Kontroversi WHO/FAO tentang Ambang Batas MSG

Ada beberapa hal penting yang redaksi sampaikan. Tentang kesepakatan JECFA
yang meniadakan ambang batas aman penggunaan MSG. Dalam artikel FG. Winarno,
Prof, 22 Maret 1992 yang mengundang polemik dengan Dr. Iwan T. Budiaso staff
pengajar kimia ITB. Namun keputusan JECFA th 1987 tersebut tidak lantas
diterima begitu saja oleh semua kalangan. Prof. Dr. Iwan Darmansyah, dari
bagian farmakologi FKUI pada artikelnya di Kompas tanggal 22 Juni 1988
menyatakan dosis maksimal yang ditetapkan WHO 120 mg/kgBB/hr sudah terlalu
tinggi, apalagi kalau dosis itu ditiadakan. Begitu pula nilai ambang batas
aman tersebut masih dipakai untuk pembandingan dengan penggunaan keseharian.

Lepas dari kontroversi bahaya tidaknya MSG, kalangan ahli gizi memang
beranggapan bahwa pemakaian MSG akan berpengaruh buruk terhadap masukan gizi
anak. Kalau Singapura, Korea, Jepang dan Taiwan kemudian ternyata lebih maju
dari Indonesia, itu bukan berarti karena banyak mengkonsumsi MSG, tapi punya
masukan gizi yang lebih baik dari pola makan sehat. Mereka makan daging,
ikan dan sayuran yang dibubuhi vetsin, sedang anak Indonesia hanya cukup
dengan pati yang dibubuhi vetsin!



http://www.halalmui.or.id/?module=article&sub=article&act=view&id=59


AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke