Terima kasih Ibu Dewi... Email yang ibu kirim ini kembali sangat menyentuh saya (dulu saya sudah pernah terima), memang Tuhan bekerja dengan begitu banyak cara...
Salam, -Md- ----- Original Message ----- From: "Dewi" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Tuesday, May 18, 2004 11:16 AM Subject: [balita-anda] Renungan Buat yang sibuk berkarir > Renungan Buat yang sibuk berkarir > > Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka > di Jakarta, tiba > di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra > pertamanya yang baru > duduk di kelas tiga SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah > menunggu cukup lama. > > "Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron > memang sudah > lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke > kantor pagi hari. > > Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku > nunggu Ayah > pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?" > > "Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?" "Ah, > enggak. Pengen tahu > aja." > > "Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam > dan dibayar > Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu > dan minggu libur, kadang > sabtu Ayah masih lembur. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?" > > Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, > sementara ayahnya melepas > sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk > berganti pakaian, > Imron berlari mengikutinya. "Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- > untuk 10 jam, berarti > satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya. > > "Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,"perintah Rudi. > Tetapi Imron tak > beranjak. > > Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali > bertanya, "Ayah, aku boleh > pinjam uang Rp.5.000,- nggak?" > > "Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam > begini? Ayah > capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah. "Tapi, Ayah..."Kesabaran Rudi > habis. "Ayah bilang > tidur!" hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju > kamarnya. > > Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di > kamar tidurnya. > Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak- > isak pelan sambil > memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus > kepala bocah > kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron.Buat > apa sih minta > uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok'kan bisa. > Jangankan Rp 5.000,- > lebih dari itu pun ayah kasih." > > "Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau > sudah menabung > lagi dari uang jajan selama minggu ini. "Iya,iya, tapi buat apa?" tanya > Rudi lembut. > > "Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga > puluh menit > saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku > mau beli waktu > Ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu > jam Ayah > dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit > tabunganku kurang > Rp 5.000,- . Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos. > > Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat- > erat dengan perasaan > haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan > selama ini, tidak cukup > untuk "membeli" kebahagiaan anaknya. > > Dewi-Mama Carine > > > --------------------------------------------------------------------- > >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ > >> Info balita, http://www.balita-anda.com > >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]