Vaksin MMR tidak berbahaya, bu.. Cuma disarankan dilakukan saat anak berumur
3 thn keatas. Cuma disarankan saja, karena umur 3 thn dianggap ortu sdh bisa
mengetahui apakah si anak berbakat autis atau tidak. Tetapi byk koq ortu yg
memberikan vaksin ini kepada anaknya di umur batita. Saya sendiri lebih
memilih memberikan vaksin ini saat anak saya nanti berumur diatas 3 thn.
Ini ada artikel dari seorang dokter di RS Bunda, Jakarta. Semoga bermanfaat.
03/13/2004
MENYIKAPI KONTROVERSI AUTISME DAN IMUNISASI MMR
dr. Widodo Judarwanto, Rumah Sakit Bunda Jakarta
Dalam waktu terakhir ini kasus penderita autisme tampaknya semakin meningkat
pesat. Autisme tampak menjadi seperti epidemi ke berbagai belahan dunia.
Dilaporkan terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukup
tajam di beberapa negara. Keadaan tersebut di atas cukup mencemaskan
mengingat sampai saat ini penyebab autisme multifaktorial, masih misterius
dan sering menjadi bahan perdebatan diantara para klinisi.
Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan
adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial. Perdebatan yang terjadi akhir-akhir ini
berkisar pada kemungkinan hubungan autisme dengan imunisasi MMR (Mumps,
Measles, Rubella). Banyak orang tua menolak imunisasi karena mendapatkan
informasi bahwa imunisasi MMR dapat mengakibatkan autisme. Akibatnya anak
tidak mendapatkan perlindungan imunisasi untuk menghindari penyakit-penyakit
justru yang lebih berbahaya seperti hepatitis B, Difteri, Tetanus, pertusis,
TBC dan sebagainya. Banyak penelitian yang dilakukan secara luas ternyata
membuktikan bahwa autism tidak berkaitan dengan imunisasi MMR. Tetapi memang
terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa Autism dan imunisasi MMR
berhubungan.
Imunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakit Campak,
Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikan
pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah gabungan vaksin hidup yang
dilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan secara terpisah, tetapi dalam
beberapa tahun kemudian digabung menjadi vaksin kombinasi. Kombinasi
tersebut terdiri dari virus hidup Campak galur Edmonton atau Schwarz yang
telah dilemahkan, Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA 27/3
yang dilemahkan dan Antigen gondongen dari virus hidup galur Jerry Lynn atau
Urabe AM-9.
Pendapat yang mendukung autism berkaitan dengan imunisasi :
Terdapat beberapa penelitian dan beberapa kesaksian yang mengungkapkan
Autisme mungkin berhubungan dengan imunisasi MMR. Reaksi imunisasi MMR
secara umum ringan, pernah dilaporkan kasus meningoensfalitis pada minggu
3-4 setelah imunisasi di Inggris dan beberapa tempat lainnya. Reaksi klinis
yang pernah dilaporkan meliputi kekakuan leher, iritabilitas hebat, kejang,
gangguan kesadaran, serangan ketakutan yang tidak beralasan dan tidak dapat
dijelaskan, defisit motorik/sensorik, gangguan penglihatan, defisit visual
atau bicara yang serupa dengan gejala pada anak autism.
Andrew Wakefield dari Inggris melakukan penelitian terhadap 12 anak,
ternyata terdapat gangguan Inflamantory Bowel disesase pada anak autism. Hal
ini berkaitan dengan setelah diberikan imunisasi MMR. Bernard Rimland dari
Amerika juga mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi
terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan autisme. Wakefield dan Montgomery
melaporkan adanya virus morbili (campak) dengan autism pada 70 anak dari 90
anak autism dibandingkan dengan 5 anak dari 70 anak yang tidak autism. Hal
ini hanya menunjukkan hubungan, belum membuktikan adanya sebab akibat.
Jeane Smith seorang warga negara Amerika bersaksi di depan kongres Amerika :
kelainan autis di negeri ini sudah menjadi epidemi, dia dan banyak orang tua
anak penderta autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autisme
disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi. Sedangkan beberapa orang tua
penderita autisme di Indonesiapun berkesaksian bahwa anaknya terkena autisme
setelah diberi imunisasi
Pendapat yang menentang bahwa imunisasi menyebabkan autisme :
Sedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa MMR tidak mengakibatkan
Autisme lebih banyak lagi dan lebih sistematis. Brent Taylor, melakukan
penelitian epidemiologik dengan menilai 498 anak dengan Autisme. Didapatkan
kesimpulan terjadi kenaikkan tajam penderita autism pada tahun 1979, namun
tidak ada peningkatan kasus autism pada tahun 1988 saat MMR mulai digunakan.
Didapatkan kesimpulan bahwa kelompok anak yang tidak mendapatkan MMR juga
terdapat kenaikkan kasus autism yang sama dengan kelompok yang di imunisasi
MMR.
Dales dkk seperti yang dikutip dari JAMA (Journal of the American Medical
Association) 2001, mengamati anak yang lahir sejak tahun 1980 hingga 1994 di
California, sejak tahun 1979 diberikan imunisasi MMR. Menyimpulkan bahwa
kenaikkan angka kasus Autism di California, tidak berkaitan dengan mulainya
pemberian MMR.
Intitute of medicine, suatu badan yang mengkaji keamanan vaksin telah
melakukan kajian yang mendalam antara hubungan Autisme dan MMR. Badan itu
melaporkan bahwa secara epidemiologis tidak terdapat hubungan antara MMR dan
ASD. The British Journal of General Practice mempublikasikan penelitian De
Wilde, pada bulan maret 2001. Meneliti anak dalam 6 bulan setelah imunisasi
MMR dibandingkan dengan anak tanpa Autisme. Menyimpulkan tidak terdapat
perubahan perilaku anak secara bermakna antara kelompok control dan kasus.
Pada jurnal ilmiah Archives of Disease in Childhood, September 2001, The
Royal College of Paediatrics and Child Health, menegaskan bahwa tidak ada
bukti ilmiah yang mendukung adanya hipoteda kaitan imunisasi MMR dan
Autisme. Para profesional di bidang kesehatan tidak usah ragu dalam
merekomendasikan imunisasi MMR pada pasiennya.
Makela A, Nuorti JP, Peltola H tim peneliti dari Central Hospital Helsinki
dan universitas Helsinky Finlandia pada bulan Juli 2002 telah melakukan
penelitian terhadap 535.544 anak yang mendapatkan imunisasi MMR sejak 1982
hingga 1986, yang dilakukan pengamatan 3 bulan setelah di Imunisasi. Mereka
menyimpulkan bahwa tidak menunjukkan hubungan yang bermakna antara imunisasi
MMR dengan penyakit neurologis (persarafan) seperti ensefalitis, aseptik
meningitis atau autisme. Kreesten Meldgaard Madsen dkk bulan November 2002,
melakukan penelitian sejak tahun 1991 - 1998 terhadap 440.655 anak yang
mendapatkan imunisasi MMR. Hasilnya menunjukkan tidak terbukti hipotesis
hubungan MMR dan Autisme.
Rekomendasi Intitusi atau Badan Kesehatan Dunia
Beberapa institusi atau badan dunia di bidang kesehatan yang independen dan
sudah diakui kredibilitasnya juga melakukan kajian ilmiah dan penelitian
tentang tidak adanya hubungan imunisasi dan autisme. Dari hasil kajian
tersebut, dikeluarkan rekomendasi untuk tenaga profesional untuk tetap
menggunakan imunisasi MMR dan thimerosal karena tidak terbukti mengakibatkan
Autisme.
The All Party Parliamentary Group on Primary Care and Public Health pada
bulan Agustus 2000, menegaskan bahwa MMR aman. Dengan memperhatikan hubungan
yang tidak terbukti antara beberapa kondisi seperti inflammatory bowel
disease (gangguan pencernaan) dan autisme adalah tidak berdasar.
WHO (World Health Organisation), pada bulan Januari 2001 menyatakan
mendukung sepenuhnya penggunaan imunisasi MMR dengan didasarkan kajian
tentang keamanan dan efikasinya.
