Bunda, Buai Kami Dengan Cerita!
-------------------------------------------------------------
Di matamu mama ada bintang, 
gemerlapan bila ku pandang 
Di matamu mama ada kasih sayang 
Yang selalu bersinar 
tak pernah pudar
(sebuah lagu sewaktu saya masih kecil) 

Aku akan mendengar bahasa jiwamu, 
seperti pantai mendengarkan kisah gelombang
(Kahlil Gibran)
--------------------------------------------------------------
 Anak adalah anugerah. Itulah mengapa seorang lelaki tegap tak mampu berkata-kata, 
ketika sesosok bayi mungil diangsurkan pertama kali. Label ayah kemudian disandangnya, 
bangga. Juga proses melahirkan yang teramat berat dialami sang ibu, pupus ketika 
memandang geliat syahdu si kecil meski dengan kedua mata yang masih menutup karena 
belum perkasa melihat benderang cahaya. Menjadi seorang bunda, adalah sebuah 
kebahagiaan. 

Tetapi anak juga adalah amanah. Lahir ke dunia, anak ibarat sehelai kertas polos. 
Terserah Ayah dan ibunya yang akan mengisi setiap lengangnya dengan apa. Namun yang 
pasti, kewajiban mereka adalah mengukir jiwa sang anak untuk terus dalam fitrahnya. 
Adalah kewajiban Orang tua untuk membentuk mereka menjadi manusia shaleh, cendikia, 
dan bertaqwa. Dan mewujudkan itu semua, saya tahu tidaklah mudah. Tetapi, sesulit 
apapun berusahalah untuk menjaga amanah indah itu, karena ketika anak kita shaleh, 
do'anya tidak akan dapat dihargakan dengan segala benda termahal yang pernah ada di 
dunia. 

Menghujamkan aqidah kepada anak, tidak semudah menanam pepohonan. Mengenalkan Allah 
sang pencipta kepada si kecil, bukan perkara biasa saja. Apalagi mengajarkan mereka 
dengan nilai-nilai islam. Tetapi saat masih kecillah, 'benih-benih' itu seharusnya 
disemaikan agar mampu menjadi filter ampuh baginya kelak. Memang pada usia dini, 
membangun sebuah pondasi, bisa dikatakan lebih mudah ketimbang memancangkannya di usia 
dewasa. Itu sudah dibuktikan oleh para ahli. Saya hanya menuliskannya saja. Nah, 
ketika sang buah hati sudah mengenal kosa kata, saat pendengarannya mampu memaknai apa 
yang kita ucap. Bersiaplah untuk melakukan yang satu ini. Bercerita! 

Saya tahu bercerita tidak hanya bisa dilakukan oleh ibu tapi juga ayah. Tapi, mungkin 
karena pengalaman saya selama ini cenderung menyaksikan para ibu yang melakukan 
kegiatan bercerita, maka saya mengkhususkannya untuk para ibunda. Biar lebih bisa 
mengalir, tentu saja. 

Cerita, ternyata efektif membuat anak ingin tahu seperti apa kisah-kisah pesona di 
zaman terbaik para nabi. Dengan kisah yang dituturkan, sungguh kita bisa memasukkan 
banyak nilai yang akan mereka serap. Tanpa mereka merasa terbebani, tertekan apalagi 
menggurui, karena cerita bagi mereka adalah hal yang mengasyikkan. Dan yang paling 
penting, lewat aktivitas ini, ibunda dapat memasukkan banyak kegembiraan ke dalam hati 
si kecil. 

Bercerita adalah sebuah seni, seni yang menyandarkan kepada kekuatan kata-kata yang 
nantinya terangkai menjadi sebuah kisah yang berpelangi, tidak monoton. Dan yang harus 
diperhatikan dalam bercerita selain ceritanya juga teknik menyampaikannya. Suara, 
ekspresi dan juga situasi. Bahkan mungkin alat peraga seperti gambar, boneka atau 
benda lainnya dibutuhkan untuk menjadikan cerita sebagai keasyikan bagi si anak. 
Hingga tujuan bercerita seperti memberikan informasi, mengembangkan daya imajinasi, 
meluaskan wawasan, memperkenalkan sebuah nilai, mengalirkan kasih sayang atau bahkan 
mata air ilmu dengan mudah dapat diwujudkan. 

