Saya kok setuju sekali dengan mbak Rita ya. Bagaimanapun juga, anak TK itu belum bisa berpikir rasional seperti orang dewasa. Bisa jadi anak kita sdh berhati hati, tapi kalo temennya main dorong, apa boleh buat bukan? Kayanya menurut saya, mungkin sebaiknya mbak Rita jangan sendirian memberikan usul, melainkan mewakili suara dari para orang tua lain yg juga merasa kuatir dengan peraturan tsb. Tentunya disampaikan dengan cara bijak (bukan demo gitu...). Mungkin selam ini banyak juga orang tua yg cemas, tapi mereka tidak berani mengutarakannya. Jadi sebaiknya berunding dulu dengan para orang tua murid yg lain, apakah mereka pun merasakan kekhawatiran tsb. Setelah itu,..baru disampaikan ke sekolah melalui perwakilan orang tua murid.
Begitu mbak, semoga membantu -----Original Message----- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 27 Juli 2004 17:19 To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [balita-anda] Peraturan Taman Kanak-Kanak. (please sharringnya) Mbak, aku pun sudah ngomong seperti yang mbak katakam ke Domi, aku bilang kalau naik prosotan terus di dorong temen jatuh , kepala bisa berdarah dan harus pakai betadine (Domi paling takut dengan bethadine) jadinya setengah mengancam tapi mau gimana lagi ?, kalau Domi deket ayunan terus ayunannya didorong kenceng-kenceng, Domi bisa kena terus jatuh terus yach harus pakai betadine. Saat ini Domi ampuh dengan kata-kataku ini tapi apakah bisa seterusnya ?, rasa ingin anak aku rasa berkembang terus, sewaktu-waktu dia pasti ingin juga main seperti anak lain .... Karena ada kejadian kemarin, teman sekelas Domi bocor kepalanya sampai harus dijahit (aku belum tahu kelanjutan ceritanya) bikin aku stress berat, makanya tadi pagi aku ke gurunya, aku pikir kalau aku langsung ke Kep Sek kok ngelompatin gurunya seperti waktu Domi Playgroup dulu dan tadi gurunya pun mengatakan kepadaku cukup sulit mengawasi anak sedemikian banyak dalam satu arena bermain, aku ambil kesimpulan artinya gurunya sendiri sudah tidak sanggup, seperti yang dikatakan oleh guru playgroupnya tahun lalu. Makanya aku niat banget kalau sampai jam istirahat anak tidak boleh ditunggu mbaknya, aku mau bicara dengan Kep Seknya langsung, kalau akhirnya tidak berhasil apa boleh buat, aku harus cari TK yang lebih aman lingkungan bermainnya mesekipun jauh dari rumah. Kalau sudah kejadian, apakah sekolah bisa bertanggung jawab mengembalikan otak anak yang geger otak karena jatuh dari prosotan tinggi ? Aku rasa sich selama istirahat yang cuma sekitar 15 menit anak ditunggui mbaknya tidak mengurangi kemandirian anak malah membantu untuk mengawasi karena anak TK itu masih cukup sulit untuk diatur, apalagi kalau ada yang hyperaktif yang main seruduk, main dorong. guru-guru aku lihat cuma 2 orang yang mengawasi sekian banyak anak. Kadang aku berpikir, apakah peraturan dibuat tanpa dasar yang dipikirkan masak-masak, kalau gurunya saja merasa kesulitan artinya sama saja dengan tidak ada jaminan untuk keaman anak bermain ?, itu yang akan aku utarakan ke Kep Seknya nanti. Yang aku masih pikirkan benar enggak yach aku protes demikian ? Thanks yach mbak sharringnya..... Salam, Rita.- > Mama Domi, > > Aku dulu juga pernah mengalami hal yang sama seperti yg Mama Domi rasakan. > Kebetulan aku sendiri sebagai ibunya yang mengantar (aku bela-belain lho > minta ijin untuk dateng siang kekantor demi anak). Hari 1-3 masih > diperbolehkan masuk tapi diluar kelas, begitu waktunya istirahat aku > selalu > membuntuti anakku ketika bermain-main. Rupaya guru-guru mungkin membaca > pikiranku dgn berkata "Ibu jgn khawatir anak-anak tetap kita awasi kok". > Wah > sempet kecut juga waktu guru-gurunya ngomong begitu. > > Ternyata pada hari ke 4 semua pengantar tidak diperbolehkan masuk oleh > kepala sekolah dengan alasan > "ini semua demi anak-anak untuk bersosialisasi dengan keadaan sekitar". > Sebenarnya aku tidak tega dengan keadaan tsb > Melihat taman bermainnya (menurut aku agak rawan). Ada ayunan berdempetan, > perosotan yg agak tinggi, jungkang jungking, > Ada panjatan berbentuk 1/2 lingkaran, dan mainan yg seperti komidi putar, > hanya dengan beralaskan pelur semen. > > Melihat taman bermain seperti itu ada rasa takut sekali apabila anakku > jatuh, tapi mau gimana lagi? Akhirnya aku hanya melihat Dari luar pintu > gerbang dengan perasaan khawatir yg amat sangat. Untuk protes ke kepala > sekolah rasanya tak mungkin, peraturan tetap peraturan. > > Aku putar pikiranku gimana neh caranya ya? Akhirnya aku berinisiatif dan > ambil keputusan dengan "pemberikan pengertian kepada anak kita sendiri". > Contohnya : Nak, jangan terlalu tinggi mainan ayunannya ya... Karena kalo > tinggi2 nanti jatuh, kalo jatuh kepala bisa berdarah, dan kita mesti > kedokter, kalo kedokter nanti diobati, kan sakit, makanya jangan tinggi2 > ya... > > Ato... > Nak, kalo bermain jangan berebutan ya... Nanti kalo > berebutan sama temen2 nanti jatuh dan bla bla.... > > Dan alhamdullilah, dengan dikasih pengertian seperti itu, anakku cukup > bisa > mengerti, > > Tapi tentunya masih tetap diawasi oleh kita dan mbaknya lho, kontrollah > setiap dia pulang sekolah, tadi belajar apa aja, main apa, trus dgn teman2 > gimana, dsb > Paling tidak komunikasi ibu dengan anak, mbaknya terutama guru-gurunya > tetap > diutamakan. > > Ok. Semoga sharingnya bisa bermanfaat, tapi kalo tdk sreg aku minta maaf > ya > ..... > > > > -----Original Message----- > From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] > Sent: 27 Juli 2004 16:18 > To: [EMAIL PROTECTED] > Subject: [balita-anda] Peraturan Taman Kanak-Kanak. (please sharringnya) > > > Moms & Dads, > > Hari ini aku lagi stress nich, anakku Domi usia 3 tahun 9 bulan saat ini > sekolah di TK A yang dikelolah oleh yayasan Universitas Negeri Jakarta > (UNJ), kebetulan lokasinya dekat dengan rumah. Domi di sekolah tsb sejak > Playgroup. Untuk sistem pelajaran di TK tsb aku nilai cukup baik dan tidak > komersial, guru-gurunya pun cukup oke pendekatan dengan anaknya sangat > baik. > Di sekolah tsb ada peraturan yang mengharuskan pengantar anak keluar dari > lokasi sekolah, aku sebenarnya tidak keberatan dengan peraturan tsb > asalkan > tempat bermain anak aman untuk anak Playgroup dan TK dimana waktu > istirahat > bersamaan bisa sekitar +/- 60 murid bergabung sekaligus, akan tetapi > tempat > bermainnya beralaskan Conblok (bukan rumput) dan mainan yang disediakan > juga > ada beberapa yang berbahaya dan cukup tinggi sehingga kalau misalnya anak > jatuh dari atas mainan tsb sanat berbahaya. > > Waktu Domi playgroup, aku sempat protes ke Kepala Sekolahnya ketika > mbaknya > anakku di larang masuk ke halaman sekolah, dan saat itu Kep Seknya > mengatakan peraturan untuk anak TK, anak Playgroup tetap boleh di tunggu, > keesokan harinya mbaknya anakku boleh masuk dan selanjutnya aku lihat > semua > mbak-mbak yang nganter sekolah boleh masuk baik Playgroup masupun TK A/ TK > B, sehingga aku berpikir peraturan sudah berubah, hal itu berlangsung > sampai > tahun ajaran 2003/2004 berakhir. > > Tahun ajaran baru 2004/2005 baru berlangsung 3 hari keluar peraturan tsb > kembali, pengantar dilarang masuk, saat ini aku berpkir anakku sudah TK A, > satu-satunya jalan aku tekankan pada Domi bahwa waktu jam istirahat jangan > main di arena bermain aku suruh Domi lari-lari saja di rumput, dengan > asumsi > kalaupun jatuh tidak akan geger otak seperti jatuh dari ketinggian karena > mbaknya tidak boleh masuk ke area sekolah lagi, memang aku sadari dari > segi > psykologi tidak baik karena aku menakut-nakuti dan setengah mengancam > anak, > sampai Domi bilang, 'Kalau main di TK Domi enggak aman, pindahin aja > sekolah > Domi yang ada mainan aman...' Dari mbaknya aku dapat laporan Domi menuruti > kemauanku, dia hanya lari-lari di rumput dan menjauhi tempat bermain tsb. > Kendalanya ketika giliran masuk siang, udara cukup panas, sehingga Domi > enggak tertarik lari-larian di rumput, dan bertepatan dengan itu ada > kejadian, teman sekelasnya jatuh dari ketinggian mainan tsb dan kepalanya > bocor berlumuran darah, Domi menyaksikan sendiri temannya yang bocor tsb, > sehingga membuat heboh sekolah. Mendapat laporan kejadian tsb dari > pembantuku, ternyata ketakutanku selama ini menjadi kenyataan meskipun > bukan > terjadi pada anakku. > > Pagi tadi aku ke sekolah Domi, kebetulan hari ini Domi demam jadi tidak > sekolah, aku temui ibu guru kelasnya dan aku ceritakan keberatanku dengan > peraturan sekolah tsb, ibu gurunya yang super stress kemarin juga > mengatakan > bahwa cukup sulit untuk menjaga anak sekian banyak dalam areal bermain > akan > tetapi itu peraturan sekolah dan dia berjanji akan menyampaikan ke Kepala > Sekolah minimal selama istirahat mbak-mbaknya anak-anak bisa masuk area > bermain untuk membantu mengawasi. Aku pikir kalau peraturan itu tetap > berlaku, aku akan coba sekali lagi bicara dengan Kepala Sekolahnya kalau > tiadk berhasil juga mau enggak mau aku harus mencari TK baru untuk Domi > Cuma > konsekwensinya jauh dari rumah dan memakan waktu lama untuk pulang pergi > dari rumah yang mana mungkin membuat Domi tidak nyaman pada usianya yang > belum genap 4 tahun itu. Suamiku bilang aku mengada-ngada dan terlalu > memprotek anak, aku hanya berpikir dari kemungkinan terjelek saja dan > sudah > benar-benar terjadi bahwa pengawasan yang kuran di areal bermain yang > tidak > begitu aman telah menimbulkan korban, apalagi Domi anakku semata wayang > otomatis harus aku lindungi dan mbaknya pun ikutan stress karena tidak > bias > menjaga Domi maksimal, dia harus dari luar lokasi sekolah mengawasi Domi, > Domi hilang dari pandangannya dia jadi stress sendiri, kebetulan mbaknya > Domi sudah ikut aku lama dan sudah seperti saudara sendiri jadi dia pun > ikutan pusing. > > Moms and Dads, aku harusnya gimana yach ?, apa tindakanku protes peraturan > sekolah tsb salah ? > > Thanks sebelumnya atas sharringnya. > > Salam, > Rita.- > > > --------------------------------------------------------------------- >>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >>> Info balita, http://www.balita-anda.com Stop berlangganan, e-mail ke: >>> [EMAIL PROTECTED] > > --------------------------------------------------------------------- >>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >>> Info balita, http://www.balita-anda.com >>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] > > --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED] --------------------------------------------------------------------- >> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/ >> Info balita, http://www.balita-anda.com >> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]