Ayah-Bunda:
KENDALIKAN AGRESIFITAS ANAK
 <http://www.kaltimpost.web.id> www.kaltimpost.web.id

 
PERNAH terkaget-kaget karena si kecil yang baru berusia 2 atau 3 tahun
memukul dengan membabi buta saat sedang kesal? Belum lagi bila memukul saja
tidak mempan, maka mulailah ia 'unjuk gigi', dalam arti literal, yaitu
menggigit! Beberapa kekerasan lain seperti juga mencakar atau menendang juga
termasuk pernah dilakukan si kecil 

Kasus ini terjadi pada Dina (29 tahun), putranya, Miki (2,5 tahun)
seringkali melalukan hal-hal diatas saat suasana hatinya sedang buruk.
Semakin diomeli, Miki malahan semakin keras menentang dan melakukan
kekerasan lebih hebat lagi. Sangat agresif? Yup. Normalkah? Tentu! 


KENAPA? 


Perilaku agresif memang merupakan hal yang normal pada perkembangan anak.
Pada usia 2-3 tahun, anak memang sedang masuk pada fase dimana ia ingin
sekali menjadi mandiri. Usia yang juga merupakan tonggak awal untuk transisi
masa perkembangannya. Sayangnya, kemauan untuk mandiri ini belum diimbangi
dengan kemampuan bahasa, sehingga komunikasi kadang tidak berjalan dengan
baik dan lancar. Akibat dari 2 hal yang belum selaras ini, maka buah hati
Anda cenderung mengekspresikannya dalam bentuk tindakan fisik yang agresif. 


Walaupun begitu tentunya agresifitas anak masih bisa dimaklumi karena wajar
terjadi dalam perkembangannyaTapi sebelumnya, Anda juga harus bercermin pada
diri sendiri. Lebih dulu kendalikanlah emosi atau rasa marah Anda. Toh tidak
mungkin Anda memintanya tidak berteriak sambil memukul sambil Anda sendiri
menjewer kuping dan membentaknya. 


Bagaimanapun, anak pasti akan bercermin pada orang tuanya. Beberapa hal yang
telah diterapkan dengan hasil yang cukup efektif, mungkin bisa Anda
praktekkan padanya.. 


BERI BATASAN YANG JELAS SEDARI AWAL 


Walaupun mungkin terdengar sangat klise, tapi memang cara ini efektif untuk
mengendalikan dan mencegah perilaku anak sebelum dia terlanjur melakukan
tindakan agresif. Sampaikan dengan singkat dan jelas apa saja yang boleh dan
tidak boleh dilakukannya di setiap kegiatan/permainan bersama dengan orang
lain. Yang jelas, konsistensi disini mutlak hukumnya. Misalnya ia sedari
awal diberitahu bahwa tidak boleh merebut boneka temannya saat bermain dan
bila itu terjadi, dia akan dilarang bermain. Bila ada kejadian ia merebut
boneka, jangan tunggu sampai 2-3 kali terjadi, langsung larang ia bermain. 


PENYALURAN EMOSI 


Bicaralah baik-baik padanya untuk menyalurkan kemarahan dan emosinya pada
hal lain, tetapi tidak memukul, mencakar, menggigit ataupun kekerasan
lainnya. Biarkan ia berteriak untuk melampiaskan kekesalannya. Bisa juga
dengan membelikannya mainan yang bisa dipukul tapi tidak melukainya,
misalnya punch sack dengan isi pasir pada dasarnya. 


JANGAN PELIT PUJIAN 


Jangan hanya terfokus pada hal-hal negatif yang dilakukannya dan pelit
pujian untuk hal positif. Bila ia berbaris dengan tertib di sekolah tanpa
mendorong temannya seperti biasa, beri ia pujian bahwa hal seperti itulah
yang benar. Pujian seperti, "Nah gitu dong sayang, itu namanya anak pintar,"
tidak akan membuat lidah Anda lelah kok.(idha) 

 

 

 






Kirim email ke