Sebuah sinetron itu kalau sampai ditayangkan lalu dipertahankan lama oleh suatu
stasiun televisi pasti karena ratingnya tinggi .......... rating tinggi itu
kalau banyak yang nonton (dengan kata lain persentase yang nonton sangat
signifikan .... bahkan mungkin dibanding yang nggak nonton atau menolak nonton).

Jadi ...

Walaupun di sini ada yang protes atau marah-marah soal acara yang tidak
sepantasnya ditayangkan .... "in reality", banyak kok yang nggak menggemari dan
sepertinya, kita yang menolak cuma kaum minoritas :-(

aaNg



                                                                                       
                                                               
                      "Nur, Alam"                                                      
                                                               
                      <[EMAIL PROTECTED]                                               
                                                                 
                      r.com>           To:     <[EMAIL PROTECTED]>                     
                                                     
                                       cc:                                             
                                                               
                      12/07/2004 14:16 Subject:                                        
                                                               
                      Please respond           RE: [balita-anda] Mengapa Sinetron 
BUNGLON Harus DITOLAK                                               
                      to balita-anda                                                   
                                                               
                                                                                       
                                                               
                                                                                       
                                                               



saya setuju ajakan utk menolak pemutaran sinetron sejenis BUNGLON ini
pak/bu....meskipun saya sama sekali tidak pernah menonton sinetron ini ( maklum
udah dalam setahun terakhir ini saya jarang nonton TV )...he....he....

pak/bu....
masih ingat gak...Stasiun TV swasta mana yg paling sering menayangkan acara TV
baik film/sinetron/drama/tayangan keagamaan dll sbg yg penuh
KONTROVERSI??????????????? itu loh yang menyatakan dirinya PALING NGETOP.....

-----Original Message-----
From: Ivan Imadudin [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Saturday, July 10, 2004 9:28 AM
To: '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: [balita-anda] Mengapa Sinetron BUNGLON Harus DITOLAK






Rekan semua, ini ada sharing info dari milist sebelah,




Mengapa Sinetron "BUNGLON" harus ditolak?

Sinetron "Bunglon" yang ditayangkan di SCTV hari Minggu 19.00-20.00
memang luar biasa. Dari kacamata pendidikan, ia benar-benar penuh dengan
adegan antisosial yang mengerikan untuk dikonsumsi anak SMP.
Penggambaran adegan kekerasan fisik dan verbal seorang ibu yang
berprofesi sebagai pekerja seks kelas atas kepada Tari, anak gadisnya,
sungguh sadis. Tidak hanya itu, sang ibu juga memaksa Tari agar mau
bersikap manis kepada tamu-tamunya dan suatu saat melayani mereka
seperti yang ia lakukan. Namun, Tari yang rajin sholat itu seringkali
mendapat pelecehan seks dari tamu ibunya. Di sekolah, ia terpaksa harus
menerima kenyataan dikeluarkan dari genk-nya karena anggota kelompok itu
tidak menghendaki dia sholat. Nina, sang pemimpin genk yang terlihat
alim di rumah, dalam sinetron ini digambarkan memiliki perilaku yang
berkebalikan ketika di luar rumah atau di sekolah. Beberapa kali ia
terang-terangan membohongi kedua orangtuanya, yang ditandai dengan
senyum kepuasan yang khas. Pagi berangkat sekolah misalnya, tidak jauh
dari rumahnya, Nina segera melepas baju dan rok panjangnya dan
tinggallah baju pendek dan rok mininya dengan anting dan rambut yang
funky. Masih banyak perilaku sangat negatif yang dipertontonkan
sepanjang sinetron yang disutradari oleh Widi Wijaya, produser Gope
Samtani, dan dibuat oleh PT. Rapi Films.

Apa yang bisa kita lakukan?
* Pertama, kirimkan pernyataan PENOLAKAN terhadap sinetron ini dan
sinetron anak / remaja yang sejenis ke SCTV atau stasiun lain, dengan
tembusan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Berdasarkan pengalaman,
program TV yang banyak diprotes masyarakat bisa berakibat pada
penghentian penayangan. Jadi, ajak sebanyak mungkin lembaga atau
individu untuk mengirimkan pernyataan sikap.
* Kedua, upayakan anggota keluarga anda, atau lingkungan anda untuk
tidak menonton sinetron ini dan yang sejenis. Kalau sinetron semacam ini
tidak banyak ditonton, maka rating akan turun dan pengiklan akan lari ke
program lain sehingga secara alami program ini akan mati.
* Ketiga, sangat diperlukan gerakan-gerakan moral dari masyarakat dan
keberanian menyatakan sikap dan penolakan terhadap materi-materi yang
membahayakan moral dan masa depan anak dan remaja kita.

Alamat penting:
1. SCTV: Graha SCTV, 3rd floor
  Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 21, Jakarta 12930
  Telp. (021) 522-5555, Fax: (021) 522-4777 [EMAIL PROTECTED]
2. PT. Rapi Films; Telp: (021) Fax: (021) 3192-3675.
3. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
  Gedung Umawar Lt 5, Jl. Tendean no. 28, Jakarta Selatan
  Telp: (021) 5223218; Fax: (021) 5223219.
4. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia
  Jl. Teuku Umar 10, Jakarta 10350. [EMAIL PROTECTED]
  Telp (021) 3107030, 31927308; Fax: (021) 3192 7316.
5. Yayasan Kita dan Buah Hati
  Jl. Dewi Sartika 188, Cawang III, Jakarta Timur.
[EMAIL PROTECTED]
  Telp: (021) 8087 1763; F: (021) 9246 539.


=================================================
Pernyataan Bersama Menolak Sinetron "Bunglon"

Setelah mencermati sinetron remaja "Bunglon" yang disiarkan di SCTV pada
hari Minggu 20 Juni 2004 pukul 19.00-20.00, kami menemukan bahwa
sinetron ini mengandung hal-hal yang sangat bertentangan dengan
pendidikan. Tari, tokoh dalam sinetron ini, hidup bersama ibunya yang
berperan sebagai pekerja seks kelas atas dan berganti-ganti menerima
tamu di rumah. Tari sering mengelami pelecehan seks dari para tamu
ibunya, seperti dipegang tangannya, dagu, sampai pantat. Seinetron ini
juga mengungkirbalikkan norma kehidupan dan pola pengasuhan, menonjolkan
nilai-nilai antisosial seperti: anti pendidikan, ajakan ibu Tari untuk
memusuhi ayah kandungnya, dan adegan Nina, tokoh lain dalam sinetron ini
yang pandai mengelabui orangtuanya. Terdapat juga adegan bagaimana Tari
dikeluarkan dari geng mereka hanya karena Tari saja yang shalat
sementara yang lainnya tidak. Atas petimbangan hal-hal tersebut di atas
dan hal-hal lain yang ada dalam sinetron ini, maka kami yang tersebut di
bawah ini menyatakan dengan sangat
tegas:

Pertama, menuntut agar penayangan sinetron "Bunglon" yang diproduksi
oleh PT Rapi Films yang ditayangkan di SCTV untuk DIHENTIKAN. Kedua,
mengajak pengiklan dalam sinetron "Bunglon" (shampo Emeron, Daia, Smart
Klin, Rapika, Jasjus, Mie Sedap, dan Mitsubishi Grandia) dan biro iklan
untuk tidak memasang iklan dalam program-program televisi yang sarat
dengan nilai negatif dan berpotensi merusak moral anak dan remaja kitas;
Ketiga, mengajak para orangtua agar lebih mampu mengontrol dan kritis
dalam mempelajari naskah yang akan diperankan oleh putra-putri mereka,
karena hal ini akan sangat berpengaruh buruk pada anak-anak mereka dan
anak-anak lain yang menonton sinetron Bunglon maupun sinetron lainnya;
Keempat, menghimbau pihak Departemen Pendidikan Nasional terutama para
kepala sekolah dan pihak pengelola sekolah untuk tidak memperkenankan
penggunaan sekolah dan siswa-siswinya terlibat dalam pembuatan sinetron
ini maupun sinetron lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai
pendidikan, karena hal ini berarti melegalkan nilai-nilai negatif ke
seluruh negeri; Kelima, mengajak segenap lapisan masyarakat untuk secara
bersama-sama menyatukan langkah menolak segala bentuk tayangan televisi
yang dapat merusak moral dan masa depan anak dan remaja kita.

Jakarta, 23 Juni 2004

Kami yang membuat pernyataan bersama:
No  Nama   Lembaga Yang mewakili Kontak
1.  YKAI  (Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia) B. Guntarto 0213107030,
31902308 2.  AMAPP (Aliansi Masyarakat Anti Pornografi) Juniwati TMS
0213900446 3.  Kidia (Kritis Media Untuk Anak) Hanny Muchtar D
0218410563 4.  MARKA (Media Ramah Keluarga) Warsa Tarsono 0813145440467
5.  MWCC  (Media Watch and Consumer Center) Afdal M Putra 0217817211 6.
Yayasan Kita dan Buah Hati Elly Risman 02180871763

=============================================================

Ayo Protes "Bunglon'!
Oleh Nina M. Armando

Sebuah pesan singkat di handphone saya ahad malam lalu terlambat saya
buka. Isinya, "Cepat tonton 'Bunglon' di SCTV!" Saya baru membacanya
setelah tontonan itu berlalu. Saya bertanya kepada sahabat pengirim
pesan itu, ada apa dengan "Bunglon"? Ia menyatakan tontonan itu sangat
bermasalah dan membuatnya amat tersinggung. Sahabat saya telah merekam
tayangan itu. Ketika saya melihat rekaman tersebut, saya berpendapat,
sahabat saya benar. Apa yang saya lihat pada rekaman episode perdana
itulah yang akan saya ceritakan pada Anda. "Bunglon" berkisah tentang
dua gadis SLTP, Nina dan Tari. Nina (diperankan Fauziah Alatas) adalah
anak dari keluarga harmonis yang manis di rumah tapi 'liar' di luar
rumah. Ia menampilkan citra sebagai anak penurut, santun, dan tahu
tatakrama di hadapan kedua orangtuanya. Namun, begitu keluar rumah, ia
akan mengganti baju 'alim'-nya dengan rok ketat dan minim, berpenampilan
funky, dan berlagak sebagai preman sekolahan. Tari (diperankan Arini
Astari)  hidup hanya dengan ibunya, seorang perempuan panggilan. Tiap
pagi, saat ia pamit mengetuk kamar ibunya untuk sekolah, ia menyaksikan
ibunya baru bangun tidur dengan laki-laki yang berganti-ganti. Ibu Tari
mendewakan uang dan bersedia melakukan apa saja demi uang, walaupun
untuk itu ia harus mengorbankan anaknya. Ia bahkan berkata kepada Tari,
"Suatu saat kamu akan melakukan pekerjaan seperti mama!" Tari kerap
mengalami siksaan dari ibunya karena ia selalu menolak untuk melayani
atau duduk berdekatan dengan tamu-tamu ibunya (menurut istilah ibunya,
"bersikap sopan kepada tamu-tamu mama"). Bahkan, ia juga mengalami
pelecehan seksual dari om-om itu. Wajahnya dipegang-pegang, tangannya
dicium, dan pantatnya diraba. Namun, Tari selalu berdoa agar ibunya
diberi kesadaran. Ia juga rajin shalat. Di sekolah, ia shalat secara
sembunyi-sembunyi, karena sebagai anggota genk Nina, ia tidak boleh
shalat. Sinetron ini bermasalah terutama karena penuh dengan nilai-nilai
antisosial. Sinetron ini banyak dihiasi adegan kekerasan baik verbal
(melalui kata-kata) maupun perilaku, menampilkan nilai-nilai
antipendidikan, penyimpangan pola pengasuhan, pendewaan materi, dan
cukup banyak menampilkan seks. Pertama, tayangan ini menggambarkan
kaburnya nilai tentang yang benar dan salah, bahkan menjungkirbalikkan
norma-norma sosial. Nina misalnya menampilkan perilaku-perilaku religius
untuk menutupi perbuatan nakalnya. Ia mencium tangan ayah-bundanya,
mengucap "assalamualaikum" jika hendak pamit, bahkan berdoa, "Tolonglah
hamba-Mu ya Allah" saat hendak kabur dari rumah (saat berdoa ia memakai
pakaian superketat!). Atau, Tari dikeluarkan dari kelompoknya hanya
karena ia shalat. Ibu Tari juga berulangkali mengatakan bahwa profesinya
membuatnya ia mendapat uang banyak dan bahwa shalat serta sekolah tak
ada gunanya karena tak bisa membuat kaya. Kedua, saya sangat
mengkhawatirkan perilaku-perilaku religius yang ditampilkan para
pemainnya dalam sinetron ini dapat dianggap melecehkan agama bagi
sebagian orang. Beberapa adegan menampilkan agama (Islam) sebagai tameng
untuk perbuatan-perbuatan yang tidak sepantasnya. Ketiga, tayangan bagi
ABG ini menampilkan materi-materi yang dewasa. Ini tampak dari misalnya
perilaku seks bebas yang dilakukan oleh ibu Tari. Atau dari adegan Nina
dan teman-temannya membaca majalah Playboy. Salah satu gambar yang
dilihat mereka adalah gambar seorang perempuan yang setengah payudaranya
terbuka. Seorang anak laki-laki berkata kepada Lusi, anggota genk Nina
yang memegang majalah, "Lus, punya kamu segitu gede nggak?" Lusi
menjawab, "Jelas dong, terus kenapa? Mau lihat?" Ya ampun, bayangkanlah,
yang berbicara itu adalah anak-anak yang masih berseragam putih-biru!
Sinetron ini sungguh buruk bagi remaja. Nilai-nilai antisosial yang
dibawanya menjadikan tontonan ini sangat tak sehat bagi remaja. Jangan
lupa, remaja adalah kalangan yang rentan terpengaruh media dan karenanya
harus dilindungi melalui muatan yang sehat. Saya mengajak Anda untuk
memprotes sinetron ini.  Sinetron ini tak layak tampil demikian di ruang
publik. Tulislah surat pembaca mengenai sinetron ini atau suratilah
SCTV. Protes publik seperti itu akan membantu tayangan tak sehat ini
hilang dari layar kaca. Semoga kita peduli.






This communication is for use by the intended recipient and contains
information that may be privileged, confidential or copyrighted under
applicable law.  If you are not the intended recipient, you are hereby
formally notified that any use, copying or distribution of this e-mail,
in whole or in part, is strictly prohibited.  Please notify the sender
by return e-mail and delete this e-mail from your system.  Unless
explicitly and conspicuously designated as "E-Contract Intended",
this e-mail does not constitute a contract offer, a contract amendment,
or an acceptance of a contract offer.  This e-mail does not constitute
a consent to the use of sender's contact information for direct marketing
purposes or for transfers of data to third parties.

 Francais Deutsch Italiano  Espanol  Portugues  Japanese  Chinese  Korean

            http://www.DuPont.com/corp/email_disclaimer.html



---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]







---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke