----- Original Message -----
> Kalau Anda ke lokasi bencana di Aceh, tidak hanya rasa sedih yang 
muncul, tapi juga jengkel setengah mati. Ini saya rasakan di Krueng 
Mane (15 menit dari Lhokseumawe), sebuah desa pinggiran yang hancur.
>
> Di lokasi, ratusan mayat masih tersembunyi di sela-sela tumpukan 
kayu. Dan tidak jauh dari sana, para lelaki desa setempat yang tegap 
dan ganteng-ganteng duduk merokok sambil berbual. Kalaupun ada 
beberapa orang yang mengeluarkan tenaga, mereka memilih mencari 
hartanya yang hilang di reruntuhan rumah.
>
> Lelaki-lelaki itu membiarkan saja para tentara yang kelelahan 
bekerja sambil memanggul senjata berat. Komunikasi aparat dengan 
tentara seperti terputus. Saya yakin, daerah ini adalah sarang GAM.
>
> "Kami bekerja tanpa perlengkapan sama sekali. Bahkan sarung tangan 
pun tak punya. Jari-jari saya sering menancap ke tubuh yang membusuk, 
dan saya harus mengangkatnya. Kemarin saya menemukan 16 mayat," tutur
Pratu Suhardi dari Raiders 700.
>
> Ia adalah prajurit muda asal Sulawesi, dan sudah dua kali gagal 
menikah gara-gara tugas ke Aceh. Di lokasi bencana ini bantuan lebih 
dari cukup. Siang harinya, seorang camat berpakaian parlente, bermobil
Kijang Innova, dan berwajah cerah datang meninjau pos. Hanya satu 
menit, dia pun ngeloyor pergi. Entah apa arti kehadirannya di situ. 
Dan orang-orang pun tidak memperhatikannya.
>
> Menurut seorang warga yang selamat, sebenarnya tentara yang 
bertugas di daerah itu sudah berteriak-teriak mengingatkan penduduk 
untuk minggir dari wilayah pantai beberapa saat sebelum tsunami 
menerjang. Tapi sebagian penduduk membandel. Akhirnya seratusan
tentara dan brimob pun ikut jadi korban bersama penduduk yang sukar 
mereka halau.
>
> Di Lapangan Hira, Lhokseumawe, para petugas posko yang satu ribut 
dengan petugas posko yang lain. Bantuan yang kami bawa diperebutkan, 
dan kami bingung menyerahkan pada siapa.
>
> Apakah bantuan kurang? Tidak. Di posko-posko itu bantuan menumpuk 
hingga menyentuh tenda atap, termasuk bal-bal pakaian yang belum 
tersentuh tali pengikatnya. Entah mengapa belum dibagikan. Padahal 
beberapa bayi diayun ibunya tanpa celana karena mereka sudah
mengompoli satu dua helai celana yang tersisa dari rumah.
>
> Di Lhokseumawe ada komplek-komplek mewah seperti Komplek Pupuk 
Iskandar Muda (PIM). Di sini, kehidupan berjalan senormal mungkin. 
Direktur Umum-nya, Fauzie, menyatakan dia sedang sibuk karena harus 
menyambut atasannya dari Jakarta yang ingin turun ke Banda Aceh
dan akan singgah di Lhokseumawe.
>
> Banyak cerita sedih yang kami temukan. Seorang teman wartawan 
Prapanca FM di Medan baru saja ingin menikah di Krueng Mane, dan 
sampai saat ini entah bagaimana nasibnya. Seorang ibu yang baru 
melahirkan sudah merelakan dirinya diambil Tuhan dan menyuruh suami
membawa bayinya yang baru keluar untuk lari, tapi akhirnya justru dia 
yang selamat setelah tersangkut di atas pohon kelapa. Seorang bapak 
memanggul sepeda mini yang ia temukan tertutup pasir. "Hanya ini yang 
saya miliki sekarang, pemiliknya sudah meninggal," katanya.
>
Aceh memang punya sejuta cerita. Tapi cerita yang sebenarnya ada di 
lokasi.







AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke