Hhm, barusan baru liat liputan khusus di RCTI mengenai polemik
pemberian obat puyer ke anak2.

Ada 3 pihak yg diwawancarai. Yaitu dr wati, lalu seorang dokter ketua
ikatan dr anak indonesia, n pihak depkes.

Dr wati kita udh tau sikapnya terhadap obat puyer ini. Dokter yang
dari ikatan dokter anak msh memberikan lampu hijau thd obat puyer krn
katanya itu mrupakan hak profesional para dokter dalam menangani
pengobatan pasiennya.
Pihak depkes jg komennya hampir sama dgn pendapat dokter yg dr ikatan
dokter anak indonesia itu. Intinya blm ada aturan yg melarang
penggunaan puyer.

Polemik terus bergulir tanpa ada kesimpulan sampai acara brakhir.

Di luar itu semua, kita udh pd tau mengenai aktivitas dr wati yg
"berjuang" mewujudkan pengobatan yang rasional, termasuk salah satunya
melalui Yayasan Orang Tua Peduli. Lalu bagaimana dengan 'kampanya'
terhadap rekan2 seprofesinya?. Apakah jg sdh maksimal dilakukan.

Mungkin kita butuh ratusan atau bahkan ribuan dokter anak yg benar2
rasional dlm menangani pasiennya. Seorang dokter wati masih jauh dari
cukup. Kapasitas keilmuan kita, walaupun mungkin sudah ikutan puluhan
kali PESAT, masih akan dengan mudah dikalahkan dgn 'profesionalisme'
seorang dokter (walaupun dr itu sdh kena pesan sponror perush. Obat
,hiks). Ada seorang dokter anak di depok yang marah besar waktu ortu
pasiennya bilang, "anak saya jangan dikasih antibiotik ya dok,"
"saya ini udh kuliah 15 taun di luar negeri !" kata dokter itu.


Rgrd,
*sambil gendong naurah

--------------------------------------------------------------
Info tanaman hias: http://www.toekangkeboen.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com

Kirim email ke