terima kasih Ibu Ika artikelnya sangat menarik dan sarat dengan pesan2 moral
sejatinya Islam tidak melarang wanita bekerja,
tapi liat rambu2nya dan rambu2 itu sejatinya toh u/ kebaikan wanitanya sendiri

wassalam.
*) ketika masyarakat barat mulai menyadari kekeliruannya, kita disini malah mau ikut
kebarat-baratan.,
*) ketika anggota dewan mengatakan gajinya masih kecil jika dibandingkan negara 
lain..!!
*) ketika telkom menaikkan tarif pulsa, dg dalih tarif disini masih murah dibanding 
negara lain
*) ketika Nabi Muhammad SAW mengatakan 'hai para istri berhiaslah dan gunakan 
wangi-wangian
sebelum berhubungan mesra dengan suamimu'...tidak ditindak lanjuti..!??
namun ketika itu menjadi tips dalam bercinta yg tertulis di majalah/koran2/media TV
wah seperti hal yang baru dalam bertualang cinta/sex..padahal 14abad yang lalu
Nabi Muhammad SAW memberikan Tips tersebut..!!!


-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 27, 2004 4:52 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [balita-anda] Fw: [Funky_mom] Kepemimpinan 'Partnership'
Suami


ikutan ya ....

aku punya artikel menarik nih ... menurutku ... artikel ini memuat 2 versi 
( yang di bold dan tidak ).
semua kan kembali ke kita.   Jadi ibu rumah tangga boleh ... karir pun ok, 
asalkan jangan terlalu berlebihan sampai2
keluarga di tinggalkan.  Pintar2 kita membagi waktunya. Kalo kita punya 
kemampuan yang bisa berguna untuk kebaikan orang banyak kenapa enggak ?
Segala sesuatu kan tergantung niatnya.

Ini pendapatku loh .... semoga membantu.


*************************************


Titik Kemuliaan Ibu Rumah Tangga

"Rasa kasih sayang dalam rumah tangga memerlukan satu poros utama, dan ia 
adalah wanita yang menjadi ibu rumah tangga. Tanpa kehadiran ibu rumah 
tangga, maka rumah tangga akan kering tanpa makna." (Ayatullah Uzma Sayid 
Ali Khamenei) 
SESAAT menjelang bunuh diri, aktris kenamaan Hollywood, Marilyn Monroe, 
menulis sepucuk surat untuk kaum wanita seluruh dunia. Bintang iklan yang 
juga supermodel paling populer itu menyampaikan sebuah penyesalannya 
menjalani kehidupan di dunia ini. Salah satu kutipan dalam suratnya 
tersebut sebagai berikut: 
"âWaspadailah popularitas wahai wanitaâWaspadailah setiap kegemerlapan 
yang menipumu. Saya adalah wanita termalang di muka bumi ini, sebab saya 
tidak bisa menjadi seorang ibu. Sesungguhnya wanita itu seharusnya menjadi 
penghuni rumah utama. Kehidupan berumah tangga dan berkeluarga secara 
mulia di atas segalanya. Sesungguhnya kebahagiaan wanita yang hakiki 
adalah dalam kehidupan rumah tangga yang mulia dan suci, bahkan kehidupan 
berumah tangga adalah simbol kebahagiaan wanita dan manusiawi." 
Marilyn Monroe tak sendirian. Kini, banyak kaum perempuan barat mengikuti 
penyesalan Marilyn Monroe. Penyesalan ini lahir dari banyak hal yang telah 
mereka lakukan di luar fitrah mereka. Mereka menyesal atas kesibukannya di 
luar rumah. Karena kesibukan mereka di luar rumah, keluarga mereka menjadi 
rentan dihinggapi berbagai masalah. Penyelewengan, perselingkuhan suami 
istri, adalah masalah dominan yang kerap mengunjungi mereka. Karenanya, 
kegoncangan kehidupan rumah tangga, penyelewengan pendidikan anak yang 
menyebabkan mereka terlantar dan sengsara menjadi pelengkap penyesalan 
mereka. Tentu, secara fitrah, tak ada seorang wanita (ibu) yang tak 
menangis hatinya saat melihat anak-anaknya memiliki moral yang rusak, 
bebas berzina, hamil di luar nikah, aborsi, dan lain-lain. Tapi, inilah 
yang terjadi di barat sana. 
Kaum wanita yang hidup dalam liberalisme barat mulai menyadari bahwa 
persamaan, kesetaraan, dan kebebasan yang didengungkan banyak kaumnya di 
negeri mereka, sebetulnya telah merampas kebahagiaan dan fitrah mereka 
sendiri. Mahmud Mahdi Al Istambuli menyampaikan kabar kesadaran mereka itu 
sebagai berikut: "Mereka baru-baru ini mulai mengajukan persamaan dengan 
wanita Muslimah, sesudah mereka tahu apa tujuan di balik semboyan-semboyan 
dan slogan-slogan bohong itu. Wanita-wanita barat rindu mendapatkan 
kehidupan sebagaimana dialami wanita di negeri Islam. Mereka menuntut 
persamaan dengan kehidupan para Muslimah itu." 

***
MONROE berharap menjadi seorang ibu yang baik. Bahkan, ia menyatakan 
sendiri bahwa kebahagiaan hakiki seorang wanita adalah ketika ia mampu 
menjadi ibu, yang berkiprah total dalam kehidupan rumah tangga dan 
keluarganya. Berkhidmat dan taat sepenuhnya kepada suami, melahirkan anak, 
mendidiknya, membesarkannya, menjadikan mereka generasi yang taat kepada 
orangtua, dan generasi penerus perjuangan yang akan mampu mewujudkan 
peradaban mulia. 
Tentu, Monroe dan banyak kaum wanita yang kemudian menyadari kekeliruannya 
selama ini, melihat sebuah kemuliaan dalam status itu. Dan, secara tidak 
langsung, ia menyanggah bahwa kebahagiaan hakiki seorang wanita ada dalam 
gemerlapnya harta, tingginya kedudukan, pesatnya karier, dan lain-lain. 
Sesungguhnya, yang Monroe lihat adalah sebuah kebenaran. Kebenaran yang 
selama ini diajarkan Islam. Ajaran yang menempatkan wanita, terutama ibu, 
dalam posisi yang sangat mulia.
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei 
mengatakan, "Anda yang beraktivitas di luar rumah, baik Anda sebagai 
dokter, dosen di perguruan tinggi, atau profesi-profesi akademis lainnya 
yang pada tempatnya tentu relevan, tetap harus memberikan kiprahnya di 
dalam rumah. Masalah keibuan, status sebagai istri, rumah dan rumah 
tangga, semuanya merupakan hal amat fundamental dan vital. Anda bukanlah 
wanita yang sempurna jika Anda tidak menangani urusan di dalam rumah. Rasa 
kasih sayang dalam rumah tangga memerlukan satu poros utama, dan itu ialah 
wanita yang menjadi ibu rumah tangga. Tanpa kehadiran ibu rumah tangga, 
maka rumah tangga akan kering tanpa makna." 
Dr. Mien Uno, salah seorang tokoh perempuan negeri ini mengungkapkan hal 
senada. "Saya menganggap bahwa ibu rumah tangga adalah karir yang sangat 
terhormat. Akan tetapi, banyak masyarakat kita yang berpendapat bahwa 
status ibu rumah tangga bukanlah karir karena tidak bergerak dalam lingkup 
publik. Saya tidak mengerti yang dimaksudkan dengan lingkup publik. 
Bagaimanapun, menurut pendapat saya, justru ibu rumah tangga adalah posisi 
yang sangat terhormat karena dia melingkupi faktor-faktor sosial dengan 
keluarga, dengan masyarakat. Dia peletak dasar agama, kemudian sebagai 
seorang pendidik yang baik. Karenanya, dia berkarir sebagai ibu rumah 
tangga." 
Sebuah puisi dari Chages, Challenges and Choices: Women in Develompent in 
Papua New Guinea, mungkin menjadi daftar lanjutan layaknya posisi ibu 
rumah tangga mendapat tempat terhormat dan mulia. Berikut bait-bait puisi 
yang dimaksud: 
Istriku Yang Tidak Bekerja
Suatu ketika
Siapa yang mengerik sagu?
Siapa merawat ternak itu?
Menjadi tumbuh dan menjual makanannya
Hingga keluarga bertahan
Siapa menimba air di sumur?
Merawat dan menyayang anak-anak itu?
Merawat yang sakit?
Yang pekerjaannya menghabiskan waktu
Yang bagi lelaki untuk minum kopi, merokok, berpolitik dengan temannya?
Siapa hatinya tercurah bagi anak-anak?
Yang perjuangannya 
Tak terlihat
Tak terdengar
Tak dihargai
Tak terbantu
Membantu pembangunan?
Siapa peduli untuk bilang
Benarkah Istriku tidak bekerja? 
Keterhormatan profesi ibu rumah tangga tentu tidak berhenti di titik itu. 
Keterhormatan itu akan semakin lengkap manakala seorang ibu rumah tangga 
mampu mewujudkan tiga struktur rumah tangga, seperti yang diungkapkan 
Syeikh Muhammad Al-Ghazali, yaitu sakinah, mawaddah dan rahmah. 
Menurut Al Ghazali, yang dimaksud sakinah adalah hendaknya seorang ibu 
rumah tangga harus berpuas hati dengan pasangannya, demikian juga 
sebaliknya. Mereka harus menanamkan kesetiaan dalam kehidupannya. Seorang 
ibu rumah tangga sepatutnya tahu kesenangan suami. Menyediakan segala 
keperluan yang disukainya terlebih dahulu, sebelum meminta sesuatu 
darinya. Sementara mawaddah, berarti seorang ibu rumah tangga harus 
berupaya menumbuhkan rasa suka dan duka bersama keluarganya. Dan rahmah, 
berarti seorang ibu rumah tangga harus senantiasa mendasarkan setiap 
perilaku dan aktivitasnya di dalam rumah kepada akhlak yang mulia, serta 
tahu bersyukur atas nikmat yang diperoleh. 
Namun demikian, menjadi ibu rumah tangga yang mendapat kehormatan dan 
kemuliaan memerlukan kelayakan yang cukup. Wanita yang berhati batu, tidak 
pandai menaati suami, sering menuntut hak dan mengada-adakan masalah, 
tetapi gagal menunaikan tanggungjawab, tidak layak mendapat tempat 
terhormat dan mulia itu. Apalagi ia tidak mampu mewujudkan kehormatan 
anak-anaknya yang bakal menyambung kehidupan rumah tangga dan mewujudkan 
peradaban mulia. Kini, dengan catatan daftar kehormatan ibu rumah tangga, 
masih adakah yang menyebut bahwa ibu rumah tangga sebagai profesi terhina? 
Wallahua'lam. 



---------------------------------------------------------------------

DUKUNG situs Balita-Anda.Com sebagai Situs Terbaik Wanita & Anak 2004-2005 versi 
Majalah Komputer Aktif, dengan ketik: POLL ST WAN 2
ke nomor 8811, selama 16 Okt sd. 30 Nov. 2004.
Raih sebuah ponsel SonyEricsson K500i, dua buah ponsel Nokia 3100 dan 10 paket 
merchandise komputerakt!f bagi para peserta polling yang beruntung. Satu nomor ponsel 
hanya berhak memberikan satu suara dukungan untuk tiap kategorinya. Polling ini 
berlaku untuk pelanggan Telkomsel, Indosat maupun Excelcom dengan tarif Rp 1.500.

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke