artikel yang bagus ^_^ saya sendiri heran kalau orang bilang, "Sayang sekolah tinggi2 kok cuma tinggal di rumah ngurus anak". Padahal perkembangan jaman menuntut ibu yg smart, yg bisa mengikuti perkembangan anaknya, baik pelajaran anaknya, sekaligus bisa mengikuti perkembangan teknologi, biar gak kecolongan sama anaknya... Kalau ibunya kurang pendidikannya, masih untung kalo bisa membiayai kursus dll untuk mendukung pelajaran anaknya, kalo nggak? Anak bisa stres sendiri, karena susah sendiri gak ada yg bantuin, gak ada yg bisa kasih ide apa kek... hasilnya kalo gak jalan pintas nyontek pas ujian, ya ngutang buat nyogok? hehehe parah banget. temen ibu saya punya anak tunggal, ibu bapak sibuk meniti karir walaupun di bidang pendidikan, tapi ya gitu, pulang malem pergi pagi, anak sama pembantu, tapi ingin anak juara,masuk IPA, diikutin kursus ini itu. ternyata anaknya mungkin memang gak mampu untuk jadi anak IPA, bisanya dan minatnya IPS. tapi dia gak punya kesempatan untuk sharing dg orangtuanya, minimal ibunya. hasil akhirnya dia stres dan gantung diri... ihiks jadi inget kisah sedih itu... Istri yg smart saya rasa bisa mengikuti pekerjaan suaminya di kantor, bisa ngasih masukan, bisa ngasih dukungan... walaupun bukan bidang yg sama, yg namanya smart pasti bisalah mengikuti "cerita" kerjaannya suami dari rumah...
Mungkin "berantakannya" perilaku dan pendidikan anak jaman sekarang sedikit banyak disumbangkan oleh terlalu sibuknya ibu berkarir. Padahal ibu adalah tiang rumah tangga. Kalau baik ibunya, insyaalloh baik juga anak dan rumah tangganya. Tapi gak semua ibu bekerja menyebabkan kurangnya perhatian pada anak dari segala sisi, mungkin tergantung kerjaannya juga, kalao bisa pergi pagi pulang siang, macem ibu saya dulu, anak masih sempet liat ibunya dan sharing ini dan itu. lah kalo pergi pagi buta pulang malem jeput, gimana tau anaknya lagi stres masalah apa, perlu apa, perlu belaian gak... (jablay... halaaah). Larinya ke pergaulan bebas karena merasa bisa mendapat perhatian yg hilang, atau ke narkoba karena bisa ngilangin stres. paling nggak sesibuksibuknya kerja, ikutlah milis Balita Anda, jadi ilmu tentang anaknya juga maju... hehehe saya juga heran kalau ada yg merendahkan posisi ibu rumah tangga dibandingkan wanita karir... padahal coba deh tinggal sehari aja di rumah ngurus anak, bebersih dll... kalo gak pengalaman yg ada berantakan smua... hahaha maaf kalau ada yg kurang berkenan, cuma sharing isi hati aja... On 9/26/06, hisyam <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Ibu Rumah Tangga Diawal pernikahan, saya dan suami membuat kesepakatan dengan ikhlas bahwa saya tinggal dirumah mengurus rumah tangga dengan fokus pada pendidikan anak. Sementara, suami menjadi kepala rumah tangga dengan fokus pekerjaan di luar rumah. Ketika itu, saya menganggap pekerjaan rumah tangga hanyalah pekerjaan sederhana, karena bukankah menjadi ibu rumah tangga adalah fitrah wanita? Tetapi, setelah menjalani kehidupan rumah tangga, saya baru sadar, ternyata pekerjaan rumah tangga itu sangat rumit. Seorang ibu rumah tangga tidak memiliki jam kerja tertentu, artinya, tugasnya dimulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bahkan, menjadi ibu rumah tangga, berarti banyak belajar, seperti belajar manajemen, baik manajemen rumah tangga, manajemen keuangan sampai manajemen qalbu. Lalu belajar pembukuan, dimana aku selalu njelimet mengatur keuangan, karena penghasilan suami memang pas-pasan. DAn kemuadia belajar psikologi, baik psikologi anak maupun psikologi umum. Bahkan, untuk bisa mensyukuri nafkah dari suami, aku harus punya bermacam-macam ketrampilan, seperti memasak yang sebelumnya jarang aku lakukan. Ketrampilan menjahit pun harus aku kuasai. Sebab, untuk pakaian anak yg jumlahnya bertambah setiap dua tahun, terlalu mahal bagiku apabila harus membeli pakaian jadi. Alhamdulillah, dengan bekal kemauan dan sedkit nekad, semua ketrampilan itu dapat aku kuasai. Termasuk ketrampilan pangkas rambut! Mulai rambu abinya, sampai anak keenam kutangani sendiri. Banyangkan jika upah pangkas rambut 1 orang Rp 4.000 maka aku bisa berhemat 28 ribu rupiah tiap bulan. Begitupun pakaian anak, aku bisa hemat 50 % dari harga pakaian jadi di pasaran dikalikan kebutuhan 8 orang. Bukankah penghematan cukup besar? Belum lagi, makanan jajanan yg kuolah sendiri. Aku yakin, jika beli makanan jadi harganya pasti berlipat. Namun, setelah sekian banyak yg kuhemat, nyatanya keuangan kami tetap seret. Rupanya penyebabnya adalah minimnya penghasilan suami. Maka jadilah aku, tiga tahun belakangan ini, seorang motivator sekaligus konsultan bagi suamiku, sehingga alhamdulillah kini suamiku telah mempunyai pekerjaan yg layak dengan status yg baik di masyarakat. Lalu, seiring dengan kemandirian anak-anak, aku pun memilih salah satu keahlianku untuk kusumbangkan pada masyarakat. Aku ingin lebih bernilai, tidak hanya bagi keluarga tapi juga bagi masyarakat. Alhamdulillah, suamiku mendukung niat itu. Kadang-kadang, timbul pikiran jahilku, berapa gajiku seharusnya atas semua tugasku ini? Aku ratu rumah tangga sekaligus pembantu. Aku manajer merangkap baby sitter. Aku juga akuntan dan konsultan suamiku dalam usahanya. Pendidik sekaligus tukang ketik, penggagas sekaligus tukang pangkas. Aku juga seorang pengobat sekaligus perawat. Keluarga kami jarang kedokter atau rumah sakit, berbekal kepandaian pijat refleksi dan juice therapy yg kupelajari dari buku. Aku juga aktor bagi anak-anak takkala menggambarkan berbagai macam watak yg ada dalam cerita yg sedang kami baca. Itulah karirku selama 15 tahun menjadi ibu rumah tangga. Aku lantas teringat kata-kata Mahbub Junaidi-Seorang ekonom Pakistan - "Jika ibu-ibu rumah tangga meminta diberikan gaji, maka nilainya adalah satu milyar dollar pertahun. Sebuah nilai yg besar utk budget sebuah negara. Syukurlah ibu-ibu rumah tangga memberikan tenaganya dengan cinta, maka tak perlu memusingkan Kepala Negara bukan? Aku setuju dengan pendapatnya. Aku sanggup bersusah payah menjalani karir ibu rumah tangga, walau selalu diremehkan dan jarang mendapat pengakuan yg layak dari masyarakat, hanya karena aku sangat mencintai suami dan anak-anak yang diamanahkan Allah padaku. Dan yg lebih penting dari semua itu aku mendapat cinta dari Yang Maha Pencipta. Allahu Rabbul 'Alamin. Salam hormat buat ibu-ibu rumah tangga sejati. Karirmu sangat penting, dalam mempersiapkan generasi Rabbani. Dan gajimu, insya Allah kehidupan hakiki syurgawi. (Sumber: Majalah Ummi) -------------------------------------------------------------- Kirim bunga, http://www.indokado.com Info balita: http://www.balita-anda.com Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED] menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]