Sumber:
http://meidyaderni.com/?p=282

Semalam saya berbincang-bincang dengan seorang teman. Perbincangan
kami mulai dari makanan, black friday, sampai dengan masalah kekerasan
pada wanita dan anak-anak. Awalnya perbincangan kami santai, tetapi
setelah meningkat membahas kasus kekerasan, pembicaraan kami menjadi
serius.

Teman saya membagikan pengalaman saat bekerja di lembaga sosial yang
menangani masalah kekerasan yang dialami oleh wanita dan anak-anak.
Sebelumnya dia tidak tertarik dengan masalah tersebut. Tetapi setelah
hal buruk terjadi pada dirinya akhirnya dia pun bekerja beberapa tahun
di lembaga sosial tersebut.

Teman saya bercerita bahwa kekerasan seksual yang terjadi pada anak
biasanya dilakukan oleh keluarganya sendiri! Contohnya saja apa yang
terjadi pada putranya. Saat itu putranya berusia 7 tahun. Dia menjadi
mangsa ayah kandungnya sendiri. Tentu saja hal tersebut merupakan
pukulan telak bagi teman saya. Dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa
suaminya yang dia hormati, dia sayangi memangsa anak kandungnya.

Selama 7 bulan anaknya hidup dalam cengkraman nafsu ayah kandungnya.
Semua itu terbongkar saat si anak bercerita pada temannya tentang apa
yang dilakukan ayahnya. Saat itu ibu temannya mendengar apa yang
dikatakan oleh anak tersebut. Segera saja teman saya dipanggil untuk
dipertemukan dengan anaknya.

“Saat itu saya merasa dunia yang saya pijak runtuh. Kepala saya mau
meledak, saya mau bunuh suami saya seketika,” ucap teman saya. Selama
itu anaknya tidak berani bercerita pada ibunya karena ayahnya
mengancam akan membunuh ibunya jika dia bercerita. Karena cintanya
anak pada ibunya anak tersebut diam saja.

Akhirnya si ayah di penjara selama 8 tahun sedangkan anak dan ibunya
di terapi karena keduanya adalah korban. Untuk teman saya, dia bisa
berdamai dengan pukulan tersebut, tetapi bagi anaknya terapi masih
terus dilakukan walaupun dia sekarang sudah berusia 18 tahun.

Saya pun bertanya pada teman saya, apakah dia tidak pernah sedikit pun
menaruh kecurigaan pada suaminya dan anaknya. Teman saya menjawab
tidak. “Saya merasa tidak ada yang berbeda dengan suami saya. Selama
itu saya merasa hubungan ayah-anak baik-baik saja. Saya tinggalkan dia
di rumah dengan ayahnya saat saya belanja. Saat saya tidur siang, dia
main dengan ayahnya. Hubungan dalam pernikahan pun tidak ada masalah,
semua tidak ada yang mencurigakan. Makanya saya merasa benar-benar
terpukul.”

Korban lain anak-anak yang pernah teman teman saya tangani adalah anak
perempuan yang jadi korban kakaknya, anak perempuan yang jadi korban
kakeknya, bapaknya dan pamannya.

Lalu teman saya berkata bahwa ada kesamaan dari setiap korban, bahwa
setelah kejadian tersebut korban merasa hidupnya sudah tidak ada
gunanya. Pelaku membuat korban percaya bahwa jika dia mengadu maka hal
buruk akan terjadi pada dirinya ataupun orang yang dia cintai.

Pelaku benar-benar membuat korban berada dalam cengramannya, sehingga
apapun yang dikatakann pelaku dipercayai oleh korban. Jika pelakuka
berkata kamu itu sampah, maka dia percaya bahwa dia sampah dan pantas
diperlakukan seperti sampah.

Ada pula anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Dia kira begitulah cara
orang dewasa menunjukkan kasih sayangnya. Sampai akhirnya dia mengerti
bahwa itu tidak benar.

Untuk itu jika Anda memiliki anak, baik laki-laki ataupun perempuan,
ajaklah anak Anda sedini mungkin untuk bicara mengenai tubuhnya.
Katakan bagian mana saja yang boleh disentuh dan bagian mana yang
merupakan privacy anak. Walaupun dia keluarga dekat tetap tidak boleh
melanggar “privacy’ anak. Jika ada orang berkata jangan bilang-bilang,
itu tandanya bahaya maka dia harus segera bercerita pada orang yang
dia percayai. Semoga semua wanita dan anak-anak di dunia ini
dilindungi selalu.(MeidyaDerni.com)

--------------------------------------------------------------
Info Balita: http://www.balita-anda.com
Peraturan milis, email ke: peraturan_mi...@balita-anda.com
Menghubungi admin, email ke: balita-anda-ow...@balita-anda.com
Unsubscribe dari milis, email ke: balita-anda-unsubscr...@balita-anda.com

Kirim email ke