan dengan indikasi yg kurang kuat atautidak kuat. Jd hrs 
dilihat indikasinya. Beberapa indikasi pengangkatan
adalah :

    * 7 or more episodes of tonsillitis in 1 year
    * 5 or more episodes per year over a 2-year period
    * Enlarged tonsils that interfere with breathing
    * An abscess in the tonsils
    * Grossly asymmetric tonsils

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003013.htm

Untuk tonsilitis berulang, beberapa penelitian yg tingkat
kepercayaannya lebih tinggi menunjukkan kalau dengan pengangkatan
amandel atau tanpa pengangkatan, hasilnya tdk berbeda secara 
signifikan.  

Beberapa keterangan lain dpt dilihat di :

http://kidshealth.org/parent/system/surgical/tonsil.html

Hubungan amandel membesar dengan penyakit lain ya contohnya infeksi
tenggorokan yg menyebabkan amandel membesar, jika infeksi terus
terjadi (datang dan pergi) ya tentu saja amandel jd membesar terus.
Umumnya kaitannya dg penyakit di saluran napas atas, bukan dg paru2.

Ini ada email di milis sebelah ttg seputar amandel..
 From: Tonang D Ardyanto <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [TANYA] Amandel

Saya nambah sedikit saja Pak Ediyus sudah banyak ditanggapi yang lain,

Ediyus Hz wrote:
> Dear Dsa and SPs,
> Anak saya Dzakiy dibilang ama dsa kami mengalami radang amandel....
> Bilangnya udah medium ke-2.... Apakah harus di-operasi... Kami
> menginginkan tidak dioperasi...
>   

Mungkin maksudnya "medium-2" ini adalah pembesaran tonsil-nya Pak. Dulu 
seingat saya jaman kuliah, ada 4 derajat Pak, tapi akhir-akhir ini saya 
baca ada ukuran T1-T3, dilihat proposi pembesaran menuju garis tengah 
(gampangnya menuju uvula : tonjolan daging kecil di tengah-tengah atas 
pintu rongga mulut menuju faring).

Apakah harus di-operasi ? memang ini pertanyaan tricky.


> Pertanyaannya:
> 1. Apakah akibatnya jika dioperasi dan apa pula akibatnya jika tidak
> 2. Jika tidak dioperasi apakah bisa sembuh jika sudah dewasa... Dan
> bagaimana cara perawatannya yang terbaik hingga anak tsb dewasa..
>
>   

Kontroversi soal operasi ini memang mengemuka Pak, seperti sudah banyak 
disampaikan Bu Luluk tersebut.

Ada 2 kriteria operasi tonsilektomi Pak. Yang bersifat absolut :
1. Bila pembesaran sudah menimbulkan obstruksi/hambatan jalan nafas, 
gangguan menelan berat, menimbulkan gangguan tidur, atau ada komplikasi 
kardiopulmoner (akibat penyebaran infeksi oleh bakteri streptococcus)
2. Adanya peritonsiler abses yang tidak bisa diatasi dengan 
medikamentosa (dengan obat)
3. Tonsilitis yang sampai menimbulkan kejang demam
4. Kondisi tonsil sedemikian rupa yang sampai memerlukan tindakan 
biopsi 
untuk penentuan kondisi jaringan menggunakan pemeriksaan patologi.

Sedang kriteria yang relatif :
1. Frekuensi serangan infeksi tonsil (spt disampaikan Bu Luluk)
2. Adanya bau mulut atau nafas yang terus menerus akibat tonsilitis 
kronis yang tidak membaik dengan terapi obat
3. Tonsilitis kronis atau berulang oleh bakteri streptokokus yang sudah 
resisten terhadap antibiotika beta-laktamase
4. Adanya pembesaran tonsil satu sisi (unilateral) dengan kecurigaan 
sifat neoplastik (tumor/keganasan)

Dari dua kelompok tersebut, ada yang bersifat obyektif oleh 
dokter/pemeriksaan medis (menentukan sifat infeksi tonsil, menilai 
kondisi jaringan tonsil dari kripte, debris, dll), tapi ada juga yang 
bersifat subyektif (gangguan pernafasan, gangguan menelan, gangguan 
tidur). Yang subyektif ini dirasakan sendiri oleh pasiennya, dalam hal 
ini dinilai oleh orang tuanya.

Bagaimana soal daya tahan imun ? suatu penelitian tahun 2003 di 
International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology membandingkan 
kelompok dengan tonsilektomi dan tanpa tonsilektomi pada masa 
anak-anaknya,  sampai 20 tahun paska operasi. Hasilnya tidak ada 
perbedaan signifikan. Tapi memang ini baru 20 tahun, tentu kalau 
mungkin 
diteruskan sampai jangka lebih panjang.

Suatu penelitian lain, di jurnal yang sama menyebutkan perbedaan profil 
imunitas pada anak-anak usia 3-15 tahun, antara yang menjalani 
tonsilektomi dan tidak. Perbedaan didapatkan pada masa 6 bulan pertama 
paska operasi. Setelah 6 bulan, profil imunitasnya menjadi tidak 
berbeda.

Suatu penelitian lain, masih di jurnal yang sama, sekelompok anak 
diputuskan untuk menjalani tonsilektomi, tetapi diputuskan ditunggu 1 
tahun kemudian, untuk sementara hanya observasi dan obat. Dari kelompok 
tersebut, sekitar 30% diantaranya tidak jadi menjalani operasi karena 
kondisi tonsilnya membaik. Salah satu alasan pembatalan operasi adalah 
terjadi resolusi (pengecilan) tonsil yang semula membesar.

Tahun 2004 kemarin, seorang dokter THT di UNS Solo menulis disertasi 
tentang profil imun akibat tonsilektomi pada anak-anak, dan memang 
tidak 
mendapatkan perbedaan antara kelompok yang menjalani tonsilektomi 
maupun 
yang tidak. Namun memang ini pun sifatnya baru jangka pendek, belum 
bisa 
kalau jangka puluhan tahun ke depan misalnya.

Beberapa poin penting dari data-data tersebut - menurut saya :
1. Penentuan perlunya suatu tindakan tonsilektomi harus didasarkan pada 
berbagai faktor. Secara obyektif, dokter THT menyusun beberapa kriteria 
pemeriksaan spt bagaimana menilai kondisi jaringan tonsil, menilai 
berat 
ringannya infeksi dan sifatnya.
2. Untuk kriteria subyektif, orang tua lah yang dapat menilainya karena 
yang mengikuti kehidupan anak setiap hari.
3. Ada baiknya melakukan pemeriksaan profil imunitas anak, pra operasi.
4. Setiap keputusan operasi harus didasarkan pada data terkini, artinya 
setelah ada penundaan harus diperiksa lagi kelayakan operasinya.
5. Keputusan operasi harus merupakan perpaduan dari beberapa unsur 
obyektif-subyektif tersebut.
6. Jalan tengah yang diambil sejauh ini - setahu saya - menunggu anak 
memasuki usia sekolah (sekitar 7-10 tahun). Pertimbangannya ada 
beberapa :
a. Spt diketahui, pada usia balita, yang sering karena virus, semakin 
bertambah umur, baru kemungkinan bakteri lebih tinggi, di samping 
paparan patogen terhadap anak juga makin banyak karena mobilitasnya 
juga 
makin tinggi dan beragam.
b. Adanya kemungkinan terjadi resolusi (pengecilan) dari tonsil yang 
sudah membesar.
c. Pada masa-masa sekolah ini lebih mudah dinilai, apakah adanya 
pembesaran tersebut menimbulkan gangguan signifikan terhadap kualitas 
hidup anak : hambatan bernafas, hambatan menelan,  mudah mengantuk 
(karena hipoksia oleh gangguan aliran udara nafas) yang bisa 
berpengaruh 
terhadap prestasi belajarnya.

Terlihat sekali bahwa shared-decision sangat berperan dalam menentukan 
perlu tidaknya tindakan tonsilektomi ini. Bukan hanya dokternya, tapi 
juga orang tua pasien itu sendiri.

Semoga membantu Pak Edi,

tonang


Smoga bs membantu ya Mbak...



Uci mamaKavin
http://oetjipop.multiply.com


================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke