Sekedar sharing juga,

kakak ipar saya, katanya lagi kecil suka  dimarahin/ dipukul sama mamanya, 
sampe skr kalo mamanya datang dari luar pulau, malah kabur, katanya gak 
pernah mau negur/ bicara. Lebih parahnya lagi, setelah married, liat mama 
mertua baik sama suami (kalo bertandang kerumah mama saya suka peluk / 
cium kepala kakak saya)  bisa marah and sampe berantem besar, akhirnya 
curhat kalo dalam keluarga dia gak ada yg gitu, jadi dia ngerasa 'jijik' 
'risih' and ga bisa terima






"fenty" <[EMAIL PROTECTED]> 
08/23/04 11:42 AM
Please respond to
[EMAIL PROTECTED]


To
<[EMAIL PROTECTED]>
cc

Subject
Re: [balita-anda] Fw: Artikel "Marah dengan Kasih Sayang"






Waduh...mbak...itu sih luka yg beneran luka...malah berbekas lagi...

Wah...bahaya juga dong ya ... kemarahan yg menimbulkan luka fisik bisa
menimbulkan dendam yg gak kesampaian pada turunan berikutnya dong. Jadi
sedih ya......ntar anaknya mbak kalau dah gede ada kemungkinannya begitu
juga dong ke anaknya. Nah kalau begitu gmn dong solusi nya?



-------Original Message-------



From: [EMAIL PROTECTED]

Date: 23 Agustus 2004 11:35:52

To: [EMAIL PROTECTED]

Subject: Re: [balita-anda] Fw: Artikel "Marah dengan Kasih Sayang"



Contoh kasus:

Kakak saya waktu umur 5 tahun pernah dipukul bibirnya dengan gayung oleh

Mami saya, gara-gara enggak mau disuruh mandi. Sampai sekarang bibirnya 
ada

bekas luka yang enggak hilang.



Setelah punya anak, kakak saya sering marahin dan mukul anaknya kalau lagi

kesel (udah sering saya bilangin padahal). Kalau ditegur Mami saya soal 
ini,

jawabannya: Mami aja mukul aku waktu aku kecil!



Ngenes nggak sih! Kalo saya sih anak baek, enggak pernah dimarahin!



----- Original Message -----

From: "fenty" <[EMAIL PROTECTED]>

To: <[EMAIL PROTECTED]>

Sent: Monday, August 23, 2004 11:55 AM

Subject: Re: [balita-anda] Fw: Artikel "Marah dengan Kasih Sayang"





Aduhh...jadi terharu nih bacanya....tnx ya mbak..



Btw...hanya pengen tahu lebih dalam lagi.....apakah setiap anak sewaktu

dimarahi ortunya selalu menimbulkan luka yg dalam (sep. ilustrasi di bawah

paku yg dicabut akan menimbulkan lubang). Atau kemarahan yg seperti apa yg

membuat anak merasa begitu terluka? Karena kok saya hampir tdk pernah tahu

sewaktu kecil saya dimarahin seperti apa...perasaannya (seingat2 saya) kok

marah ortu saya dulu seperti apa ya sehingga saya merasa gak pernah deh

dimarahin.



Salam,

Fenty



-------Original Message-------



From: [EMAIL PROTECTED]

Date: 23 Agustus 2004 10:30:26

To: balita-anda

Subject: [balita-anda] Fw: Artikel "Marah dengan Kasih Sayang"



FW: [daarut-tauhiid] Marah dengan Kasih Sayang"Ferry Hadary"

<[EMAIL PROTECTED]> ,wrote:



PETIKAN ARTIKEL:



- Bayangkan, betapa wajah lugu dengan sorot mata

berbinar itu meredup cahayanya karena api kemarahan

yang tidak hanya membakar Anda, tetapi juga jiwa tunas

muda yang sedang tumbuh tersebut.

- Ingatlah mereka hanyalah seorang kanak-kanak, bukan

orang dewasa dalam tubuh yang kecil!

- Mereka bukan anak ikan, yang begitu lahir langsung

bisa berenang.

- Mereka juga bukan anak ayam, yang begitu menetas

langsung bisa jalan.

- Mereka adalah anak manusia, yang memerlukan proses

untuk setiap tahap perkembangannya.

- Hilangkan rasa marah bila anak membuat kotor, atau

bersikap "nakal", yang mereka butuhkan adalah

bimbingan dengan kasih sayang. Bukankah selain sebagai

"penyejuk mata orang tuanya" anak juga sebuah "amanah"

yang dititipkan Allah kepada Anda, orang tuanya.



************************************************



MARAH DENGAN KASIH SAYANG

Marah dan kasih sayang adalah dua hal yang berbeda.

Ibarat api dengan air, kondisi ini memberikan efek

yang berlawanan kepada orang yang menerima. Istilah

dakwah dengan kasih sayang mungkin sudah biasa Anda

dengar, namun marah disertai kasih sayang, sudahkah

Anda lakukan?



Didie, balita gendut berusia 2 tahun itu menangis

menggerung-gerung di tanah. Baju putih bersihnya penuh

berlepotan tanah, suara tangisnya pun membahana.

Dengan mata melotot si ibu menarik tangan anaknya agar

bangun, dan sebuah cubitan dengan spontan membuat si

bocah berdiri diiringi tangis yang semakin tinggi

nadanya. Begitu ancaman cubitan kedua terlihat dari

tangan sang ibu, suara tangisnya ditahan menjadi

sedu-sedan.



Apa yang telah dilakukan bocah itu? Ternyata sepele

saja. Ia menginginkan mobilan kecil yang dibawa

sebayanya, anak tetangga sebelah. Keinginan yang

lumrah buat seorang anak yang belum mengerti definisi

kepemilikan. Pantaskah ibu memarahinya secara

berlebihan?



Umumnya seseorang akan melampiaskan amarahnya dengan

disertai emosi, tidak hanya kepada orang dewasa namun

juga kepada anak-anaknya. Padahal emosi ini berkaitan

erat dengan tingkah laku yang akan muncul. Baik berupa

ekspresi wajah maupun tindakan seperti, pelototan

mata, cubitan, umpatan, membanting benda, maupun

pemukulan.



Apa yang sering membuat orang tua marah secara

berlebihan? Stres acapkali menjadi pemicu kemarahan

orang tua. Beban kerja sebagai ibu rumah tangga dengan

pekerjaan yang tidak pernah selesai dan cenderung

monoton, juga salah satu penyebab stres. Atau beban

kerja di kantor juga bisa menyebabkan stres semakin

menumpuk. Tanpa sadar, ketika di rumah luapan stres

ini dilampiaskan dalam bentuk marah dan sikap keras

kepada anak-anaknya sendiri.



Betapa menyedihkan melihat anak yang seharusnya

mendapatkan kasih sayang tetapi justru menerima

tindakan kekerasan hanya karena orang tua mengalami

stres dan tidak tahu harus berbuat apa. Bayangkan,

betapa wajah lugu dengan sorot mata berbinar itu

meredup cahayanya karena api kemarahan yang tidak

hanya membakar Anda, tetapi juga jiwa tunas muda yang

sedang tumbuh tersebut.



Mungkin Anda pernah mendengar kisah seorang ayah yang

memberikan sekantong paku kepada anaknya yang

berkelakuan buruk. Kisah ini semoga memberikan Anda

ruang untuk berpikir, sebelum meluapkan marah kepada

buah hati tercinta. Kisahnya demikian, setiap kali si

anak marah atau tidak bisa mengendalikan diri, Sang

Ayah menyuruhnya memaku sebatang paku di pagar. Hari

pertama, banyak paku yang tertancap di pagar. Tetapi

dengan berlalunya waktu, si anak sampai pada hari di

mana tidak sebatang paku pun perlu ia tancapkan. Maka

datanglah ia kepada Ayahnya.



Si Ayah menyuruhnya mencabut kembali satu batang paku

setiap kali ia berhasil sabar dan menahan marah.

Ternyata pekerjaan mencabut ini, lebih sulit daripada

memaku. Ada lubang yang ditinggalkan begitu paku

berhasil dicabut. Setelah semua paku berhasil dicabut,

ia dapati pagar tidak kembali utuh seperti semula, ada

banyak bekas lubang-lubang paku. Apa komentar Ayah

yang bijak ini?



"Kau bisa menancapkan pisau di punggung orang dan

mencabutnya kembali, tetapi itu akan meninggalkan

luka. Tidak perduli berapa kali kau meminta maaf atau

menyesal, lukanya tetap tinggal. Ketahuilah luka

melalui ucapan sama perihnya dengan luka fisik."



Mari kita ambil hikmah dari nasehat ini, kalau Anda

memarahi anak dan kemudian meminta maaf atas

kekhilafan tersebut. Mungkin suasana kedamaian rumah

akan kembali normal, tapi tahukah Anda bahwa

perasaannya yang tergores karena amarah Anda tidak

akan hilang begitu saja? Bahkan bisa jadi kemarahan

Anda atas kesalahan yang ia perbuat justru menjadikan

anak pasif, takut mencoba dan takut melakukan

kesalahan kembali.



Sekarang bandingkan dengan Iklan deterjen ini, yang

pasti akrab ditelinga orang tua. "Bagi saya, kotor itu

tidak masalah, karena di balik kotor ada belajar!"

demikian ujar si ibu menanggapi tingkah anaknya yang

menyebabkan bajunya kotor semua. Tidak ada rasa marah

meskipun aktivitas anak tersebut akan merepotkan ibu.

Menambah beban kerjanya karena harus membereskan,

membersihkan rumah dan menambah cucian kotor.



Memang, menjadi orang tua yang baik adalah "proyek"

yang tidak pernah selesai dilakukan orang tua. Bahwa

betapa sulitnya menjadi orang tua yang baik, betul

adanya. Salah satu yang paling sulit adalah bagaimana

orang tua bisa mengendalikan emosi dalam mengasuh

anak-anaknya. Umumnya yang terjadi adalah ketika

menghadapi kenakalan anaknya, orang tua kehilangan

semua teori yang telah mereka peroleh dari buku-buku

ataupun seminar mengenai pola asuh anak. Seberapa

efektif marah yang diekspresikan orang tua mampu

meredakan kenakalan anak? Dari literatur diperoleh

hasil penelitian yang menunjukkan bahwa anak balita

masih belum bisa memahami hubungan antara tindakannya

yang 'nakal' menurut kacamata orang tua dengan pukulan

yang diterimanya. Anak hanya merasakan sakit karena

dipukul, tanpa tahu kenapa dipukul. Kalaupun ia tidak

lagi melakukan tindakan 'nakal'-nya, itu bukan karena

dia menyadari kenakalannya, tetapi lebih pada rasa

takut akan dipukul lagi.



Oleh sebab itu, kenapa Anda tidak marah dengan sepenuh

kasih sayang? Bukan berarti Anda meniadakan "marah"

dalam mendidik anak. Ketika Anda marah, haruslah dalam

kondisi bahwa kesalahan tersebut memang pantas untuk

dimarahi. Jangan campurkan kesalahan kecil dengan yang

besar, sehingga ketika saat Anda memang harus marah

itu akan berdampak efektif terhadap anak.



Biarkan anak menikmati setiap tahap kehidupannya.

Jangan tergesa-gesa membentuk dirinya. Apalagi

disertai emosi untuk mengaturnya sesuai dengan standar

Anda. Ingatlah mereka hanyalah seorang kanak-kanak,

bukan orang dewasa dalam tubuh yang kecil! Jadi

bersabar dalam menghadapi tingkah pola anak, adalah

sikap yang terbaik. Mereka bukan anak ikan, yang

begitu lahir langsung bisa berenang. Mereka juga bukan

anak ayam, yang begitu menetas langsung bisa jalan.

Mereka adalah anak manusia, yang memerlukan proses

untuk setiap tahap perkembangannya.



Perhatikan, betapa menggemaskan cara mereka belajar

merangkak, belajar berjalan, memasukkan makanan yang

berlepotan di lantai, atau ketika latah meniru satu

kata, tanpa mengerti makna. Hilangkan rasa marah bila

anak membuat kotor, atau bersikap "nakal", yang mereka

butuhkan adalah bimbingan dengan kasih sayang.

Bukankah selain sebagai "penyejuk mata orang tuanya"

anak juga sebuah "amanah" yang dititipkan Allah kepada

Anda, orang tuanya.



Moslem World

(Eva Deswenti)





---------------------------------------------------------------------

>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/

>> Info balita, http://www.balita-anda.com

>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]



.

Kirim email ke