http://cybermed.cbn.net.id/konsulkon2.asp?nomoract=40
Konsumen bingung dengan informasi imunisasi Friday, 21 Nov 2003 Rara --- Bandung Saya seorang ibu rumah tangga dan kini sedang memiliki putra berusia 5 bulan. Sesuai dengan program pemerintah dan beberapa informasi dari teman- teman saya, anak saya mendapatkan imunisasi yang diwajibkan dan imunisasi yang tidak diwajibkan. Akan tetapi belum lama ini saya mendapatkan informasi dari seorang dokter ketika saya melakukan imunisasi Hepatitis pada anak saya. Saya tidak tahu apakah dokter tersebut hanya berkelakar saja, dokter tersebut mengatakan bahwa imunisasi akan membuat anak bodoh karena selalu disuntik dengan kuman penyakit? Benarkah hal tersebut. Ataukah benar cukup memberikan imunisasi yang diwajibkan saja? Mohon informasinya. Jawaban: Consumer's Health by dr Marius Widjajarta, SE Rara di Bandung, Dalam pelaksanaan imunisasi terdapat dua ketentuan yang perlu dipertimbangkan yaitu pertama, manfaat imunisasi beserta komplikasi atau efek samping yang mungkin timbul, dan kedua akibat buruk atau bahaya penyakit tersebut. Ketentuan tersebut merupakan pemikiran dasar dalam pelaksanaan imunisasi sebagai realisasi dari pilihan mana yang memberikan manfaat. Bila ketentuan yang pertama akan lebih memberikan manfaat dibandingkan dengan ketentuan kedua maka imunisasi dapat dilaksankn. Sebaliknya bila dipertibangkan bahwa manfaat imunisasi dinilai kurang bermanfaat dan menimbulkan komplikasi akibat pelaksanaan imunisasi cukup berbahaya, sedangkan akibat burukpenyakit tidak ada maka imunisasi tidak perlu dilaksanakan karena melihat resikonya terlalu tinggi. Kebijakan pemerintah di Indonesia terhadap pelaksanaan imunisasi dengan memprioritaskan pada tujuh jenis penyakit sebagai Program Pengembangan imunisasi yang diwajibkan kepada setiap anak berdasar pada pengalaman dan pemikiran secara nasional ataupun dari negara lain yang mana kasus kejadian penyakit tersebut sangat rentan terhadap anak dengan perjalanan penyakit yang membawa keadaan buruk pada kesehatan dan keselamatan anak. Oleh karenanya pemerintha mewajibkan imunisasi tersebut sebagai Program imunisasi dasar dan wajib untuk diberikan pada anak. Vaksinasi wajib tersebut adalah vaksinasi Tuberculosa (Tbc), difteriae, batuk rejan, tetanus, polio, campak, hepatitis B. Namun seiring dengan perkembangan pola hidup masyarakat dan dukungan kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi yang juga membawa perubahan terhadap pola penyakit ternyata ikut serta mempengaruhi perkembangan imunisasi. Ditemukannya berbagai penyakit yang ternyata dapat dilakukan imunisasi merupakan kemajuan ilmu pengetahuan yang tentunya membawa perubahan pola penyakit yang ada di masyarakat. Keberadaan berbagai hasil temuan tersebut membawa perubahan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan masyarakat. Adanya penyakit yang dapat dilakukan imunisasi selain imuisasi wajib yang dicanangkan pemerintah menjadi kebutuhan yang dianjurkan kepada masyarakat. Beberapa imunisasi yang dianjurkan adalah vaksin demam Typoid (tifus), vaksin hepatitis A, vaksin cacar air, vaksin rabies, dan yang lainnya. Imunisasi tersebut tidak diharuskan namun bila kondisi memungkinkan sebaiknya diberikan. Keterkaitan antara imunisasi dengan resiko kebodohan pada anak, hingga saat ini belum ada teori ilmiah yang menunjukkan adanya hubungan hal tersebut. Imunisasi merupakan pemberian antigenic ke dalam tubuh anak sehingga merangsang kekebalan tubuh anak terhadap penyakit tertentu. Memang yang diberikan ada yang merupakan kuman hidup yang sudah dilemahkan. Oleh karenanya maka imunisasi harus diberikan pada anak yang sehat karena masuknya kuman ke dalam tubuh anak akan menimbulkan reaksi. Bila imunisasi diberikan pada anak yang sakit ditakutkan reaksi yang ditimbulkan akan membahayakan keselamatan dan kesehatan anak. Sedangkan dalam hal tingkat intelegensia (kecerdasan) pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor genetik atau pembawaan dari kromoson dari kedua orang tua, faktor pola pengasuhan pada setiap fase perkembangan anak sejak di dalam kandungan terutama pada usia yang merupakan fase penting perkembangan otaknya. Jadi, banyak faktor yang perlu dikaji untuk menentukan penyebab resiko kebodohan tersebut. Sebagai konsumen yang bijak dan mandiri, sangat tepat Anda mendapatkan pendapat atau keterangan dari sumber lainnya. Hal tersebut adalah hak Anda untuk mendapatkan pendapat ke dua (Second Opinion).