tumben loe berdua pade lurus :p

2009/2/5 Gopina Goham <alfin.b...@gmail.com>

> Ada tambahan info juga dari temenku.
>
> "Listi n teman2 yg lain kalo care and tertarik tentang dunia Autis,
> kantor gue punya Yayasan Keluarga Istimewa Indonesia yang berkantor di
> Jl. Boulevard Blok O no.16 Taman Cimanggu Bogor Telp: 0251-8336615
> (Cp. ayun) disana kita siapkan ruang teraphy gratis and konsultasi
> tiap hari Selasa gratis dengan perjanjian mau tahu lebih jauh buka
> blog: http://ikatankeluargaistimewa.blogspot.com
>
> Dengan senang hati Lis....ini Yayasan memang terbuka untuk umum kok,
> sebenernya kita diriin Yayasan ini juga dari hasil kumpul2 ortu yg
> memiliki anak2 istimewa, supaya lebih terarah kumpul2nya kita buatkan
> Yayasan...yg lg progres skrg training sekolah2 umum (percontohan SD
> Semeru VI) di bogor untuk lebih mengetahui dan memahami anak2 istimewa
> ini."
>
> Thanks,
> =listi=
>
>
> ---------- Forwarded message ----------
> From: 2Fa <elaelvi...@gmail.com>
> Date: 2009/2/5
> Subject: [ba_oot] Fwd: FW: STOP Penyalahgunaan kata Autis/Autisme
> To: ba_oot <ba_...@balita-anda.com>
>
>
>
> Para Pembaca yang budiman,
>
> Di era tahun 1990-an, kata "Autisme" masih merupakan suatu kata yang
> belum begitu dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia, kecuali orang
> tua yang dianugerahi anak penyandang autisme. Karena kurangnya
> informasi, kebanyakan orang lalu hanya mengira-ngira sendiri, misalnya
> autisme adalah suatu penyakit menular, mengerikan, atau autisme itu
> sama dengan down syndrome. Saat itu hanya ada satu Yayasan yang
> didirikan oleh sekelompok dokter dan orang tua anak penyandang ASD,
> yaitu Yayasan Autisma Indonesia di Jakarta yang membuat berbagai
> aktivitas dalam rangka peduli autisme. Media pun tidak banyak meliput
> dan membahas masalah autisme secara mendalam apalagi tuntas.
>
> Informasi Autisme sebenarnya sudah banyak tersedia di internet dan
> buku-buku tapi kebanyakan menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itu
> lah kami merasa sangat tergugah untuk menyediakan informasi seputar
> autisme dan permasalahannya dalam bahasa Indonesia via dunia maya yang
> bisa mencapai tidak hanya di Jakarta (satu kota) tapi bisa menembus ke
> seluruh pelosok Indonesia.
>
> Lain tahun 1990-an lain pula era tahun 2000-an. Sejak tahun 2000, era
> internet pun muncul dan banyak orang tua yang "melek" teknologi dan
> kemudian mencari informasi via internet. Situs kami mendapat banyak
> pengunjung yang kemudian bergabung dalam fasilitas mailing list yang
> kami sediakan. Mulai lah beberapa orang tua baik secara perorangan
> maupun kelompok mengadakan berbagai kegiatan Autism Awareness di
> beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
> Surabaya dan beberapa kota lain. Kemudian banyak sekali bermunculan
> yayasan, pusat terapi dan blog-blog pribadi yang membahas tentang
> Autisme, baik yang sekedar sharing pengalaman dengan anak sendiri
> maupun menyediakan informasi lengkap. Media pun mulai tertarik meliput
> berita seputar Autisme.
>
> Sebagai hasilnya sedikit demi sedikit masyarakat mulai menyadari
> kehadiran anak autistik yang "berbeda" dengan anak-anak lain. Kata
> "Autis/Autisme" pun mulai bermunculan di Media cetak maupun
> elektronik. Tapi sayang sekali, yang kami amati, kata "Autis/Autisme"
> kemudian mulai dipakai oleh berbagai pihak baik oleh para aktivis,
> akademisi maupun artis televisi dalam konotasi yang negatif. Beberapa
> artis mulai menggunakan kalimat "dasar autis loe....." sebagai bahan
> lelucon di berbagai tayangan di televisi.
>
> Beberapa aktivis dan akademisi juga mulai menggunakan kata Autisme
> untuk menganalogikan ketidakberesan pemerintah dan partai politik.
>
> Tulisan-tulisan tersebut tentu saja membuat kaget dan sedih komunitas
> Autisme khususnya komunitas Puterakembara. Beberapa rekan milis
> termasuk saya sudah menyampaikan kesedihan kami pada penulis langsung,
> dan sangat menghimbau agar di masa yang akan datang beliau-beliau bisa
> mengganti kata Autisme dengan kata lain yang mungkin tidak akan
> menyinggung perasaan komunitas manapun.
>
> Para penulis biasanya mengerti dan bereaksi positif, meminta maaf
> sambil tentunya membela diri sedikit :) dan mengajukan beberapa alibi
> kenapa mereka menggunakan kata Autisme sebagai analogi. Intinya
> menurut pengakuan mereka, tidak bermaksud menghina ataupun merendahkan
> anak penyandang autis maupun komunitas autisme. Biasanya, dengan
> lapang dada dan keikhlasan komunitas kami menerima pernyataan maaf
> tersebut.
>
> Sebenarnya, kami menyadari sepenuhnya bahwa kata Autisme bukanlah
> milik kami. Kami mengerti bahwa peminjaman istilah, konsep atau gejala
> (analogi dan metafor) dari satu bidang ke bidang lain, dalam hal ini
> dari medis atau psikologis ke sosial politik adalah hal yang biasa
> dalam berbahasa.
>
> Yang membuat komunitas kami "keberatan" atas pemakaian analogi
> tersebut, bukan karena masalah biasa atau tidak biasa, wajar atau
> tidak wajar, bukan juga masalah sensitivitas perasaan kami sebagai
> orang tua, tapi lebih ke arah pemikiran akan "dampak negatif" yang
> akan timbul di masyarakat untuk masa mendatang terutama bagi kehidupan
> masa depan anak-anak kami.
>
> Sebagai moderator mailing list selama bertahun-tahun, saya tahu benar
> bahwa selama ini orang tua berjuang habis-habisan demi membantu
> anak-anak kami berkembang menjadi pribadi yang mandiri, punya empati,
> sekaligus tahu norma dan aturan.
>
> Komunitas kami juga berjuang melakukan kegiatan Kampanye Peduli
> Autisme dengan harapan agar anak/individu autistik dapat diterima oleh
> masyarakat sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat
> umumnya. Kami bersusah payah melakukan usaha sosialisasi untuk
> menyadarkan masyarakat agar dapat menerima anak/individu autistik apa
> adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dan tidak menjadikan
> kondisi Autisme sebagai bahan olok-olok.
>
> Di bawah ini adalah beberapa kasus tulisan:
>
> -Tanggal 2 Mei 2003, Prof. Mohamad Soerjani, staff Institute for
> Environmental Education and Development, di Harian Sinar Harapan.
> Tulisan berjudul "Autisme Sosial: "Penyakit" Ketidakpedulian di
> Kalangan Masyarakat".
>
> -Tanggal 22 April 2005, Bapak Dedi Haryadi, aktifis LSM Bandung
> Institute of Governance Studies/BIGS, di Harian Pikiran Rakyat.
> Tulisan berjudul "Parpol dan Parlemen yang Autis".
>
> -Tanggal 21 April 2008, Bapak Bima Arya Sugiarto, Direktur Eksekutif
> The Lead Institute Universitas Paramadina di Harian Kompas. Tulisan
> berjudul "Parpol Idap Autisme Sosial".
>
> -Tanggal 18 Agustus 2008, Bapak Hisyam Haikal, di Surat Pembaca
> Detik.com. Tulisan berjudul "Autisme melanda seluruh negeri".
>
> Harapan kami, dengan himbauan ini mudah-mudahan tidak akan ada lagi
> yang menggunakan kata atau kondisi Autisme sebagai analogi dalam
> konotasi negatif untuk konsumsi publik di Media manapun. Dan kami akan
> terus konsisten melakukan surat himbauan semacam ini pada siapapun
> yang menggunakan kata "Autisme" sebagai analogi dalam konotasi
> negatif.
>
> Sebagai mahluk ciptaan Tuhan, kami selalu berpendapat bahwa
> masing-masing individu pasti mempunyai sisi kelemahan sekaligus
> kelebihan, begitu juga anak/individu penyandang autistik ataupun anak
> berkebutuhan khusus lainnya, dan itu semua patut kita terima sekaligus
> hargai.
>
> Semoga Tuhan selalu memberi kekuatan pada orang tua yang dianugerahi
> anak penyandang spektrum Autisme.
>
> Terima kasih atas perhatian Anda.
>
> Salam Penuh Empati,
>
> Atas nama Komunitas Autisme Puterakembara
> Leny Marijani
>
> --------------------------------------------------------------
> Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
> Info balita: http://www.balita-anda.com
> Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
> menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com
>
>

Kirim email ke