Saya jadi terkenang dengan masa kecil. Beruntung mempunyai ibu yang koleksi ceritanya 
banyak, cerita yang didapatinya dari Nenek. Setiap menjelang tidur, adalah saat yang 
dinanti. Karena kami anak-anaknya bahkan anak tetangga akan menyimak ceritanya yang 
suatu waktu bisa bersambung. Pernah giliran kisah seribu satu malam yang diceritakan, 
ibu hampir kewalahan membuat kami tertidur, karena kami tidak rela beliau 
menyelesaikannya esok malam, kami seperti raja Syahriar dan Doniazade yang penasaran 
kelanjutan kisahnya. Lewat cerita ibu, kami tahu kalau Qabil dan Habil pernah 
berseteru. Saya tahu Ismail itu putra nabi Ibrahim juga dari kisah yang dituturkan 
ibu. Kadang ibu membuat kami terpingkal dengan kekonyolan Abu Nawas yang selalu 
memperdaya sang raja. Bukan itu saja kami pernah menangis bersama, karena ibu begitu 
dramatis mengisahkan Umar yang mengubur hidup-hidup putrinya semasa jahiliyah. Saya 
sampai tidak mau makan, bahkan terjatuh di sawah ketika pulang sekolah karena terus 
membayangkan putri kecil itu. Tapi Ibu memang hebat, malam berikutnya kami diajaknya 
kepada penyesalan Umar, keberaniannya membela Nabi, betapa besar pengorbanannya ketika 
menjadi pemimpin dan keadilan Umar yang tiada banding, membuat kami lupa kepada 
kebencian yang pernah tumbuh. 

Saya tak akan pernah lupa binar matanya ketika bercerita. Sungguh saya akan terus 
mengingat ekspresi penuh cinta ketika beliau bercerita, meski seharian lelah mengasuh 
sembilan orang anak tanpa ada yang membantu. Saya juga pasti terkenang ketika ibu 
melompat seperti kodok, erangan kesakitannya seperti saat buaya tertimpa pohon, ketika 
tangannya menggapai-gapai hingga kami semua menepi ke dinding triplek karena takut 
penculik anak nakal, tertawa menyeramkan ala nenek sihir, bahkan ibu bisa begitu 
berwibawa memerankan Dewi Sartika. Suatu saat ibu sakit gigi, dan kami semua seperti 
melewati malam yang tak berujung tanpa ceritanya. 

Kami dihantarkan ke alam mimpi dengan mudah meski harus tidur berdesakan, karena tidak 
ada lagi kamar. Ibu membuat malam-malam kami berwarna dengan kisah kura-kura dan 
monyet yang mencuri cabai petani, atau cerita legenda batu menangis, kisah durhaka 
malin kundang, Putri Cinderella yang baik hati, putri rambut merah yang disekap nenek 
sihir, ketabahan Nabi Ayyub, kerakusan Qarun, kisah budak buncir yang hitam legam 
namun baik hati. Sungguh masih banyak kisah yang saya simpan dari ibu yang 
mudah-mudahan kelak bisa juga saya sampaikan kepada anak-anak saya. 

Akhirnya, kepada para ibunda, perkenankan saya mewakili anak-anak mu untuk bertutur: 

Ibunda, tataplah bening manik-manik mata milik kami. Pandangi wajah-wajah yang belum 
terkontaminasi ini dengan penuh cinta. Hadirkan renda senyuman tulus itu, hingga kami 
menganggapmu sebagai pelangi selepas hujan, atau purnama penuh dilangit malam. Ibunda, 
remah waktu yang ada, sulaplah menjadi masa penuh kasih sayang dengan membuai kami 
lewat kisah-kisah bermakna. Dari rangkaian kata-kata, sepuh hati kami dengan pesona 
akhlak nabi al-Musthafa. Ajaklah kami menyelami keberanian para mujahid demi tegaknya 
izzah Islam, lewat kisah teladan kepahlawanan. 

Ibunda, jangan biarkan kami mengenyangkan hari dengan komik-komik Jepang yang 
bergambar vulgar. Tolonglah kami menapaki hidup dengan tidak memamah waktu di depan 
mesin play station atau televisi. Duhai ibunda, sayangi kami dengan menjadi seorang 
sahabat sejati. Jangan hempaskan kami di sebuah zaman yang sungguh butuh penunjuk. 
Bekali kami bunda, dengan agama. Buatlah hati kami selalu tertambat dengan keindahan 
Islam. Jangan biarkan kami terserak dengan mencipta jarak. Sungguh bunda, saat kami 
tertatih melangkah, kami membutuhkanmu sebagai pengarah. Bukankah kami rentan untuk 
tersandung? Bunda, yang kami tahu engkau adalah madrasah pertama kami. 

Ibunda, tak sabar kami menantimu, membuai kami dengan cerita, menghantar kami menuju 
lelap. Dan kami akan memandang wajah rembulan bunda. Kami pasti menemukan gemerlap 
bintang di mata bunda, dan kami akan selalu menjumpai tatapan kesayanganmu. Silahkan 
bunda, buai kami dengan cerita.... 

------------------------------------------------
untuk ibunda, semoga lekas sembuh.
------------------------------------------------

Semoga bermanfaat
Dede Maulana
- Mau gabung sama bisnis MLM mlik AA Gym?
  hubungi saya via email, sebuah eBook Gratis
  tentang bisnis ini akan kami berikan untuk anda.
  klik disini mailto:[EMAIL PROTECTED]

Tahukah anda, bahwa kebiasaan membeli voucher (simpati, mentari, pro XL dan IM3)
Bisa dijadikan sebagai sumber Penghasilan? Tertarik? Hubungi email ini:
mailto:[EMAIL PROTECTED]

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke