Saya  nih sok iye banget, padahal gak sukses ASI ekslusif 6
bulannya...hehehehe, jangan dicontoh karena bukan contoh yang
baik...hehehehe. Selebihnya idem dengan mbak Sylvia. Tapi bener, secara
sampai sekarang masih dikasih ASI, si dedek cepet banget adaptasi ama
makanan kita, soalnya rasa ASI mirip kali ama makanan yg biiasa kita makan
(gak tahu rasa ASI, belum pernah nyoba sih...heehehehe).

On 7/6/07, Lif Rahayu <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Idem dengan mbak Sylvia. Jika ASI masih cukup dan sangat bisa diusahakan
cukup. Wah, ASI thok saja, mbak. Nanti kalau sudah 6 bulan, baru deh dikasih
tambahan makanan padat. Kalau bisa jangan makanan yg instan melulu ya. Saya
gak mengharamkan yg instan, tapi lebih sering ngasih yang buatan sendiri,
bubur instan kadang2. Wah, enak lho nanti gedenya. Oh iya, ASi juga membuat
si dedek bisa cepet adaptasi ama makanan kita.

Nayma usia 14 bulan, wah maemnya dah enak mbak, sayur, buah, makanan kita
(ikan, tempe, tahu, telur, daging)...hayuk aja. Sepupu Nayma yang sering
makan bubur instan sekarang susah, maunya ya susu atau telur dadar, sayur
dan buah gak mau nyentuh...:)

Kalaupun kerja bisa koq ASInya diperah. Saya dulu sering merah, mestinya
sih sehari di kantor 4x, tapi karena kesibukan, kadang 1 atau 2x. (mestinya
4x). Nah, pulang2 suka dikatain ama opis boi..."Bu, sapinya hasilnya berapa
sekarang? Peternak susu ya?...". Yah, nyengir kuda aja....

Mama Nayma


 On 7/6/07, Sylvia Radjawane <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Hi mbak Ratri,
>
> Untuk bayi, sebetulnya nutrisi paling baik itu ASI :), nggak bisa
> digantikan
> dengan berbagai merk susu formula apa pun kualitasnya.
>
> Kalau sudah ngomongin susu formula, yang 'terpaksa' dikenalkan kepada
> bayi
> karena ASI 'dianggap' nggak cukup lagi, ya ... namanya juga nggak
> sebagus
> kualitas ASI, so memilih susu formula bukan lagi 'terpaku' dengan
> kandungan
> zat2 tambahan 'ajaib' nya seperti yang sering di iklankan.
>
> Yang penting, cocok dengan pencernaan bayi and nggak buat dia jadi
> alergi
> (nggak heran kalau harus trial & error waktu milih2 merk susu formula)
> and
> sekarang2 ini juga 'cocok' dengan kantong ortu :)  Apalagi kalau baby
> sudah
> 'cocok' dengan susu formula yang 'mahal', untuk pindah ke merk lain yang
> lebih 'murah' akan jadi 'PR' baru lagi.
>
> Kalau boleh kasih input, kenapa nggak ASI aja, mbak?  Mungkin bukan 'ASI
> sedikit' yang jadi issue (sekarang mbak masih kasih ASI juga, kan?),
> tapi
> 'manajemen laktasi' nya (yang memang sering dialami oleh ibu bekerja di
> luar
> rumah, termasuk saya dan banyak moms di milis ini). Gimana cara memerah
> ASI,
> stok ASI untuk si kecil selama ibu di kantor, kiat untuk memperbanyak
> ASI,
> ningkatin rasa percaya diri kalau supply ASI ibu cukup untuk si kecil,
> dll.
>
> Kalau perlu, bisa konsultasi ke Klinik Laktasi di RS (RS. Carolus kalau
> mbak
> settle di Jakarta).  Dulu juga saya sempat 'berguru' di sana setelah
> masuk
> kantor lagi habis cuti melahirkan, dan nggak pernah menyesal ambil
> keputusan
> kasih ASI eksklusif buat anak2 saya selama 6 bulan :)
>
> O ya, saya coba re-post salah satu artikel tentang susu formula, ya
> mbak.
> Siapa tahu jadi tambahan info.
>
> "if the best is possible, good  and better are not enough",
> Sylvia - Jovan & Rena's mum with 15-week-'bump'
> -------------------------------------------
>
> WASPADAI PROMOSI SUSU FORMULA
> (www.kompas.co.id) - rubrik Kesehatan (21 Mei 2007)
> penulis: Dahono Fitrianto
>
>
> Dewasa ini makin banyak pilihan produk dan merek susu formula untuk bayi
> berusia di bawah 6 bulan. Meski begitu, sebaiknya orang tua yang
> memiliki
> bayi pada usia tersebut harus ekstra hati-hati saat hendak memutuskan
> memilih susu formula.
>
> Sudah sangat sering diulas oleh dokter anak maupun ahli gizi anak bahwa
> satu-satunya makanan terbaik untuk bayi berusia 0 hingga 6 bulan adalah
> air
> susu ibu (ASI).  Bahkan para ahli sangat menyarankan agar para ibu
> memberikan ASI eksklusif atau tak memberi asupan makanan apa pun kepada
> bayi kecuali ASI selama enam bulan pertama sejak bayi lahir.
>
> "Sayangnya, pemberian ASI eksklusif ini belum jadi gaya hidup keluarga
> di
> berbagai lapisan masyarakat. Padahal, menyusui merupakan cara terbaik
> dan
> paling ideal dalam pemberian makanan bayi baru lahir dan bagian tak
> terpisahkan dari proses reproduksi," kata Ketua Ikatan Dokter Anak
> Indonesia
> DKI Jakarta (IDAI Jaya) dr. Badriul Hegar SpA (K) (Kompas, 1 April
> 2006).
>
> Ada berbagai macam alasan yang dikemukakan para ibu untuk tidak
> memberikan
> ASI eksklusif, misalnya karena sang ibu bekerja sehingga tidak sempat
> menyusui bayi secara teratur.  "Saya sengaja memberi susu formula sejak
> awal, karena nanti setelah cuti hamilnya habis kan saya nggak bisa
> memberi
> ASI secara teratur lagi," ujar Dewi (31), pialang saham, yang baru saja
> melahirkan anak pertamanya sebulan lalu.
>
> Belum terbiasanya masyarakan memberikan ASI eksklusif ini memberikan
> celah
> pemasaran yang bisa dimanfaatkan produsen susu formula.  Selain itu,
> para
> produsen juga memberi iming-iming berbagai vitamin dan zat gizi tambahan
> ke
> dalam produk mereka, seperti DHA dan AA, yang sering diklaim dapat
> membantu perkembangan otak bayi.
>
> ADA DALAM ASI
> Menurut dr IG Ayu Pratiwi Surjadi SpA,MARS, anggota Satuan Tugas ASI
> IDAI
> Jaya, DHA (docosahexaenoic acid) dan AA (arachidonic acid/asam
> arakidonat)
> memang sangat dibutuhkan bayi, khususnya dalam dua tahun pertama
> perkembangannya.  "Otak manusia sebenarnya sudah terbentuk 90 persen
> saat
> lahir.  Setelah kelahiran kemudian terjadi mielinisasi dan
> sinaptogenesis
> dalam otak," papar dokter yang akrab dipanggil Tiwi ini.
>
> Proses mielinisasi adalah pembentukan selaput mielin atau selimut
> serabut
> saraf yang membutuhkan laktosa dan atau zat gula dari susu.  Sementara
> proses sinaptogenesis adalah proses pembentukan susunan sistem saraf
> pusat
> yang membutuhkan DHA dan AA.
>
> "Namun, zat-zat tersebut baru aktif bila ada enzim yang
> menyertai.  Laktosa
> baru aktif dalam proses mielinisasi jika ada enzim laktase yang
> menyertai,
> sementara DHA/AA baru aktif dalam sinaptogenesis saat ada enzim lipase
> karena DHA/AA pada dasarnya adalah asam lemak," ungkap Tiwi.
>
> Tiwi menambahkan, baik laktosa maupun DHA/AA hanya hadir lengkap dengan
> enzim-enzimnya dalam ASI. "Susu formula jenis apa pun, semahal apa pun,
> meski dibuat semirip mungkin dengan ASI, tetap saja tak ada enzimnya.
> Jadi,
> satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi memang hanya ASI," katanya.
>
> Tiwi menambahkan, akibat gencarnya promosi susu formula, banyak anggota
> masyarakat yang mengira DHA/AA tak terkandung dalam ASI.  "Jadi, tolong
> tekankan DHA/AA yang terbaik itu justru ada di dalam ASI.  Komponen apa
> pun
> yang dipromosikan ada di dalam susu formula, semuanya sudah ada di ASI,"
> kata Tiwi.
>
> MITOS DAN PROMOSI
> Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Husna Zahir juga
> mengatakan,
> pihaknya sama sekali tidak merekomendasikan pemberian susu formula
> kepada
> bayi.
>
> "Susu formula hanya diberikan dalam kondisi-kondisi tertentu yang sangat
> darurat. Di luar itu, pemakaian susu formula hanya pemborosan belaka,"
> tandasnya.
>
> Husna juga mengungkapkan adanya mitos bahwa bayi sehat adalah bayi yang
> gemuk.  Sementara bayi yang diberi ASI eksklusif memang cenderung tidak
> menjadi gemuk.  "Mereka kemudian menambahkan susu formula agar bayinya
> gemuk.  Padahal, bayi sehat tidak harus gemuk.  Itu cuma mitos," ujar
> Husna.
>
> Husna mengingatkan, kondisi bayi baru lahir masih sangat rentan sehingga
> harus ekstra hati-hati saat memberikan zat makanan dari luar.
>
> "Klaim-klaim dari produsen bahwa susu formulanya dapat memberi berbagai
> dampak positif bagi bayi perlu dipertanyakan lebih lanjut.  Misalnya,
> informasi dosis atau jumlah yang tepat supaya dampak tersebut akan
> terjadi.
> Selama ini banyak orang merasa aman apabila sudah mengonsumsi susu
> tersebut
> karena termakan promosi," tambah Husna
>
> Di atas semuanya, ia juga menyarankan agar masyarakat waspada terhadap
> penawaran-penawaran susu formula di tempat-tempat pelayanan kesehatan.
> "Sekarang ini banyak rumah bersalin yang menawarkan susu formula kepada
> orang tua bayi yang baru lahir.  Itu sebenarnya melanggar kode etik,"
> katanya.
>
> Kode etik yang dimaksud Husna adalah Kode Internasional Pemasaran Produk
> Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-milk
> Substitutes)
> yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981 lalu.
>
> "Pemasaran produk susu formula untuk bayi di bawah usia enam bulan
> seharusnya diatur secara tegas.  Kalau perlu ada pelarangan promosi susu
>
> formula di tempat-tempat pelayanan medis resmi," ujarnya tegas.
>
> ------------------------------------------------
>
>
> On 7/7/07, Ratri Mesurina P. <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
> >
> >
> > Dari imel 2 yang aku baca, kok ga ada yang konsumsi BMT Morinaga tuk
> > babynya
> > ya,...secara aku sekarang kasih babyku itu BMT Morinaga, bukan yang
> > Platinum, awalnya sih iya…tapi sekarang aku ganti, ga kuat budgetnya,
> hik
> > hik…
> >
> > Aku jadi penasaran nih, karena saat ini aku masih kasih ASI juga,…ada
> > comment ga'?? babyku hampir 4 bulan dan alhamdulilah sampai saat ini
> > cocok2
> > aza….?? Ato ada saran tuk lebih baik,….???
> >
>
> <deleted>
>


Kirim email ke