hi mbak Hesti,

Anak sulung saya juga laki-laki dan berusia 8 tahun.  Mungkin agak berbeda
dengan anak mbak, Jovan type 'anak rumahan' :) tapi berinteraksi dan
mendidik anak usia seperti mereka memang perlu extra effort hehe.

Satu hal yang saya tangkap dari e-mail mbak dan sampai sekarang juga saya
terus upayakan untuk anak2 saya adalah mendidik untuk mereka respek dengan
kita orang tuanya.  Seperti yang di-shared mbak Sofia, kadang anak 'bandel'
memang karena 'extra energi', tidak sedikit yang 'smart', tapi penyaluran
energi ini yang kadang 'kepentok' dengan reaksi kita yang 'tantrum' juga
(haha .. kadang saya juga seperti itu kok ;))

Ada 2 points dari yang saya baca di e-mail mbak: waktu hasil UTS 'sesuai'
ramalan mbak dan waktu 'shock therapy' ke panti asuhan ternyata hanya
membuat si sulung cuek dan 'diam' saja. Saya pribadi mengganggap 'shock
therapy' seperti itu sudah cukup 'keras' dan bisa salah diterjemahkan anak
sebagai pertanda ortu 'tidak sayang/tidak diterima' lagi kepada mereka.  Dan
anak 'diam' saja mungkin sudah menunjukkan sikapnya bahwa ini bukan lagi
membuat dia merasa 'it hurts' tapi sudah 'that's really doesn't matter for
me' .. (maaf ya, mbak .. ini hanya opini pribadi, I meant no offense :))

Kalau saya deal dengan situasi seperti ini, mungkin saya akan cari cara
untuk berinisiatif dekat dengan dia (dalam arti berhadapan berdua dengan dia
tidak hanya waktu jengkel atau kesal lihat kelakuannya) sambil berdoa siapa
tahu 'kasih' yang saya tunjukkan bisa membuat dia jadi respek kembali dengan
saya.  Saya sering pakai waktu untuk 'nge-date' berdua aja dengan salah satu
anak saya.  Sampai saat ini cukup berhasil untuk Jovan & Rena karena kami
bisa ngobrol, mereka bisa ber-opini/tidak setuju, dll. tapi at least, issue
'love & respect' ini dibahas di tempat dan suasana yang lebih nyaman.
Mungkin mbak bisa cari waktu seperti ini untuk curhat terutama dengan si
sulung.

Alternatif lain, minta tolong ayahnya untuk ambil alih atau 'ganti shift'
menangani issue ini.  Saya sangat2 terbantu dengan papanya anak2 saat
menghadapi situasi seperti ini.  Mungkin para ayah tidak 'se-typical' kita
para moms, tapi justru dengan cara mereka yang 'unik' kadang solusi tercapai
lebih cepat :)  Ayah umumnya tidak tergantung 'mood' seperti ibu kan ya hehe

So, mbak Hesti ... coba dulu untuk inisiatif 'mendekati' mereka bukan untuk
'menyalahkan' mereka (I know ... it's not easy indeed ..). Pendekatan mbak
yang lebih 'cool' nggak akan membuat mereka merasa 'menang' kok, tapi justru
membuat mereka melihat mbak (dan ayahnya) dari sisi yang berbeda dan buat
mereka nggak segan2 mencoba bersikap/bereaksi dengan sikap yang beda juga.

Good luck & happy parenting,mbak :)
Sylvia - mum to Jovan, Rena, Aleta & Luigi







2011/4/12 Hestiwulan <hestiwu...@ibn.ac.id>

> Parents,
>
>
>
> Aku mau curhat nih. Rasanya aku dah putus asa, gimana caranya menghadapi
> anak2ku yg sulit diatur. Anak pertama 8 thn kls 2 sd, yg kedua 6 hn TK B,
> semuanya laki2. Skr lg seneng2nya main dg teman2 komplek. Kadang main di
> lapangan, kadang main di warnet. Ini yg saya takutin, krn kan gak ada yg
> monitor kalo main di warnet, takutnya main game yg aneh2. Walaupun kadang
> gak main, tapi hanya nonton saja temen2 yg main. Kalo adiknya masih agak
> nurut, malah kadang dia bilangin masnya ngajak pulang atau ngingetin waktu.
> Misalnya pulang sekolah main, nanti di rumah sebentar trus brangkat main
> lagi. Di rumah hanya ada eyangnya aja sama si mbak. Mereka berdua dah nggak
> dianggep deh, dibilangin apa, ya masuk kuping kiri keluar kuping kanan.
> Sampai waktu uts kemarin aku kesel tiap aku pulang kerja, anakku yg besar
> dah ngantuk jd belajarnya gak maksimal, kalo aku tegur malah marah.
> Akhirnya
> aku bener2 gak ngajarin selama uts kemarin, aku bilang : "kita liha nanti
> hasil ulangan kamu ya mas, gimana kalau yg belajar sungguh2 seperti waktu
> kelas 1, dengan yg hanya asal2an". Ternyata benar hasilnya turun drastis,
> yg
> biasanya nilai terendahnya 90 skr nilai tertingginya hanya 90 itupun hanya
> 1
> pelajaran, yg lain 70an. Tapi dia cuek aja tuh.
>
>
>
> Saking keselnya kemarin minggu saya kasih shock therapy mereka, saya
> rapihin
> baju mereka, trus saya ajak ke panti asuhan. Mau saya titipin. Yg ngerengek
> minta ampun tuh yg kecil, yg besar diem aja. Kalau yg besar saja saya titip
> di panti, takutnya dia pikir saya pilih kasih, padahal kelakuan dia tuh
> memang yg lebih tidak bisa diatur kadang jadi pengaruhin adiknya. Saya jadi
> bingung cara menghadapi mereka, dibilangin secara pelan2 sampai saya yg
> marah2 kayaknya gak mempan. Ksdang pernah juga jewer/pukul (pelan sih),
> tapi
> masak iya sih harus dikasarin.
>
>
>
> Saya jadi bingung, padahal masih kecil gini kok sdh sudah diatur. Apa perlu
> di bawa ke psikolog ya, anaknya apa orangtuanya sih yg perlu ke psikolog.
> Kadang aku pikir apa krn kurang perhatian. Jd serba salah deh.
>
>
>
> Tolong masukannya dong teman2, terima kasih sebelumnya, buat yg udah mau
> baca curhatku n yg mau kasih masukan.
>
>
>
> Tq
>
> hesti
>
> <deleted>
>
>
>
>

Kirim email ke