betul, setuju dengan analogi pak Hendri...manusia harus menguasahakan
yang terbaik dalam hidupnya, Tuhan nggak akan ngubah keadaan kalo
manusiaanya nggak berusaha merubah...memang ajal bisa tiba kapan aja,
tidur pun tau2 dipanggil Yang Maha Kuasa juga bisa, tapi sekali lagi, kita
bisa belajar dari pengalaman orang untuk mengusahakan agar hal tsb tidak
berulang terjadi pada kita.
Tetapi saya juga percaya kalo Tuhan Maha Adil, setiap perbuatan ada
karmanya, bisa dunia akhirat...dan saya juga percaya kalo ada orang
kesulitan malah disusahkan atau disepelekan, kelak yang berbuat juga akan
menerima perlakuan yang sama......apalagi doa orang teraniaya makbul
kan....
Soalnya saya juga sering pengalaman berobat tapi service jelas2
banget dibedakan antara yg berduit sama yang 'dianggap' kurang berduit,
susternya judes2, suka dioper2, dokter jawab ogah2an....
Maaf kalo kepanjangan atau ada yg tidak berkenan, abis ngenes aja
sama pelayanan RS sama dokter yang seharusnya utk kemanusiaan tapi malah
mementingkan materialisme, apa sumpah jabatan dianggap sekedar prosedur
atau gimana saya juga nggak tau....
-------Original Message-------
Date: Friday, February
20, 2004 09:01:04 AM
Subject: RE:
[balita-anda] TURUT BERDUKA CITA
Dokter ini kok nulisnya enteng banget ya? Seperti nggak
ada beban.... Apa cuma perasaan saya saja?
>
---------- > From: Wanda Pradipta[SMTP:[EMAIL PROTECTED]] >
Reply To: [EMAIL PROTECTED] >
Sent: Friday, February 20, 2004 7:48 AM > To: [EMAIL PROTECTED] >
Subject: Re: [balita-anda] TURUT BERDUKA CITA > >
maaf, > dokter h. hindra irawan satari itu adalah betul dr.Hinky
yang praktek di > RSPI dan juga praktek di RSCM kan? >
> ----- Original Message ----- > From: <[EMAIL PROTECTED]> >
To: <[EMAIL PROTECTED]> >
Sent: Thursday, February 19, 2004 8:29 PM > Subject: Re:
[balita-anda] TURUT BERDUKA CITA > > > > >
> :-) > > > > Allah .... meletakkan alam ini dalam
keseimbangan yang sangat baik. > > > > Semua yang
berlaku di bumi ini menurut akan Hukum Allah yang juga adalah >
Hukum Alam .... > > > > Jika kita menyebrang jalan tidak
menggunakan jembatan penyebrangan dan > kemudian tertabrak ... itu
bukan takdir tapi kebodohan > > > > Jika kita menyebrang
jalan menggunakan jembatan penyebrangan dan > kemudian > ada
mobil terbang dan kita tertabrak ... itu baru takdir .. >
> > > Manusia menciptakan sistem - sistem dalam hidupnya untuk
membuat > hidupnya > nyaman... > > > > Jika
sistem tidak berjalan .... bukan salah nya Tuhan .... tapi salah >
manusia .... > > > > Kasus - kasus pada RS yang
bermasalah lebih banyak disebabkan pada > faktor > sistem RS
kita yang masih mementingkan segi bisnis .........belum pada >
integritas pelayanan, > > > > Kita harus pandai
memisahkan mana takdir dan mana kebodohan dan > kesombongan para
dokter .... > > > > Hendri > > > >
----- Original Message ----- > > From: Bunda Nisa <[EMAIL PROTECTED]> >
> Date: Thursday, February 19, 2004 0:29 am > > Subject: Re:
[balita-anda] TURUT BERDUKA CITA > > > > > Dear
All, > > > bukan saya bermaksud membela RSPI ya... >
> > tapi kebetulan DSA dan Dokter Kandungan saya juga dari
RSPI... > > > alhamdulilah semuanya lancar-lancar
saja... > > > > > > yang namanya ajal bisa dimana
saja... kapan saja... dan smua > > > rahasia Allah
semata. > > > dan dokter bukan tuhan maupun dewa... manusia
berusaha... Allah yg > > > menentukan...Apa yg menurut manusia
baik... belum tentu menurut > > > Allah baik... > >
> > > > <" > > > target="l">http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0402/19/090700.htm> >
> > Dr. Hindra Irawan Satari, "Dokter Bukan TUHAN atau
DEWA..." > > > > > > Jakarta, KCM > >
> > > > Jumlah penderita demam berdarah (DB) di seluruh
Indonesia, hingga > > > Rabu (18.2) mencapai 8.135 orang.
Korban meninggal terus > > > berjatuhan mencapai 161 orang.
Sebagian besar kasus DB menimpa > > > anak-anak. > >
> > > > Berikut ini wawancara dengan Dr. H. Hindra Irawan
Satari (49), > > > dokter spesialis anak-konsultan, Master of
Tropical Pediatric, > > > dari Divisi Infeksi dan Pediatri
Tropis Departemen Ilmu Kesehatan > > > Anak FKUI-RSCM >
> > > > > Mengapa lonjakan kasus deman berdarah (DB)
sedemikian tinggi tahun > > > ini? > > > Kami
menyebutnya sebagai kejadian luar biasa (KLB) nasional. Dalam > >
> bahasa Inggris disebut outbreak (angka kejadian dalam periode >
> > tertentu dua kali lipat atau lebih dibanding periode
sebelumnya). > > > > > > Mengapa tahun ini?
Pertama, pada musim hujan ini, kelembaban dan > > > tempat
perindukan nyamuk, membuat virus ini berkembang biak secara > >
> cepat. Kedua, orang-orang lebih banyak tinggal di rumah,
sementara > > > nyamuknya istirahatnya di dalam rumah, seperti
di baju-baju yang > > > tergantung. Jadi ya memang virusnya
banyak, masyarakatnya rentan > > > infeksi, kewaspadaan
masyarakat, petugas kesehatan juga kurang. > > > > >
> Penyakit ini ditularkan karena gigitan nyamuk. Meski ada
penderita > > > demam berdarah tinggal bersebelahan, tetapi
tidak ada nyamuknya, > > > ya tidak bakal menularkan ke
sebelahnya. Faktor tempat perindukan > > > nyamuk yang tidak
terjaga, menyebabkan nyamuk tetap > > > berkembangbiak.
Perilaku masyarakat, ditambah petugas kesehatan > > > yang
seharusnya mengingatkan, memimpin, dan mengawasi, tidak > > >
jalan, mengakibatkan semua pihak terlena. Karena terlena, > >
> dokternya nggak ngeh, orangtuanya nggak waspada, sehingga
banyak > > > kasus kecolongan dan terlambat ditangani. >
> > > > > Perilaku macam apa yang mengakibatkan nyamuk
pembawa virus demam > > > berdarah Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, berkembang biak? > > > > > > Tempat
perindukan, perkembangbiakan nyamuk yang tidak terjaga. > > >
Nyamuk ini berkembang di air jernih yang tergenang, yang tidak >
> > terkena sinar matahari dan tidak berhubungan dengan tanah.
Jadi > > > bukan air comberan. Bak mandi, tempat reservoir,
dak, lampu dan > > > kaleng bekas, vas bunga, ban bekas, atau
rumah yang tidak > > > ditinggali, rumah yang lagi dibangun.
Ini yang harusnya > > > dibersihkan dengan "3M". Kalau toh
sudah dilakukan, tapi hanya 1-2 > > > rumah saja, ya percuma,
sebab lingkupnya kan 100 meter. Sebaiknya > > > dibersihkan
semua, berangkat dari rumah masing-masing. Kalau tidak > > >
ada kewaspadaan itu, ya nyamuknya akan tetap berkembang biak. > >
> > > > Bagaimana mendeteksi sedari awal seseorang terkena
DB? > > > > > > Penyakit ini menimbulkan demam
seperti gejala-gejala infeksi > > > saluran napas. Pada tiga
hari pertama, mau diperiksa darah setiap > > > hari juga tidak
kelihatan. Hari pertama, pasti tidak terdeteksi. > > > Hari
kedua, juga pasti tidak terdeteksi. Hari ketiga, sulit untuk > >
> dideteksi. Pada hari pertama sampai ketiga, biar pun di cek >
> > darahnya berulang-ulang tidak akan terlihat penurunan
jumlah > > > trombosit, atau kebocoran pembuluh darah.
Paling-paling, setelah > > > hari keempat, baru terlihat ada
perubahan dalam darah. > > > > > > Dan ketika
terdeteksi, sudah terlambat ditangani? > > > > > >
Penyakit ini ?kan berjalan dari yang paling ringan sampai yang >
> > paling berat. Nah, pada hari keempat itu, kondisinya
bermacam- > > > macam. Ada yang berada dalam fase penyembuhan,
ada yang jatuh > > > dalam shock, ada yang jadi tambah sakit.
Virus ini menyerang > > > pembuluh darah, karena pembuluh
darahnya bocor, si penderita > > > kehilangan trombosit, yang
berperan dalam pembekuan darah. Karena > > > bocor, si anak
jatuh dalam shock, kekurangan cairan. Pada saat > > > itu,
anak tidur terus, panasnya turun, orangtua berpikir anaknya > >
> sudah sembuh, padahal jatuh dalam keadaan shock. Kalau tidak >
> > ditanggulangi, shock akan berlarut-larut, dan
menimbulkan > > > pendarahan. Kalau sudah terjadi pendarahan
anak itu sulit
> > > tertolong. > >
> > > > Karena pada tiga hari pertama sulit dideteksi,
dokter jadi sering > > > salah diagnosis ya? > >
> > > > Lha kalau pada hari pertama, dokter melihat anak
itu batuk, ya dia > > > akan bilang sakit influenza. Lagi pula
belum tentu si anak hanya > > > menderita satu penyakit. Ada
DB plus typhus, ada DB plus amandel, > > > ada DB plus
bronkitis, ada juga DB plus infeksi saluran kencing. > >
> > > > Bagaimana caranya mendeteksi DB lebih awal? >
> > > > > Gejala klasik DB adalah panas tinggi antara
39-40 derajat celcius > > > selama 3 hari berturut-turut.
Selanjutnya, anak itu akan tidur > > > terus, tidak mau makan,
tidak mau minum, tidak mau bermain, sakit > > > perut, tangan
atau kakinya dingin seperti es. Kalau sudah demikian > > >
anak ini masuk dalam fase kritis. Penanganan harus dilakukan > >
> antara 24-48 jam. Kalau sudah sudah cukup minum, sudah
diinfus, > > > pada hari ke7 ke-8 sudah sehat seperti
sediakala. Saya selalu > > > bertanya pada orangtuanya, "Ibu
demamnya hari apa?", kalau > > > demamnya hari Rabu berarti
hari Rabu depan sudah harus sembuh. > > > > > >
Karena tidak ada obat DB, yang diobati hanya gejalanya? > >
> > > > Sampai sembuhnya pun kita hanya mengobati
gejalanya. Karena DB > > > disebabkan virus yang tidak ada
obatnya. Kalau pembuluh darahnya > > > bocor dan si penderita
kekurangan cairan, obatnya ya minum. > > > > > >
Tahun ini kok tingkat kematiannya lebih tinggi dari tahun-tahun >
> > sebelumnya? > > > > > > Sejauh ini,
angka kejadiannya memang banyak, tetapi angka > > >
kematiannya tidak tinggi. Lebih banyak yang sembuh ketimbang yang >
> > fatal. Katakanlah kasus kita ada ribuan, yang meninggal
kan > > > belasan. Tetapi tentu saja yang di blow up adalah
korban yang > > > meninggal. Lagipula outbreak-nya belum
selesai, nanti kita > > > evaluasi lagi, angka kematiannya
berapa. Sejauh ini tingkat > > > kematian kan 1 persen dari
jumlah kasus. Kalau pasiennya 100 ?kan > > > 1 yang
meninggal. > > > > > > Seandainya dokter melakukan
kesalahan diagnosis, sehingga > > > penanganannya juga salah,
bisakah dikategorikan malapraktik? > > > > > >
Enggaklah, gimana disebut malpraktik! Kalau dukun, mungkin bisa >
> > melihat orang terkena DB pada hari pertama atau kedua. Semua
kan > > > ada prosedurnya. Proses perjalanan penyakit kan ada
yang klasik, > > > tetapi variannya juga sangat banyak.
Komplikasinya juga macam- > > > macam. Dalam hal penanganan
DB, semua pihak berperan, ya > > > pemerintah, dokter,
orangtua, masyarakat. Ini bukan salah siapa- > > > siapa. Kita
tidak bisa menyalahkan dokter, apalagi pasien. > > > >
> > Seorang anak meninggal karena DB, pertama, akibat dokter
salah > > > diagnosis, kemudian tidak maksimal dalam
penanganannya, bisa nggak > > > dokter digugat secara
hukum? > > > > > > Digugat bagaimana? Memangnya
ada dokter mau mencelakakan > > > pasiennya. Mana ada pikiran
dokter mau membunuh pasien? Dokter kan > > > hidupnya
rata-rata dari menyembuhkan pasien, kalau dia membunuh > > >
pasien mana ada yang mau datang. Kalau dokter bisa menyembuhkan >
> > pasien, si pasien akan bilang pada orang lain, dia sembuh
oleh > > > dokter A misalnya. Mana ada dokter yang ingin
dibilang, "Sudah > > > jangan ke dokter itu lagi karena anak
saya tidak tertolong." > > > > > > Dokter normal,
hidupnya dari pasien yang datang meminta > > > pertolongan,
masak sih mau mencelakakan pasien? > > > > > > Ya
memang tidak secara sengaja berniat membunuh pasien, tetapi > >
> bisa saja dia tidak bekerja maksimal, atau tidak ada ketika
pasien > > > dalam keadaan kritis. > > > >
> > Mana mungkin, pasien kritis kemudian dokter harus ada di
tempat, > > > tidak mungkin. Dokter juga manusia kan? Anda
sendiri sanggup nggak > > > ada dimana saja dalam 24 jam.
Kalau Anda bekerja, ?kan tidak > > > mungkin setiap saat ada
disamping suami atau anak-anak Anda? > > > Dokter kan
pasiennya tidak hanya satu, banyak, mana jalanan di > > >
Jakarta macet lagi. > > > > > > Sejauh ini tingkat
kematian ?kan 1 persen dari jumlah kasus. Kalau > > >
pasiennya 100, yang meninggal 1. Kalau pasiennya 1000 ?kan 8 yang >
> > meninggal, lalu yang sembuh itu apa bukan karena jasa
dokter? > > > Kalau semuanya harus sembuh ?kan nggak mungkin.
Dokter bukan > > > dewa... > > > > > >
Kalau mau jujur, lebih banyak penderita DB yang sembuh dibanding >
> > yang tidak tertolong. Tidak mungkinlah semua penderita DB
100 > > > persen tertolong dan sembuh. Ini kan memang hukum
alam, harus ada > > > yang pergi, dan ada yang bisa
tertolong. > > > > > > Penyakit DB memang tidak
bisa diprediksi ya? > > > > > > Iyalah. Ada pasien
yang siangnya masih main-main, malamnya tidak > > > tertolong.
Ada yang datang ke dokter dengan pendarahan, tetapi > > >
besok lusanya sudah membaik. Itu semua rahasia Tuhan. Jadi jangan >
> > beranggapan kalau penanganannya tidak terlambat,
diagnosisnya > > > benar, pasti tertolong, tidak juga. Ada
pasien yang penanganannya > > > tidak terlambat, dokternya
nongkrongin terus, nggak ketolong juga. > > > Ada yang
terlambat ditangani tapi alhamdulillah ketolong. > > > >
> > Kalau ada orangtua yang bilang, "Anak saya trombositnya 29.000
kok > > > tidak tertolong, padahal anak lain yang trombositnya
5000 bisa > > > tertolong", ya gimana, tidak ada yang bisa
menjawab. Perjalanan > > > penyakit itu sifatnya sangat
individual. Ini bukan seperti mobil > > > yang rusak, datang
ke bengkel ketahuan businya rusak, setelah > > > diganti, lalu
bisa jalan lagi. > > > > > > Taruhlah anak Anda
dua, dua-duanya terkena influensa, kemudian > > > pergi ke
dokter, diberi obat yang sama. Sembuhnya kan lain-lain. > > >
Terlalu banyak multi faktor yang mempengaruhi badan manusia. > >
> Sedemikian kompleksnya tubuh ciptaan Allah ini, sehingga ilmu
kita > > > belum sampai. > > > > > >
Harus disadari, dokter itu bukan Tuhan. Dokter itu bukan dewa, dia >
> > punya akal kemudian mempelajari, nah yang menyembuhkan itu
Tuhan, > > > bukan dokter. > > > > > >
Tentu upayanya jangan sampai terlambat, tapi kalau sudah tidak >
> > terlambat dan tidak tertolong ya memang gimana, siapa yang
bisa > > > mengubah? Semua pihak sebenarnya beritikad baik,
tapi jangan > > > terlalu mengharapakan mukzizat. Dokter juga
manusia biasa. Ada > > > capeknya, ada sibuknya, tapi saya
kira semua dokter berusaha > > > memberikan yang
terbaik. > > > > > > Banyak penderita DB yang
tidak menunjukkan gejala khas atau umum > > > seperti ruam
merah. Apakah itu pertanda munculnya varian baru dari > > >
virus dengue? > > > > > > Sepertinya tidak ada
perubahan, tetapi ini hanya pengamatan saya. > > > Bintik
merah itu hanya terjadi pada sekitar 70 persen penderita > > >
DB, dan bukan gejala khas. Jadi, jangan dianggap, oh kalau ada >
> > bintik merah, penderitanya demam, terus dikatakan demam
berdarah. > > > Betul, demam berdarah, tetapi demam berdarah
dengue yang > > > disebabkan infeksi virus dengue. Demam
berdarah itu penyebabnya > > > macam-macam. > >
> > > > Bintik merah itu terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah di kulit. > > > Namanya kan demam berdarah, penderitanya
demam terus ada > > > perdarahan. Nah perdarahannya itu bisa
terjadi di kulit, bisa juga > > > di tempat lain seperti gusi,
saluran cerna atau di hidung > > > (mimisan). > >
> > > > Ada pendapat, semakin baik gizi seseorang, semakin
parah renjatannya? > > > > > > Memang, ada laporan
yang menyebutkan kalau anak lebih gemuk, lebih > > > fatal.
Tetapi ada juga yang melaporkan seseorang dengan gizi > > >
normal pun, fatal. Belum cukup bukti, untuk menetapkan bahwa anak >
> > gemuk itu lebih fatal jika terkena DB. Tapi, pada anak yang
gemuk > > > memang lebih susah mengatur cairan yang harus
diberikan, karena > > > berat badannya tidak ideal. Tapi,
bukti-bukti belum cukup, dan > > > masih dibantah oleh laporan
lain. > > > > > > Adakah makanan tertentu yang
bisa menaikkan jumlah trombosit? > > > > > > Belum
ada penelitian yang bisa memastikan. Harusnya ada 100 anak > >
> yang diberi jambu, 100 anak tidak diberi jambu. Ternyata 100
anak > > > yang diberi jambu, trombositnya lebih cepat naik.
Langsung hasil > > > penelitian ini dipublikasikan, dan jadi
rekomendasi. Tetapi > > > penelitian semacam ini belum ada.
Atau barangkali sedang > > > berlangsung, saya nggak
tahu. > > > > > > Yang saya tahu, anak kecil itu
kalau lagi kena demam berdarah, > > > boro-boro makan, minum
aja nggak mau. Kalau anak itu mau minum > > > saja sudah
alhamdullilah. Mau aqua kek, mau teh botol, jus jambu, > > >
atau oralit. Kalau jus jambu nggak doyan, jus jerus silakan. > >
> Trombosit itu naiknya oleh tubuhnya sendiri. Oleh daya tahan >
> > tubuh, oleh antibodinya sendiri. Sejauh ini belum ada
bukti > > > makanan tertentu bisa menaikkan trombosit.
(ZRP) > > > > > > > > > > >
> Suhendri wrote: > > > > > > > Nama rumah
sakit itu adalah Rumah Sakit Pondok Indah .... > > >
> > > > > Saya juga punya pengalaman dengan Dokter
Kandungan dan Dokter > > > Anak di rumah > > >
> sakit hebat ini. > > > > > > > > Dokter
- dokter tersebut benar - benar meremehkan segala sesuatu > >
> yang> seharusnya diketahui oleh orang tua si anak sampai
semuanya > > > menjadi telat > > > >
... > > > > > > > > Jika bisa, jadikan lah
RS hebat ini menjadi pilihan terakhir > > > kita semua >
> > > ....... > > > > > > > >
Hendri > > > > > > > > > > >
> > > > > BRiL > > > Bundanya Annisa &
Kevin > > > > > > > > >
--------------------------------- > > > Do you Yahoo!? >
> > Yahoo! Mail SpamGuard - Read only the mail you want. >
> > > > > > > >
--------------------------------------------------------------------- >
> >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ > >
>> Info balita, http://www.balita-anda.com >
> >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] >
> > > >
--------------------------------------------------------------------- >
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >
>> Info balita, http://www.balita-anda.com >
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] >
--------------------------------------------------------------------- >>
Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >>
Info balita, http://www.balita-anda.com >>
Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] . |