Seorang lelaki berdoa: "Oh Tuhan, saya tidak terima. Saya bekerja begitu keras 
di kantor, sementara istri saya enak-enakan di rumah. Saya ingin memberinya 
pelajaran, tolonglah ubahlah saya menjadi istri dan ia menjadi suami."

Tuhan merasa simpati dan mengabulkan doanya. Keesokan paginya, lelaki yang 
telah berubah wujud menjadi istri tersebut, terbangun dan cepat-cepat ke dapur 
menyiapkan sarapan. Kemudian membangunkan kedua anaknya untuk bersiap-siap ke 
sekolah.

Kemudian ia mengumpulkan dan memasukkan baju-baju kotor ke dalam mesin cuci. 
Setelah suami dan anak pertamanya berangkat, ia mengantar anaknya yang kecil ke 
sekolah taman kanak-kanak.

Pulang dari sekolah TK, ia mampir ke pasar untuk belanja. Sesampainya di rumah, 
setelah menolong anaknya ganti baju, ia menjemur pakaian dan kemudian memasak 
untuk makan siang.

Selesai memasak, ia mencuci piring-piring bekas makan pagi dan peralatan yang 
telah dipakai memasak. Begitu anaknya yang pertama pulang, ia makan siang 
bersama kedua anaknya.

Tiba-tiba ia teringat ini hari terakhir membayar listrik dan telepon. 
Disuruhnya kedua anaknya untuk tidur siang dan cepat-cepat ia pergi ke bank 
terdekat untuk membayar tagihan tersebut.

Pulang dari bank ia menyetrika baju sambil nonton televisi. Sore harinya ia 
menyiram tanaman di halaman, kemudian memandikan anak-anak. Setelah itu 
membantu mereka belajar dan mengerjakan PR. Jam sembilan malam ia sangat 
kelelahan dan tidur terlelap. Tentu masih ada'pekerjaan- pekerjaan kecil 
lainnya' yang harus dikerjakan.

Dua hari menjalani peran sebagai istri ia tak tahan lagi. Sekali lagi ia 
berdoa, "Ya Tuhan, ampuni aku. Ternyata aku salah. Aku tak kuat lagi menjalani 
peran sebagai istri. Tolong kembalikan aku menjadi suami lagi."

Tuhan menjawab:

"Bisa saja. Tapi kamu harus menunggu sembilan bulan, karena saat ini kamu 
sedang hamil."





      

Kirim email ke