Selasa, 18 Apr 2006, Keluar ICU, Lisa Diberi Makan Bakso
SURABAYA - Pertemuan mengharukan yang diwarnai isak tangis terjadi kemarin, ketika Siti Nur Jazilah alias Lisa, pasien yang wajahnya dioperasi total (face off) bertemu dengan kedua orang tuanya. Saat tangan kanannya dicium Siti Zulaikah, ibu kandungnya, Lisa menangis. Adegan di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) itu membuat kakek dan nenek Lisa serta saudara lain yang menyaksikannya tak kuasa menahan tangis haru. Kemarin adalah hari pertama Lisa keluar dari ruang ICU. Selama 20 hari, wanita 22 tahun yang wajahnya di-face off setelah disiram air keras suaminya itu dirawat di sana. Selanjutnya, Lisa akan dipindahkan ke ruang isolasi Unit Luka Bakar GBPT RSU dr Soetomo. Lisa dipertemukan dengan keluarganya sekitar pukul 13.15. Pihak keluarga Lisa yang terdiri atas Saring (ayah), Siti Zulaikah (ibu), Yani (kakak), Wakinah (nenek), Samsul Kusnoto (kakek), Muhamad Budi dan Vinul (saudara sepupu) berkumpul di ruang pertemuan GBPT lantai 2 terlebih dahulu untuk mendapat pengarahan dari tim dokter. "Kami ingin keluarga Lisa tabah dan menahan emosi agar tidak melakukan euforia atau menangis berlebihan," kata dr Nalini Muhdi Agung SpKJ, psikiater yang mendampingi Lisa selama perawatan. Begitu melihat Lisa memasuki ruang pertemuan dengan duduk di kursi roda didampingi seorang perawat, keluarganya langsung berkaca-kaca. Bahkan, Yani langsung menundukkan kepalanya karena tak kuasa menahan air mata yang mulai membasahi pipinya. Lisa yang saat itu menggunakan penutup kepala juga menangis karena ini adalah pertemuan pertama dengan keluarganya. Sementara itu, Saring menatap lekat wajah putri tercintanya tersebut. "Ya Allah, alhamdulillah," kata Saring, pelan. Dia mengucapkan syukur karena kondisi putrinya membaik meski wajahnya belum berbentuk. Dibimbing Nalini dan dr M. Sjaifuddin Noer SpBP, Lisa menyalami keluarganya satu per satu. Orang pertama yang disalaminya adalah sang nenek, Wakinah. Kemudian, Samsul, Siti Zulaikah, Saring, dan Yani. Masing-masing berjabat tangan sambil memandang lekat wajah Lisa. Mereka tidak mampu berkata panjang lebar. Mereka takut emosi membuncah sehingga memengaruhi kondisi psikologis Lisa. "Moga-moga cepet sembuh ya Nduk (Mudah-mudahan cepat sembuh, Red)," ucap Saring lagi. Kalimat yang sama juga diungkapkan Zulaikah dan Wakinah saat disalami Lisa. Ucapan ayah, ibu, dan nenek itu makin menderaskan tetes air mata Lisa. Dengan nada pelan dan terbata-bata, dia minta maaf kepada keluarganya. "Sepurane karo kabeh (Saya minta maaf pada semua, Red)," katanya. Permintaan maaf itu malah membuat suasana jadi semakin haru. Zulaikah yang tidak bisa menahan emosi langsung memeluk perut Lisa. Lantas, dia mencium telapak tangannya berulang-ulang. Suara tangisnya meninggi. "Ya, Nduk tak sepuro. Sampeyan cepet waras yo (Iya, saya maafkan. Kamu cepat sembuh ya, Red)," katanya. Hampir bersamaan, Saring, Yani, Wakinah, dan Samsul mengucap kalimat yang sama. Suasana haru itu dapat dinetralkan Nalini dengan mengatakan Lisa ingin mengungkapkan sesuatu. Sontak, semua orang di ruang tersebut terdiam. "Saya mengucapkan terima kasih kepada wartawan, tim dokter, keluarga, dan masyarakat yang telah berdoa untuk kesembuhanku," kata Lisa dengan jelas, namun pelan. Spontan, semua dokter, perawat, dan wartawan di ruang tersebut langsung mengucapkan amin bersama-sama. "Kita semua selalu berdoa agar Lisa cepat sembuh," sambung Nalini, yang dibenarkan para dokter dan wartawan. Setelah itu, Nalini berkelakar dengan "menodong" Saring soal janjinya membawa bakso buat Lisa ketika keluar dari ICU. "Ayo Pak. Katanya mau bawa bakso buat Lisa," ucapnya. Saring yang berusia 43 tahun itu langsung meletakkan rantang yang dibungkus kresek hitam ke atas meja ruang tersebut. "Ini nih baksonya. Bapak sendiri lho yang buat. Pokoknya spesial buat Jilah (panggilan lain Lisa)," katanya sambil membuka kresek tersebut agar Lisa melihat bakso yang dibawanya. Sebenarnya, Saring ingin menyuapi Lisa. Namun, tim dokter dan perawat melarang. "Baksonya harus dipotong kecil-kecil dulu, Pak," ujar seorang perawat. "Biar tidak tersedak," imbuhnya. Meski agak kecewa, Saring maklum. Dia menganggap itu demi keselamatan dan penyembuhan Lisa. "Saya baik-baik saja. Tidak merasa sakit. Hanya, wajahku masih tebal," jawab Lisa Setelah penjelasan mengenai kondisi kulit wajahnya, Lisa dibawa keluar ICU dengan kursi roda. Dia menuju ruang isolasi unit luka bakar di lantai 3. Saat menuju lift, perempuan 22 tahun itu melambaikan tangan kepada wartawan. Walaupun sudah pindah ke ruang isolasi, Lisa belum boleh dijenguk sembarang orang. Menurut Nalini, Lisa hanya diperbolehkan bertemu keluarganya. Yaitu orang tua, kakek-nenek, kakaknya. "Hal ini berdasar keputusan tim dokter dan kemauan Lisa sendiri," jelasnya. Ditanya tentang kesiapan Lisa untuk diperiksa polisi minggu depan, lagi-lagi Nalini menjawab Lisa siap menghadapinya. Sementara itu, tim dokter menyiapkan rencana-rencana selanjutnya untuk "membenahi "wajah Lisa. Sambil menunggu proses pembentukan wajah, dalam waktu dekat Dr dr David Perdanakusuma SpBP membersihkan daerah sekeliling luka bekas operasi. Lisa juga dijaga agar tidak infeksi. Caranya, menggunakan antiseptik tiap kali mandi. (ai/kit) http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=6661