Hi mbak Ella,

Setuju dengan sharingnya Intan :)
Sekilas baca thread e-mail dengan subjek ini, mungkin yang selalu jadi
'kepikiran' mbak Ella tentang jenis, takaran dan frekuensi susunya si kecil.


Gimana kalau mulai 'ulik' juga menu makanan si kecil sehari-hari. Seperti
yang di sudah di-shared Intan, gimana kalau mulai cari alternatif lain yang
menarik minat si kecil dalam penyajian makanan.  Apalagi dengan kondisi:
sudah 'dijadwal' makan 'berat' 3x sehari tapi seringnya hanya sekitar 1
porsi yang bisa dihabiskan.  Untuk anak usia 21 bulan, rasanya lebih cocok
kalau kita para ortu pakai pendekatan dari pola dan jenis makanan yang
mereka konsumsi sehari-hari. Cara ini memang lebih 'ruwet' dibandingkan
hanya menyodorkan susu kepada anak, tapi patut dicoba karena kadang inilah
yang jadi 'solusi' untuk anak susah makan.

Tadi sempat baca e-mail mbak kalau si kecil ada history alergi.  Gimana
perkembangannya? Apa selama ini memang banyak 'pantangan' makanan karena
berhubungan dengan alergi, jadi options makanan pun jadi terbatas.  Atau
hanya alergi susu sapi atau malah sekarang sudah tidak alergi lagi.  Kalau
memang kondisi si kecil sekarang memang sudah tidak alergi lagi, berarti
lebih mudah untuk mbak memodifikasi menu daily mealnya.

Mual bisa timbul dari berbagai macam penyebab. Yang pertama, coba observasi
kondisi ini.  Apa memang baru beberapa hari terakhir ini, apa memang ada
kaitannya dengan infeksi/ kemungkinan penyakit (mis. mungkin disertai gejala
lain yang bisa di-observe mbak).

Kalau mualnya hanya setiap kali konsumsi susu (ini bisa jadi karena terlalu
banyak, terlalu sering, minum susu sambil melakukan aktivitas lain yang buat
mual, terlalu dekat waktu pemberiannya dengan menu lain, mungkin hanya
'reaksi protes' anak yang minta perhatian ortunya, dll.), coba sebentaar aja
'skip' dari urusan 'per-susuan', and mulai fokus dengan menu makanan lain.
Susu nggak perlu dalam bentuk sebotol atau segelas susu, bisa 'ditambahkan'
ke dalam menu makanan lainnya, apalagi kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan
kalsium dan lemak (energi) untuk usia 21 bulan, segelas susu bisa diganti
dengan variasi makanan lain yang manfaatnya sama untuk pertumbuhan dan
perkembangan si kecil.
Siapa tahu dengan cara ini, mual si kecil langsung hilang dan bisa habiskan
lebih dari 1 porsi makanan sesuai jadwal setiap harinya :)

good luck, mbak
Sylvia - mum to Jovan, Rena & Aleta

2008/1/19 boedoet <[EMAIL PROTECTED]>:

> wah berarti anak mbak pinter :)
> gak usah worry susunay harus banyak karena susah makan ya...
> susu tetap harus dibatasi karena anak harus makan :)
> seperti yg saya share, ortunay harus lebih meres otak untuk mengolah
> makanan
> menjadi menarik bagi anak....
> atau gpp makan dikit asal lebih sering...
> atau bisa berikan makanan padat gizi, dalam arti makanya sedikit tapi
> sudah
> mengandung banyak vitamin dan mineral yg dibutuhkananak...
> jangan prioritas pada susu ya :)
>
>
> On 1/19/08, Ella Zuyuna <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Anak saya tergolong anak aktif dan tidak berhenti kalo tidak
> tidur.Kemampuan anak saya Ok..no problem.Daya ingat,monotorik no
> problem.Seusia umur segitu sdh hafal dengan 3 lagu Nina Bobo,Tukang Kayu,
> Kupu2.Dan juga bisa angka 1-10 dengan bahasa mandarin,inggris,
> indonesia.Kalo untuk susu UHT anak saya suka banget mbak suyanti,cuman
> bisa ndak menurut para Mom disini karena pemberian susu yang terlalu
> banyak......jadi bingung saya....atau malah dari susunya.
>

<deleted>

Kirim email ke