Mama Kayla...

Saya berharap Kayla segera sembuh, dan moga-moga aja dia gak kena typhus,
berikut ini aku simpan artikel tentang tifus. yang sabar yah????

thanks
etik bundae' Citra




*BAYI KENA TIFUS? MASAK IYA, SIH?*

*I**munisasi untuk mencegah tifus pada bayi memang belum ada. Namun infeksi
ini sangat mungkin disembuhkan hingga tuntas.*

Rasanya sulit dipercaya kalau si kecil yang masih bayi bisa terkena tifus.
Tapi itulah faktanya. Bahkan,* dr. Mugiyo, Sp.A.* dari RS PMI, Bogor, telah
pula mendapatkan banyak kasus *neonatal typhoid *alias tifus pada bayi.

Demam tifoid atau tifus adalah penyakit saluran cerna yang disebabkan
bakteri *Salmonella* *typhi* dan *Salmonella* *typhimurium*. Bakteri ini
hidup di sanitasi yang rendah seperti lingkungan kumuh.

Pada bayi, penyakit ini didapat melalui dua cara penularan, yaitu:



*1. Lewat ibu*

Penularan bisa terjadi sejak bayi masih dalam kandungan yang dibawa hingga
persalinan, dan lewat air susu ibu. Kasus ini didasarkan pada penderita
beberapa bayi yang sudah menderita tifus dengan gejala kejang-kejang pada
saat beberapa jam atau hari sesudah lahir. Padahal, mereka belum minum ASI
atau belum mengonsumsi apa pun. Setelah mengambil sampel dari cairan lumbal
ternyata ada kuman tifoid dan kuman ini dibawa dari ibunya sejak si bayi
masih di kandungan. Memang kuman tifus itu sifatnya sangat penetratif, bisa
menembus dinding-dinding barier.

Sementara, penularan lewat ASI ditemukan pada bayi-bayi yang menyusu secara
eksklusif dan berulangkali terserang demam serta diare. Ini, kan, juga
sesuatu yang perlu dicurigai karena ASI sebenarnya makanan yang paling
higienis untuk bayi. Tapi kenapa bayinya selalu terserang penyakit infeksi,
seperti demam dan diare. Setelah diperiksa pencernaanya enggak apa-apa.
Setelah diberi antibiotik, sembuh, tapi nanti terserang lagi. Barulah
setelah diteliti lebih lanjut melalui serangkaian tes, di antaranya tes
darah, ternyata bayi-bayi itu menderita tifus yang ditularkan lewat ASI.

*2. Lewat makanan tambahan*

Umumnya terjadi bila makanan yang dikonsumsi bayi kurang diperhatikan
kebersihannya. Entah saat pengolahan, penyajian, dan pemberian. Akibatnya,
bayi terinfeksi kuman yang menjadi penyebab tifus.

*GEJALA SUKAR DIDETEKSI*

Sayangnya, gejala tifus pada bayi sukar dideteksi. Tak seperti pada anak
balita yang sudah bisa mengeluh mual, pusing, atau suhu tubuhnya tinggi.
Sementara bayi hanya bisa menangis atau rewel. Kadang disertai demam dan
diare sehingga umumnya dokter akan mengira bayi terkena penyakit infeksi
saluran pencernaan. Padahal bisa saja dia sebenarnya sudah terserang tifus.
Kalaupun diberikan obat antibiotik, hanya menghentikan diare atau demamnya
saja. Bisa-bisa nanti tifusnya muncul lagi.

Karena itulah, tifus tak boleh dianggap enteng atau harus diobati secara
total. Bakterinya sangat cepat berkembang biak dan menjalar ke mana-mana
melalui pembuluh darah. Bisa menyerang paru-paru, hati, hingga otak. Tifus
yang sudah tergolong berat akan sulit diobati karena sudah telanjur terjadi
komplikasi. Jika bakterinya sudah menyerang paru-paru, penderita akan sulit
bernapas. Lebih parah lagi jika bakteri sudah masuk ke otak, bayi bisa
kejang-kejang karena radang otak.

*BISA DIOBATI*

Untungnya, metode pengobatan yang semakin maju sudah bisa menyembuhkan tifus
pada bayi. Jika tifusnya ringan (istilahnya gejala tifus atau paratifus),
dokter akan menyarankan banyak istirahat, banyak minum, dan obat antibiotik
yang diberikan harus dihabiskan. Jika dosis obat ditetapkan 4 kali sehari,
maka harus ditaati. Kalau cuma diminum 3 kali sehari, kuman tak akan bersih
terbasmi. Pengobatan yang tak tuntas membuat bakteri akan terus terbawa dan
berkembang biak. Akibatnya, tingkat kemungkinannya untuk kambuh lagi sangat
tinggi.

Tentunya, si bayi harus dirawat baik-baik karena perawatan dan pengobatan
bisa menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah
terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Ingat, meski
masih tahap ringan, kuman terus menyebar dan berkembang-biak dengan cepat.

Selain itu, sumber tifus pada bayi juga perlu diteliti. Bila penyebabnya
ASI, tentu ibunya harus 'dibersihkan' juga dari tifus. Bila tidak, tifus ini
bakal kambuh terus. Kalau yang masuk lewat ASI hanya berupa partikel dari
tifus, maka yang akan muncul gejala mencret-mencret. Tapi kalau yang menular
ke bayi adalah kuman, akibatnya yaitu infeksi yang berisiko menjalar ke
otak.

Jadi, selama ibu sebagai sumber penularan tak disembuhkan tuntas, si bayi
akan tetap mengalami gangguan. Namun begitu, Mugiyo mengingatkan, ASI jangan
sampai dihentikan. Sambil ibu dan bayi diobati, ASI jalan terus karena
inilah makanan utama untuk bayi.

*PENCEGAHAN TIFUS PADA BAYI*

*1. Ibu*

¨Pada minggu-minggu terakhir sebelum persalinan, pastikan ibu dalam kondisi
bebas virus dan kuman agar tak menulari bayinya sewaktu persalinan kelak.

* Jaga kebersihan dan makanan ibu selama menyusui. Pastikan makanan dan
minuman yang dikonsumsi selalu terjamin kebersihannya.

* Periksa kesehatan ibu apabila bayi yang disusui sering diare atau demam.

*2. Bayi*

* Untuk bayi yang mulai mengonsumsi makanan tambahan, pastikan kebersihan
makanannya terjamin.

* Biasakan bayi selalu dalam keadaan bersih. Sehabis kencing atau buang air
besar, bersihkan dengan tuntas.

* Lakukan imunisasi wajib sesuai jadwal.

*3. Lingkungan*

* Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Pastikan air diambil dari tempat
yang higienis seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan
air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga
mendidih (1000C).

* Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Jangan pernah membuang
kotoran bayi secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan
membawa bakteri *Salmonella* *typhi*, terutama ke makanan.

* Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.

* Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga (orang tua dan anak yang lebih
besar). Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini
pencegahan terhadap kuman *Salmonella* sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi
bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid).
Anak usia 2 tahun yang juga rentan terhadap tifus, lakukan vaksinasi.

Bila ada anggota keluarga yang mengidap kuman (*carrier*), pengawasan
diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Kalau dia
lengah, sewaktu-waktu penyakitnya bisa kambuh.

*TIFUS, SEPINTAS KILAS*

Menurut penelitian di Bagian Anak FKUI tentang bayi yang kejang waktu baru
lahir, 80 persen penyebabnya adalah tifus. Penyakit ini juga ikut menyumbang
angka kematian bayi yang sangat tinggi di Indonesia dimana 90 persennya
akibat penyakit infeksi.

Penyakit tifus umumnya berawal dari konsumsi makanan ataupun minuman yang
tercemar oleh bakteri *Salmonella* *typhi* dan *Salmonella* *typhimurium*.
Keduanya biasa terdapat pada makanan dan minuman yang kurang higienis
ataupun dari sumber air yang tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi. Dengan
kata lain, bibit penyakit masuk ke dalam tubuh melalui mulut, lalu menyerang
tubuh, terutama saluran cerna.

Proses perkembangbiakan bakteri ini cepat, yaitu 24-72 jam setelah masuk ke
dalam tubuh. Meski belum menimbulkan gejala, bakteri telah mencapai
organ-organ hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, dan ginjal. Rentang
waktu antara masuknya kuman sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 7 hari.
Gejalanya sendiri baru muncul setelah 3 sampai 60 hari. Pada masa-masa
itulah kuman akan menyebar dan berkembang biak. Organ tubuh lalu merangsang
sel darah putih mengeluarkan zat interleukin. Zat inilah yang akan
merangsang terjadinya gejala demam. Kuman yang masuk ke hati akan masuk
kembali dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya.

Gejala yang mungkin timbul adalah mual, muntah, demam tinggi berfluktuasi
atau naik-turun, nyeri kepala hebat, dan nyeri perut yang diawali sembelit,
kadang diikuti diare bercampur darah. Pengobatan umumnya dilakukan bila
pemeriksaan laboratorium memberikan hasil positif. Pemeriksaan laboratorium
ini juga diperlukan untuk menentukan jenis antibiotik yang paling tepat.

Namun tidak seluruh bakteri *Salmonella* *typhi* dapat menyebabkan demam
tifoid. Saat kuman masuk, tubuh berupaya memberantas kuman dengan berbagai
cara. Misalnya, asam lambung berupaya menghancurkan bakteri dan gerakan
lambung berupaya mengeluarkan bakteri. "Jika berhasil, orang tersebut akan
terhindar dari demam tifoid," ungkap Mugiyo.












Pada tanggal 3/25/06, venus archie <[EMAIL PROTECTED]> menulis:
>
> Bayi saya, kayla, baru berusia 5 bulan. Mulai dari
> hari rabu kemarin dia sakit panas hingga 39 derajat
> panasnya. DSA-nya bilang tunggu sampe 3 hari lagi,
> kalo masih panas juga harus tes darah, karena
> ditakutkan terkena DBD, DSA-nya hanya memberi Amoxan
> dan puyer yang isinya paracetamol + anti kejang.
> Hingga hari jum'at panasnya naik-turun..dan tadi pagi
> kami bawa kayla untuk tes darah ternyata trombositnya
> normal (berari bukan DBD) tapi ternyata kata DSA-nya
> Kayla terkena gejala typhus. Mungkin Mba & Mas anggota
> milis "Balita-anda" pernah ada yang punya pengalaman
> seperti ini, bagaimana sih menangani bayi yang terkena
> gejala typhus? Apakah dia tidak boleh sering
> digendong? Apa dia boleh mandi? Apa dia boleh makan
> biskuit farley? Obat yang bagus apa yah?? Karena
> DSA-nya cuma kasih Sanmol dan Cefspan.. Saya mohon
> bantuan informasi dari teman-teman semua..Maklum Kayla
> anak pertama kami dan saya belum berpengalaman
> menangani hal seperti ini.
>
> PS: Kami baru tinggal di Tangerang, kalau teman-teman
> punya informasi tentang DSA yang bagus, tolong kasih
> tau yah!
>
> Trims.
>
> Mama Kayla
>
>
> __________________________________________________
> Do You Yahoo!?
> Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
> http://mail.yahoo.com
>
>
> ================
> Kirim bunga, http://www.indokado.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
> [EMAIL PROTECTED]
> Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>

Kirim email ke