Artiel bagus

      Devi
      -------------------------------------------
      POJOK NAKAL
      ~ Achi TM ~

      Selalu ada ruang pujian bagi diri kita
      namun kadang tak tersedia ruang untuk segala kesalahan kita

      Manusia dewasa seringkali berkilah bila terbukti bersalah. Dengan
      ilmunya yang sudah setinggi gunung, mereka bisa menyusun seribu satu
      alasan agar tidak menjadi 'terdakwa' bahkan kalau perlu mereka
      mencari seseorang yang bisa menjadi kambing hitam. Hal itu tidak
      hanya dilakukan oleh seorang pemilik perusahaan bonafit saja, namun
      tukang becak pun bisa saja memutarbalikkan kesalahan pada orang lain.

      Walaupun tidak semua manusia dewasa bersikap seperti itu. Hanya
      sedikit saja kasus yang bisa membuktikan kalau orang dewasa lebih
      mudah meminta maaf ketimbang anak kecil. Karena dengan bertambahnya
      umur maka bertambah pula rasa gengsi sebagai seorang manusia yang
      dewasa dan sukses. Bagi mereka tak ada ruang untuk kesalahan dan tak
      boleh ada cela untuk sebuah kekhilafan.

      Ada sebuah materi menarik ketika saya menonton talk show Oprah
      Winfrey di televisi, pada suatu pagi di saat saya sedang suntuk
      dengan kelakuan adik bungsu saya yang masih berusia 3 tahun. Dalam
      talk show tersebut, Oprah menghadiran seorang bintang tamu yaitu
      Super Nanny, dia adalah pengasuh anak paling laris di Amerika. Konon
      katanya sudah ratusan kali Nanny berhasil menghadapi tingkah laku
      anak - anak yang 'nyeleneh' dalam arti hiperaktif, kasar, nakal dan
      susah diatur. Nanny hanya mengajarkan satu hal pada anak-anak itu,
      yaitu  : Minta maaf dan mengakui kesalahan serta berjanji tidak akan
      mengulanginya kembali.

      Super Nanny tidak menggunakan kekerasan fisik, yang sering kita temui
      pada masyarakat umumnya, dalam mendidik anak-anak  'nakal' itu. Tapi
      dia menggunakan metode, 'tempat nakal'.

      Tempat Nakal bisa berupa karpet nakal, bangku nakal, atau kolong
      nakal. Di sekitar tempat nakal itu tidak dibangun 'benteng' berupa
      apapun. Jadi sebenarnya anak-anak itu bisa saja kabur namun mereka
      tidak bisa pergi karena Nanny mengawasi gerak-gerik mereka.
      Anak-anak yang bertingkah  kelewat batas  akan dimasukkan dalam
      tempat nakal itu. Mereka tidak boleh dipukul, tidak boleh dimaki
      kasar apalagi dibentak-bentak. Yang Nanny lakukan hanya meletakkan
      mereka di tempat nakal itu dan diam!

      Nanny tidak menghiraukan bila anak -anak itu menangis meraung,
      memukul-mukulnya bahkan berkata kasar padanya. Nanny hanya berkata,
      "kamu harus diam di sini sampai kamu sadar apa kesalahan kamu."
      setelah itu Nanny pergi. Dia akan kembali menghampiri anak-anak itu
      bila mereka berhenti menangis. Dia akan mengeluarkan mereka dari
      tempat nakal bila sudah meminta maaf pada orang yang telah mereka
      jahati.

      Setelah itu, Nanny akan memeluk mereka, mengelus punggung mereka
      penuh kasih sayang lalu memuji tindakan mereka yang mau meminta maaf.
      Setelah situasi sudah sedikit membaik, Nanny mulai memberikan
      pengertian apa kesalahan yang telah mereka perbuat.

      Aku mencoba untuk menerapkannya pada adik bungsuku yang memang sudah
      mulai terlihat bandel. Aku meletakkannya ke pojok nakal yang ada di
      dalam kamar mamaku. Aku melakukan itu karena ia memukul wajah mama
      dengan sangat keras ketika tidak dibelikan mobil-mobilan. Saat aku
      meletakkan dia di pojok nakal, ia memukulku, aku mencoba diam, meniru
      sikap Nanny. Adikku berontak, ia berlari keluar kamar dan aku
      menariknya kembali ke pojok nakal. Sampai empat kali seperti itu dan
      adikku capek sendiri.

      Dia bilang aku jahat! Dia menangis sedih, sebenarnya hatiku pilu
      mendengar itu semua. Tapi aku tetap pada pendirianku. Setelah adikku
      diam dari tangis, aku menghampirinya dan berspekulasi, "apa Ucha tahu
      apa kesalahan Ucha? Ucha tahu kenapa Ucha masuk ke pojok nakal?"
      tanyaku dengan keyakinan kalau anak umur 3 tahun sudah paham apa yang
      kita katakan.
      Dan adikku menggeleng. Perlahan aku menjelaskan kesalahan yang ia
      perbuat, aku lakukan berulang-ulang sampai aku bilang, "Ucha ngerti
      kalau Ucha salah?"
      Ia mengangguk. Aku melanjutkan kalimatku, "kalau begitu, Ucha harus
      minta maaf, ya, sama mama."
      "Iya... mama... maafin Ucha, ya," ujar adikku masih dengan isak
      tangis.
      Mamaku sedang ada di ruang tamu. Aku memeluk adikku erat dan
      membimbing dia keluar dari pojok nakal. Aku menggendongnya dan
      membawanya ke hadapan mama. Saat melihat mama, adikku langsung
      memeluk mama dan berpindah tempat gendongan. Ia tidak menangis
      meraung lagi, hanya air matanya saja masih menitik.
      "Ayo Ucha, minta maaf lagi di depan mama," ulangku.
      "Ma... ma... Uchanya minta maaf..." ujar adikku yang membuat gemas.
      Aku dan mama menciumi pipinya. Diam-diam aku salut juga dengan
      caranya Nanny mendidik anak nakal. Terbukti setelah beberapa kali aku
      memasukkan adikku ke pojok nakal, adikku jadi lebih mudah diatur dan
      bisa dinasehati dengan baik. Ia tidak perlu dibentak lagi. Secara
      tidak langsung sikap ini bisa menimbulkan jiwa lembut pada anak serta
      mengajarkan anak untuk terus instropeksi diri.

      Yang lebih hebat lagi, adikku sama sekali tidak takut kalau dia duduk
      sendirian di pojok ruangan manapun kecuali bila aku bilang, "itu
      adalah pojok nakal. Tempat anak nakal berada."
      Sejak saat itu aku selalu memberikan ia pilihan ketika ia susah
      sekali disuruh makan sayur, "mau menjadi anak baik atau anak nakal?
      Kalau anak baik harus rajin makan sayur. Ucha anak baik atau anak
      nakal?"
      Dan adikku selalu menjawab, "Ucha anak baik!"

      Malam ini kulihat Ucha tidur terlelap setelah aku mendongenginya
      sebuah kisah tentang Pangeran Ucha, ya, namanya sendiri. Aku ingin ia
      bangga pada dirinya namun ia juga sadar pada kelemahan dan
      kesalahannya.

      Mataku terpejam. Tersersit tanya yang mengiris hati. "Apakah aku
      sudah seperti Ucha? Yang mampu mengakui kesalahanku sendiri? Yang
      berdiam diri di pojok nakal untuk instropeksi?

      Nampaknya aku juga butuh duduk sendirian di pojok nakal dan kita
      semua sebagai manusia dewasa memang butuh sesekali untuk duduk di
      pojok nakal. Menemukan kesalahan kita dan segeralah meminta maaf.
      Jadi teringat sebuah syair sebelum aku terlelap malam ini.

      Setiap manusia di dunia pasti punya kesalahan
      hanya yang berjiwa pemberani yang mau mengakui...
      Betapa bahagianya punya banyak teman betapa indahnya
      Betapa bahagianya bisa saling menyayangi....*

      By : Achi TM (getoh)
      * mengutip lagu Sherina

,"
DISCLAIMER :

The information contained in this communication (including any attachments) is 
privileged and confidential, and may be legally exempt from disclosure under 
applicable law. It is intended only for the specific purpose of being used by 
the individual or entity to whom it is addressed. If you are not the addressee 
indicated in this message (or are responsible for delivery of the message to 
such person), you must not disclose, disseminate, distribute, deliver, copy, 
circulate, rely on or use any of the information contained in this transmission.

We apologize if you have received this communication in error; kindly inform 
the sender accordingly. Please also ensure that this original message and any 
record of it is permanently deleted from your computer system. We do not give 
or endorse any opinions, conclusions and other information in this message that 
do not relate to our official business.



--------------------------------------------------------------
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke