Apakah ada sukarelawan Gema Nusa di milis ini..?. Halo..?

Saya jadi tambah gregetan aja nich ama ****Vision dan  lain2 yg bikin ini
filem. Salut buat pemerintah wilayah makassar yg udh narik ini filem dari
wilayah makassar.

Balitaku sayang....., semoga kelak waktu kalian udh jadi remaja, Produser2
filem yg bikin filem sekarang2 ini sudah pada pulang kampung ke negerinya.


rgrd

-----Original Message-----


>
>Sent: Thursday, November 11, 2004 2:20 PM
>Subject: [fhui-97] [Fwd: Film Virgin ---- BCG kedua ???]]
>
>
>
>sinopsis film Virgin..
>bagaimana pendapatnya???
>
>
>=================================
>Terlalu Vulgar Memotret Remaja
>
>Temannya jadi pekerja seks, satu lagi tampil di VCD porno, sedangkan dia
>menjadi pengarang sukses dengan mengangkat kisah temannya. Inilah yang
>menurut film "Virgin" potret remaja kini. Masa sih?
>
>Virgin, film yang dirilis dengan lanjutan judul "Ketika Keperawanan
>Dipertanyakan" niatnya ingin menunjukkan potret remaja metropolitan yang
>didalamnya tumbuh fenomena "rusak bersama". Di tengah semua remaja-remaja
>yang rusak itu, ada seorang remaja yang digambarkan tetap teguh memegang
>nilai, dalam artian ini yang dimaksud adalah keperawanan.
>
>"Bisa dibilang itulah potret remaja kita sekarang. Jaman sudah berubah,
>kita harus berani buka mata kita. Kita harus berani lihat luka kita, kalau
>realitasnya sekarang memang seperti ini," ujar sutradara Hanny R Saputra
>usai pemutaran perdana "Virgin" di Plaza Senayan, Selasa (9/11/2004).
>
>Virgin mengangkat tiga orang tokoh. Stella, anak orang kaya, yang seperti
>di film-film lainnya digambarkan kurang perhatian dan akhirnya menjadi
>anak broken home. Temannya, Ketie adalah anak yang lahir dari hubungan di
>luar nikah. Dia berasal dari menengah kebawah. Terakhir sang tokoh baik,
>Biyan.
>
>Ayah Biyan kerap bermain perempuan sehingga keluarganya hancur. Sedangkan
>Biyan, karena tak ingin seperti wanita-wanita yang kerap ditiduri papanya,
>memilih untuk mempertahakan keperawanannya.
>
>"Bagi gue, kehilangan virgin (keperawanan) sama seperti kehilangan harga
>diri," tulis Biyan pada diarinya.
>
>Untuk yang tak terlalu mengenal anak gaul dengan definisi Hanny Saputra
>penonton sangat mungkin terkaget-kaget melihat penggambaran remaja dalam
>film ini. Apa benar remaja kita sudah begitu jauh kebebasannya? Benarkah
>mereka sudah kebablasan?
>
>Lihat saja ketika adegan dibuka dengan perbincangan ringan tiga orang
>sahabat di sebuah kafe di mal. Tanpa malu-malu pada pengunjung cafe
>lainnya, Stella memasukan ponsel berkameranya ke dalam seragam sekolahnya
>dan mengambil gambar dadanya. Kemudian dia melakukan hal yang sama kepada
>temannya, Biyan.
>
>"Tuh kan punya lo lebih gede," lalu datang Ketie, Stella kembali melakukan
>hal yang sama. "Haha, ternyata Ketie yang paling gede," mereka pun
>tertawa.
>
>Usai tertawa, Ketie mengejutkan temannya dengan sebuah pernyataan. "Gue
>ingin ngelepasin virgin gue!".
>
>Untuk seks apa duit?" tanya Stella. Dengan tegas Ketie menjawab "Ya duit
>dong!"Kata-kata Ketie tersebut disambut gembira oleh Stella, "tuh kan gue
>tau lo nggak bertahan lama."
>
>Sementara Stella dan Ketie menyusun rencana mencari om-om untuk melepas
>keperawanannya, Biyan hanya bisa terdiam. Walau dalam hati tak setuju ia
>hanya bisa diam dan membiarkan temannya itu melancarkan aksinya.
>
>Tak lama seorang om pun ditemukan. Ketie datang menghampiri dua temannya,
>"dia mintanya 5 juta". "Minta 15, ya mentok-mentok 10 lah," ujar Stella
>tenang.
>
>Negosiasi lancar, di toilet khusus orang cacat di mal tersebut hilanglah
>keperawanan Ketie demi sejumlah uang yang akan digunakan untuk membeli
>handphone kamera dan baju-baju cantik demi pergaulan.
>
>Tak hanya dirayakan dengan belanja habis-habisan. Pulang dari mal, dengan
>muka bahagia Ketie yang duduk di kursi belakang mobil melepas BH nya.
>Lewat jendela mobil yang sedang berjalan di tengah jalan raya Ketie
>mengeluarkan badannya, melambai-lamaikan BH nya dan melemparkannya ke
>mobil belakang yang kebetulan diisi om-om. Tentu saja si om kegirangan
>melihat aksi tersebut.
>
>"Fenomena remaja kini mudah terpengaruh sama trend. Nah untuk memenuhi
>kebutuhan itu mereka masih tergantung sama orang tua. Nggak mungkin semua
>kebutuhan tren itu minta sama orang tua, makanya biasanya mereka
>terjerumus dalam hal-hal yang nggak bener," ujar Hanny Saputra sang
>sutradara beralasan tentang adegan-adegan nakal di filmnya.
>
>Makin Tidak Halus
>
>Semakin ke belakang film ini tak semakin halus lagi. Ketie yang sudah
>resmi tak perawan semakin giat mencari pelanggan di usianya yang 16 tahun.
>Dia baru sedikit terhenyak ketika seorang om-om melakukan kesalahan.
>
>Kepada Biyan ia mengadu. "Aduh. Om itu. om itu..,". Adegan dipotong sampai
>disitu, menurut sang sutradara harusnya kata-kata selanjutnya adalah, "om
>itu keluar di dalam".
>
>Namun kata-kata tersebut tak lolos di LSF. Hanny sebenarnya mengaku berat
>menerima putusan LSF karena niatnya memperlihatkan keliaran remaja menjadi
>kurang tergambarkan dengan baik.
>
>Usai kata-kata tadi, temannya Stella menyambut dengan tawa. "Gitu aja
>pusing, minum obat peluntur, terus loncat loncat aja,"ujar Stella santai.
>
>Lalu, loncat-loncatlah Ketie di kamar mandi sekolahnya yang sempit demi
>menghindari kehamilan.
>
>Tema seks sangat kental dalam film ini. Tapi maksud dan tujuannya tidak
>jelas. Semata-mata hanya ingin menunjukan potret remaja sekarang yang demi
>uang dan gaya hidup rela mengorbankan harga diri. Sekolah sebagai lembaga
>pendidikan pun sepertinya diabaikan.
>
>Berangkat kesekolah dengan rok super mini dan kancing yang terbuka sampai
>dada merupakan hal yang lumrah di sekolah antah berantah dalam film ini.
>Belum lagi tindikan dan tatto yang sudah dianggap sebagai asesoris
>sehari-hari.
>
>Ada pula adegan dimana ketika ingin memamerkan tatonya, para siswi tak
>malu membuka bagian belakang roknya di depan kelas dan memamerkan tato
>tersebut kepada semua temannya dari jarak dekat.
>
>Pelajaran "bergaul" yang dipaparkan dalam film ini memang sangat lengkap.
>Selain rokok slim yang tak pernah lepas dari tangan para tokoh dan minuman
>keras yang menjadi penghias tetap film, kata-kata kasar juga hal yang
>sangat biasa. Tak terhitung berapa kali penggunaan kata "Anjing", "F***",
>"S***" dan kata-kata makian gaya barat lainnya.
>
>Semua karakter dalam film Virgin juga dipukul rata, menjadikan seks
>sebagai tema utama. Dalam suatu adegan tampil Ari Sihasale sebagai
>sutradara. Ketika harus memainkan adegan low scene, sang aktris tampak
>kaku.
>
>Ale sang sutradara dengan kesal berteriak. "Gimana sih, kayak nggak pernah
>ML aja, kaya nggak pernah ciuman." Bukannya kesal sang aktris menjawab,"
>habis mulutnya bau om".
>
>Lihat pula dialog berikut hingga perlu untuk memunculkan pertanyaan.
>Seperti inikah profil remaja saat ini? Sebuah botol diputar, yang ditunjuk
>oleh botol harus melepas pakaiannya. Ketika sudah mencapai puncak, melepas
>pakaian sepertinya mulai membosankan untuk mereka. Taruhan pun digandakan
>berkali-kali lipat.
>
>"Lo pilih SP (oral sex) atau bugil," tantang Luna pada Stella. "Tanggung!
>ML aja sekalian," jawab Stella tak mau kalah. "Okey dua orang," Luna
>menjawab lagi. "Tiga sekalian," Stella menutup bursa taruhan.
>
>Setelah botol menunjuk sang korban, para lelaki yang ada di lokasi pun
>menggila. Sang korban langsung dibawa masuk ke sebuah mobil untuk membayar
>taruhannya tersebut.
>
>
>Tidak Memberi Pelajaran
>
>Penggambaran emosi yang cepat berubah dalam film ini cukup sering. Usai
>ditimpai kemalangan tak perlu banyak waktu untuk mengembalikan mood
>mereka, uang atau pesta saja sudah cukup membuat senang. Waduh!
>
>"Remaja memang gitu. Agak bias antara kepedihan dan kesenangan dan
>kemudaan, mereka gampang berubah," jelas sutradara Hanny Saputra.
>
>Film yang lolos dengan label dewasa ini agaknya sudah lari dari niat
>memberi pelajaran bagi para remaja. Belajar bagaimana bergaul yang buruk.
>Belajar bagaimana berpakaian yang buruk di sekolah maupun di luar sekolah,
>belajar menggunakan kata-kata kasar, dan belajar mengikuti kehidupan barat
>yang bahkan lebih barat dari aslinya.
>
>Tak pantas rasanya jika film ini mengklaim sebagai gambaran remaja
>Jakarta. Apalagi sutradara Hanny Saputra mengakui kalau ia hanya melakukan
>riset selama dua minggu, itupun hanya di kawasan parkiran Senayan saja.


-----Original Message-----
From: @yahoo.com>

Date: Thursday, December 02, 2004 11:54 AM
'Virgin" mengabaikan efek jangka panjang!!


>
>Setelah menonton film ini dan melihat antusias remaja terhadap film saya
merasakan kegetiran sebagai insting saya sebagai mahluk sosial, bahwa akan
terjadi pergeseran budaya karena jelas fenomena mereka ini menggambarkan
rasa ingin tahu mereka tentang isi film dan mengapa film ini beredar.
Setelah mereka menonton seluruh film dan melihat karakter dalam film
tersebut sudah pasti akan terjadi efek psikologi terhadap kehidupan
sehari-hari mereka kelak, mereka akan merekam tindak tanduk tokoh, gaya
berpakaian, dan juga mengalami empati karena merasakan peran yang dimainkan
tokoh dalam cerita.
>
>Karena yang mereka film tentang gaya hidup jalanan, hura-hura, dan penuh
dengan sensasi maka tidak menutup kemungkinan mereka akan tergiur untuk
mencoba bahkan menjalani, sayangnya difilm ini tidak ada yang dapat diambil
sebagai refleksi positif dari tema yang diangkat. Sangat jelas sekali
sutradar sekaliber Hanny R, tidak menjaga nilai sakral dari arti keperawanan
itu. Walau memang ada perilaku sosial seperti itu disebagian masyarakat,
khususnya kota-kota besar seperti Medan, Bandung, Yogjakarta, dan Jakarta,
haruslah ada peran media cetak dan elektronik lainnya agar memberikan
fakta-fakta tersebut. Saat ini peran mereka seperti hanya memberi pembenaran
kepada keberadan gaya hidup tersebut sebagai suatu sikap menerima saja.
Dilain pihak polisi sibuk untuk memberantas prostitusi dari berbagai
kalangan, sungguh signifikan sekali
>
>Kembali terhadap efek jangka panjang dari film "Virgin" yang dalam bahasa
Indonesia berarti perawan. Remaja yang menonton film ini tidak mampu untuk
menangkap pesan moral dengan baik, karena yang jelas mereka lihat hanya sisi
negatif remaja yang glamour dan jauh dari budaya asli, semuanya bergaya
barat.
>
>Saya pesimis kalo film ini dapat membawa pesan kepada penontonnya, bahkan
bisa saja membawa mereka menjadi tergoda menjalani kehidupan sex bebas
tersebut. Karena yang selama ini dijaga oleh budaya kita, norma sosial, dan
keluarga dapat menjadi liar bila mereka melihat norma tersebut sudah ada
yang melanggar dan sangat bebas ditonton ditempat umum.
>
>Apalagi tema yang diusung cukup baik tapi tanpa dukungan cerita yang bagus,
pesan moral yang tersimplikasi terasa sangat fiktif dan seperti tertawaan
saja. Sudah diakui bahwa film ini salah dalam menempatkan target
penontonnya, karena sebenarnya film ini untuk kalangan dewasa, tetapi tetap
saja tidak ada dari pihak pemutar film atau bioskop berusaha untuk memilih
dalam penjualan tiket.
>
>Film ini sangat meniru film Amerika yang berjudul The Thirthien, bahkan ada
sekuel yang sangat jelas mirip dengan film Coyote Ugly. Bahkan cerita SMA
yang sudah menjamur ditelevisi kini masih saja dibawa kembali, seperti sudah
kehabisan ide cerita.
>
>Tapi kembali saya mengembalikan penilaian film ini kepada masing-masing
pribadi...
>

>
>@transtv.co.id> wrote:

>gatra
>Film Virgin Ditarik dari Seluruh Bioskop
>
>Makassar, 27 November 2004 00:20
>
>Walikota Makassar, Ilham Arif Sirajuddin, memerintahkan penghentian
penayangan dan penarikan peredaran film Virgin dari seluruh bioskop di kota
ini, menyusul protes dari berbagai elemen masyarakat seperti MUI Makassar,
Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulsel, Komunitas Film Makassar dan
Pemberdayaan Perempuan Pemkot Makassar.
>
>"Mulai Jumat (26/11), film tersebut ditarik dari bioskop di Makassar untuk
sementara waktu," ujar Ilham kepada wartawan di Makassar, Jumat.
>
>Menurut dia, film Virgin yang telah tayang di beberapa bioskop di Makassar
sejak 23 November 2004, jauh dari nilai-nilai budaya orang Makassar dan
dikhawatirkan mempengaruhi secara negatif para remaja yang menonton film
tersebut, meski diakui bahwa film tersebut sebenarnya ingin memberitahukan
kepada masyarakat bahwa sesungguhnya ada pergaulan bebas anak remaja di kota
metropolitan.
>
>"Namun kita khawatir sekali pergaulan anak remaja kota metropolitan seperti
yang digambarkan dalam film itu akan merambah kota ini," ujarnya dengan
mengimbau orang tua untuk senantiasa mengawasi putar putrinya, terutama
anak-anak remaja yang temperamen emosinya masih mudah dipengaruhi arus
perkembangan mode dan gaya kehidupan masa kini.
>
>Film Virgin yang lebih cenderung memotret bulat-bulat dunia remaja,
dikhusukan untuk tontonan orang dewasa, namun ternyata film tersebut juga
digandrungi anak remaja usia kurang dari 21 tahun.
>
>Sementara itu, produser film Virgin, Chand Parvez Servia yang datang ke
Makassar mengaku tidak meyangka bila filmnya itu ditarik dari peredaran di
Makassar.
>
>Menurut Parwez, film ini hanya ingin memberikan pelajaran kepada masyarakat
khususnya kawula muda terhadap sosok seorang perawan atau gadis belia yang
hidup ditengah-tengah kota metroplitan dan bergelut dalam dunia pergaulan
bebas, tetapi mampu mempertahankan keperawanannya meski ditawari harga
tinggi oleh om-om hidung belang hingga puluhan juta.
>
>Selain itu, katanya, film ini juga membawa pesan bahwa hidup sukses yang
dicapai dengan jalan pintas akan menuai hasil yang tidak baik, sebaliknya
sukses yang diraih dengan jalan yang penuh perjuangan tanpa harus
mengorbankan kehormatan diri akan lebih mulia dan memberikan hal yang baik.
>
>Semetara itu anggota DPRD Makassar dari Fraksi PPP, Arifuddin Lewa
berpendapat bahwa masyarakat Makassar belum siap menerima film seperti itu
karena adat istiadat dan budaya siri` masih melekat dalam diri masyarakat.
[EL, Ant]


---------------------------------------------------------------------

DUKUNG situs Balita-Anda.Com sebagai Situs Terbaik Wanita & Anak 2004-2005 
versi Majalah Komputer Aktif, dengan ketik: POLL ST WAN 2
ke nomor 8811, selama 16 Okt sd. 30 Nov. 2004.
Raih sebuah ponsel SonyEricsson K500i, dua buah ponsel Nokia 3100 dan 10 paket 
merchandise komputerakt!f bagi para peserta polling yang beruntung. Satu nomor 
ponsel hanya berhak memberikan satu suara dukungan untuk tiap kategorinya. 
Polling ini berlaku untuk pelanggan Telkomsel, Indosat maupun Excelcom dengan 
tarif Rp 1.500. 

---------------------------------------------------------------------
>> Kirim bunga, buket balon atau cake, klik,http://www.indokado.com/
>> Info balita, http://www.balita-anda.com
>> Stop berlangganan, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke