Sama seperti email sebelumnya, sumber tulisan ini dari Media Indonesia, Minggu 13 Juni 2004
Tri Agus ********** Tayangan TV Hiasi Celoteh Balita FENOMENA ibu bekerja di Indonesia, memang sudah dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat. Karena itu, pengawasan anak pun diserahkan kepada keluarga seperti nenek, tante, pengasuh atau pembantu. Karena kesibukannya menjaga, orang-orang kepercayaan tersebut mencari hiburan sambil menjaga anak, yakni menonton tayangan televisi. Banyak hal yang kemudian dipelajari anak dari tayangan-tayangan televisi. Perkataan-perkataan dalam tayangan TV pun menghiasi celoteh anak-anak balita. Mereka merekam dan mengopi perkataan maupun perbuatan di tayangan televisi, dalam kesehariannya. Ini bisa jadi satu pertanda bahwa anak memiliki daya tangkap yang cepat dan cerdas, dalam menirukan sesuatu. Bagi sebagian orang tua, hal ini dianggap positif. Meski begitu, hal positif sering diiringi dengan hal-hal negatif. Tentu saja hal ini memerlukan perhatian para orang tua. Terutama jika balita Anda, tengah belajar bicara dan sedang 'lucu-lucunya' mengopi ucapan orang lain. Artis cantik Femmy Permatasari juga mengakui bahwa banyak tayangan orang dewasa yang ditonton oleh balita dan ditiru oleh balita itu. Namun, menurut dia, untuk mencegah kata-kata yang tidak pantas diucapkan oleh anak balita, dia akan memberikan pengertian dan membicarakannya dengan anaknya itu. Femmy mengaku bahwa pendekatan agama ia pakai untuk melarang anaknya, Richita Permata Jaya, 2,5 tahun, saat meniru kata-kata kasar dari televisi. ''Saya selalu bilang bahwa Tuhan tidak suka ucapan seperti itu, dan Tuhan akan marah kalau kita bicara seperti itu. Kadang dia mengerti perkataan saya dan tak jarang ia nasihati temannya juga dengan kata-kata yang saya ucapkan. Tapi terkadang juga, dia bisa 'cuek' saja tidak peduli,'' ujar Femmy. Femmy sebenarnya cukup bangga dengan daya tangkap anaknya yang tergolong cepat. Ia mencontohkan bahwa Cinta (panggilan putrinya) senang menirukan salah satu iklan sampo, lengkap dengan menggoyang-goyangkan rambutnya. Di sekolah play grup pun, guru-guru Cinta mengatakan hal yang sama tentang daya tangkap putrinya tersebut. Namun, jika Femmy tidak pandai menyaring, dan mengawasi sang anak, bukan hanya ucapan dan hal-hal yang lucu akan ditirukan Cinta, tapi juga kata-kata yang tidak pantas diucapkan anak seusianya. ''Dia bahkan tidak mengerti artinya, dia hanya meniru saja. Karena itu, saya betul-betul pilihkan tayangan TV, yang memang untuk anak-anak. Selain itu, saya dan semua orang di rumah, juga harus belajar mengeluarkan kata-kata yang pantas dan tidak sembarangan bicara kalau di depan dia,'' tambah Femmy. Seperti juga yang dialami oleh Ningsih, 30, yang mendapatkan putranya Nabila, 3, sedang berteriak 'bedebah'. Terkejut, itulah reaksi Ningsih. Ia bingung, lantaran ia dan suami tidak pernah mengucapkan kata-kata seperti itu. Pembantu di rumah pun tidak pernah berkata sekasar itu. Ningsih betul-betul mengajarkan kepada semua anggota keluarga, untuk berhati-hati memilih kata yang ingin diucapkan, karena khawatir Abas akan meniru ucapan tersebut. ''Saat itu juga berpikir, apa mungkin tayangan Teletubies dan Barney (serial TV untuk anak-anak) ada ucapan seperti itu? Atau mungkinkah anak tetangga yang mengucapkannya? Tapi, setelah ditelusuri ternyata Abas memperolehnya setelah menonton telenovela bersama nenek dan pembantu saya,'' ujar Ningsih. Karena tidak mungkin melarang ibunya untuk tidak menonton telenovela, maka Ningsih hanya bisa memberi pengertian kepada Nabila bahwa itu perkataan kotor dan kasar. Ia juga tidak mungkin selalu mengawasi Nabila 24 jam, karena harus bekerja. Tetapi sebisa mungkin, ia melakukan sensor terhadap semua yang akan ditonton oleh putri pertamanya tersebut. ''Saya juga kasih tahu saat dia mengucapkan kata-kata yang kasar bahwa kata-kata itu hanya diucapkan oleh orang jahat dan tidak bagus untuk ditiru,'' tambah Ningsih.(LN/M-3)