Beberapa institusi dan organisasi kesehatan bergengsi di Inggris termasuk
the British Medical Association, Royal College of General Practitioners,
Royal College of Nursing, Faculty of Public Health Medicine, United Kingdom
Public Health Association, Royal College of Midwives, Community
Practitioners and Health Visitors Association, Unison, Sense, Royal
Pharmaceutical Society, Public Health Laboratory Service and Medicines
Control Agency pada bulan januari tahun 2001 setelah mengadakan pertemuan
dengan pemerintahan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yaitu MMR adalah
vaksin yang sangat efektif dengan laporan keamanan yang sangat baik.
Secara ilmiah sangat aman dan sangat efektif untuk melindungi anak dari
penyakit. Sangat merekomendasikan untuk memberikan MMR terhadap anak dan
tanpa menimbulkan resiko.
The Committee on Safety of Medicine (Komite Keamanan Obat) pada bulan Maret
2001, menyatakan bahwa kesimpulan dr Wakefield tentang vaksin MMR terlalu
premature. Tidak terdapat sesuatu yang mengkawatirkan. The Scottish
Parliament?s Health and Community Care Committee, juga menyatakan pendapat
tentang kontroversi yang terjadi, yaitu Berdasarkan pengalaman klinis
berbasis bukti, tidak terdapat hubungan secara ilimiah antara MMR dan
Autisme atau Crohn disease. Komite tersebut tidak merekomendasikan perubahan
program imunisasi yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa MMR tetap harus
diberikan.
The Irish Parliament's Joint Committee on Health and Children pada bulan
September 2001, melakukan review terhadap beberapa penelitian termasuk
presentasi Dr Wakefield yang mengungkapkan AUTISM berhungan dengan MMR.
Menyimpulkan tidak ada hubungan antara MMR dan Autisme. Tidak terdapat
pengalaman klinis lainnya yang mebuktikan bahan lain di dalam MMR yang lebih
aman dibandingkan kombinasi imunisasi MMR.
The American Academy of Pediatrics (AAP), organisasi profesi dokter anak di
Amerika Serikat pada tanggal 12/13 Juni 2000 mengadakan konferensi dengan
topik "New Challenges in Childhood Immunizations" di Oak Brook, Illinois
Amerika Serikat yang dihadiri para orang tua penderita autisme, pakar
imunisasi kesehatan anak dan para peneliti. Pertemuan tersebut
merekomendasikan bahwa tidak terdapat huibungan antara MMR dan Autisme.
Menyatakan bahwa pemberian imunisasi secara terpisah tidak lebih baik
dibandingkan MMR, malahan terjadi keterlambatan imunisasi MMR. Selanjutnya
akan dilakukan penelitian lebih jauh tentang penyebab Autisme.
BAGAIMANA SIKAP KITA SEBAIKNYA ?
Bila mendengar dan mengetahui kontroversi tersebut, maka masyarakat awam
bahkan beberapa klinisipun jadi bingung. Untuk menyikapinya kita harus
cermat dan teliti dan berpikiran lebih jernih. Kalau mengamati beberapa
penelitian yang mendukung adanya autisme berhubungan dengan imunisasi,
mungkin benar sebagai pemicu. Secara umum penderita autisme sudah mempunyai
kelainan genetik (bawaan) dan biologis sejak awal. Hal ini dibuktikan bahwa
genetik tertentu sudah hampir dapat diidentifikasi dan penelitian terdapat
kelainan otak sebelum dilakukan imunisasi. Kelainan autism ini bisa dipicu
oleh bermacam hal seperti imunisasi, alergi makanan, logam berat dan
sebagainya. Jadi bukan hanya imunisasi yang dapat memicu timbulnya autisme.
Pada sebuah klinik tumbuh kembang anak didapatkan 40 anak dengan autism
tetapi semuanya tidak pernah diberikan imunisasi. Hal ini membuktikan bahwa
pemicu autisme bukan hanya imunisasi.
Penelitian yang menunjukkan hubungan keterkaitan imunisasi dan autism hanya
dilihat dalam satu kelompok kecil (populasi) autism. Secara statistik hal
ini hanya menunjukkan hubungan, tidak menunjukkan sebab akibat. Kita juga
tidak boleh langsung terpengaruh pada laporan satu atau beberapa kasus,
misalnya bila orang tua anak autism berpendapat bahwa anaknya timbul gejala
autism setelah imunisasi. Kesimpulan tersebut tidak bisa digeneralisasikan
terhadap anak sehat secara umum (populasi lebih luas). Kalau itu terjadi
bisa saja kita juga terpengaruh oleh beberapa makanan yang harus dihindari
oleh penderita autism juga juga akan dihindari oleh anak sehat lainnya. Jadi
logika tersebut harus dicermati dan dimengerti.
Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitan autism dan
imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas, maka kita
akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya
pada anak. Penelitian dalam jumlah besar dan luas secara epidemiologis lebih
bisa dipercaya untuk menunjukkan sebab akibat dibandingkan laporan beberapa
kasus yang jumlahnya relatif tidak bermakna secara umum. Beberapa institusi
atau badan kesehatan dunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi
untuk tetap meneruskan pemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah
keyakinan kita bahwa memang Imunisasi MMR memang benar aman.
Kontroversi itu terus berlanjut terus, namun kita bisa mengambil hikmah dan
jalan yang terbaik anak kita harus imunisasi atau tidak ? Untuk meyakinkan
hal tersebut mungkin kita bisa berpedoman pada banyak penelitian yang lebih
dipercaya validitasnya secara statistik dengan populasi lebih banyak dan
luas yaitu Autisme tidak berhubungan dengan MMR. Demikian pula kita harus
percaya terhadap rekomendasi berbagai badan dunia kesehatan yang independen
dan terpercaya setelah dilakukan kajian ilmiah terhadap berbagai penelitian
yang dilakukan oleh beberapa pakar kesehatan anak di berbagai dunia maju.
Dari beberapa hal tersebut diatas, tampaknya dapat disimpulkan bahwa
Imunisasi MMR tidak mengakibatkan Autisme, bila anak kita sehat dan tidak
berbakat autisme. Tetapi diduga imunisasi dapat memicu memperberat timbulnya
gangguan perilaku pada anak yang sudah mempunyai bakat autisme secara
genetik sejak lahir.
Tetapi tampaknya teori, penelitian atau pendapat beberapa kasus yang
mendukung keterkaitan autisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan begitu
saja. Meskipun laporan penelitian yang mendukung hubungan Autisme dan
imunisasi hanya dalam populasi kecil atau bahkan laporan perkasus anak
autisme. Sangatlah bijaksana untuk lebih waspada bila anak kita sudah mulai
tampak ditemukan penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak dini, memang
sebaiknya untuk mendapatkan imunisasi MMR harus berkonsultasi lebih jelas
dahulu dengan dokter anak. Bila anak kita sudah dicurigai ditemukan bakat
kelainan Autism sejak dini atau beresiko terjadi autisme, mungkin bisa saja
menunda dahulu imunisasi MMR sebelum dipastikan diagnosis Autisme dapat
disingkirkan. Meskipun sebenarnya pemicu atau faktor yang memperberat
Autisme bukan hanya imunisasi. Dalam hal seperti ini kita harus memahami
dengan baik resiko, tanda dan gejala autisme sejak dini.
Tetapi bila anak kita sehat, tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda
dini gejala Autisme maka kita tidak perlu kawatir untuk mendapatkan
imunisasi tersebut. Kekawatiran terhadap imunisasi tanpa didasari pemahaman
yang baik dan pemikiran yang jernih akan menimbulkan permasalahan kesehatan
yang baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi maka akan timbul
permasalahan baru yang lebih berbahaya dan dapat mengancam jiwa terutama
bila anak terkena infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi.
----- Original Message -----
From: "Diah_Arimbi" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <balita-anda@balita-anda.com>
Sent: Wednesday, October 03, 2007 11:22 AM
Subject: [balita-anda] tolong info Sekarang dung...urgent.
Moms/dads, sori lupa mau nanya.
Jam 3 nanti anakku mau di imun lagi [umur 4,7 tahun]. Temen saya byk
yang gak
Suntik mmr[sori dulu pernah di bahas tp saya gak baca/pahami], apakah
di sini
Moms ada yang gak di suntik mmr anaknya? Dan kenapa? Soalnya seingat
saya
Waktu kecil jg saya gak mmr tuh, gak apa2 kan ya?...
Thx.
Ps.: kang rahman tolong Bantu jawab ya...eheheee..pakarnya
dhiedhie
--------------------------------------------------------------
Beli tanaman hias, http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]
menghubungi admin, email ke: [EMAIL PROTECTED]