Saya sich bukan ngasih masukan, cuman kebetulan aja kemarin baca nakita, di
rubrik Jendela ada cerita yang mengalami Diabetes dan pengaruhnya kepada
kehamilan/janinnya.  Mungkin bisa dibaca.

AMIRA ALAMI KOMPLIKASI AKIBAT DIABETESKU

Chairunnisa (25) harus bergelut dengan penyakit diabetes sepanjang dua
kehamilannya. Kehamilan pertama berakhir dengan keguguran, sedangkan buah
hati dari kehamilan kedua lahir berkomplikasi. Hanya ketabahan dan kesabaran
yang membuat dirinya mampu menapaki hari-hari berat sepanjang kehamilannya.
Berikut penuturan perempuan yang bersuamikan Haryanto (25) dan ibu dari
Amira Hannan Muhklisa (3 bulan) kepada nakita.

Saeful Imam. Foto: Agus/nakita
 
BERAKHIR DENGAN KEGUGURAN

CUACA Jakarta yang cerah seperti memberi dukungan atas kebahagiaanku saat
itu. Hatiku melambung gembira begitu dokter menyatakan aku positif hamil.
Hal yang sama dirasakan pula oleh suamiku. Demi buah hati tercinta, saya
berusaha memberikan yang terbaik, di antaranya menyantap makanan bergizi
agar potensi kecerdasannya berkembang optimal. Bentuknya yang masih berupa
titik kecil selalu kutatap lama lewat pantauan USG dan ini sungguh membuatku
amat bahagia. 

Namun ketika kehamilan menginjak minggu ke-12, kebahagiaanku sedikit
terusik. Aku merasakan mulas-mulas dan mengalami vlek yang membuatku begitu
khawatir. Akhirnya, aku memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit dekat rumah,
tapi karena penanganannya tak memuaskan, aku segera beralih ke rumah sakit
lain. "Mudah-mudahan bayiku bisa diselamatkan," demikian aku berharap. 

Tapi rupanya harapan tinggal harapan. Dalam perjalanan menuju rumah sakit,
perdarahan yang kualami malah menghebat. Begitu sampai di RS dan dilakukan
pemeriksaan, aku dinyatakan keguguran. Rasa sedih, lemas, dan putus asa
langsung menyergapku. Bagaimana tidak? Janin yang kurawat baik-baik hilang
begitu saja. Aku pun mesti menjalani kuret yang sakitnya tak terkirakan.

VONIS DIABETES YANG TERLAMBAT

SEUSAI kuret muncul rasa penasaran dalam benakku, kenapa aku bisa mengalami
vlek dan janinku akhirnya gugur. Soalnya, dokter waktu itu cuma bilang
bayiku mungkin terkena kelainan kromosom. Beberapa penyakit yang cukup
membahayakan kehamilan seperti toksoplasma terus menghantui pikiranku. Guna
menjawab rasa penasaran itu, aku menjalani tes darah. Hasilnya ternyata jauh
dari dugaanku semula. Penyakit tokso yang semula kutakutkan dinyatakan
negatif, demikian juga dengan penyakit lainnya. Tapi ada satu hasil tes yang
justru tak pernah kubayangkan sebelumnya. Kadar gulaku menunjukkan angka
350. Itu artinya aku positif mengidap diabetes! 

Meski keluargaku memiliki riwayat diabetes, vonis itu laksana petir
menyambar di siang bolong. Kalau saja hal ini bisa terdeteksi sedini
mungkin, tentu aku bisa menyelamatkan janin pertamaku. Tak kalah heran,
mengapa ciri-ciri diabetes seperti banyak kencing dan dorongan makan minum
secara berlebihan sama sekali tidak pernah kurasakan? 

Untungnya, aku segera sadar buat apa berkeluh kesah. Aku pun segera
menjalani pengobatan diabetes secara intensif dengan berkonsultasi pada
dokter penyakit dalam. Salah satunya adalah keharusan menjalani diet agar
gangguan diabetes bisa terkontrol dan tidak merugikan kesehatan. Keinginan
untuk segera memiliki buah hati harus kupendam selama dua bulan lebih sebab
gangguan diabetes berat bisa mengancam kelangsungan janin.

BERATNYA MENJALANI KEHAMILAN

SETELAH beberapa bulan menjalani pengobatan dan kadar gulaku mulai stabil,
aku diperbolehkan hamil. Kabar ini tentu saja membuatku senang bukan alang
kepalang, meski menjalaninya ternyata tidaklah mudah. Soalnya, penyakit
kencing manis bersifat dua arah. Diabetes bisa memengaruhi kehamilan,
sementara kehamilan amat berpeluang memperberat diabetes. 

Itulah sebabnya, dokter menganjurkanku menjalani diet ketat dan mendapat
suntikan insulin setiap hari. Saat kehamilan mencapai usia dua bulan aku
bahkan harus menjalani rawat inap gara-gara kadar gulaku meninggi. Selepas
itu pun aku mesti menerima suntikan insulin setiap hari sebanyak tiga kali,
pagi, siang, dan sore, masing-masing dengan dosis 8 unit. Dosis ini pun
harus ditingkatkan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, jadi 12 unit
di usia kehamilan 6-7 bulan dan 23 unit di usia 8-9 bulan. Bisa dibayangkan
betapa repotnya aku saat hamil. 

Gangguan pertama yang kuhadapi adalah pembengkakan. Entah mengapa hampir
semua bagian tubuhku mendadak bengkak. Kadar asam uratku meninggi tak
terkendali. Gatal-gatal hebat pun kerap menyerang saat kadar gula meninggi.
Toh aku tetap bersyukur, semua penderitaan bisa kulalui dengan sabar karena
kupikir bukankah semuanya ini kujalani demi si kecil. Apalagi ketika lewat
pemeriksaan dengan doppler, USG maupun CTG (kardiotokografi), kondisi
janinku dinyatakan sehat dan normal. Tentu saja hal itu menguatkan hatiku
untuk menjalani persalinan.

LAHIR DENGAN BERBAGAI KOMPLIKASI

NAMUN, saat persalinan tiba aku justru seolah tak bertenaga sama sekali.
Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya kontraksi. Akhirnya, beberapa jam
kemudian persalinan sesar tak bisa kutolak untuk menghadirkan bayi cantik
dengan berat 3,6 kg dan panjang 48 cm. Begitu pulih dari pengaruh obat bius,
tak terperikan betapa bahagianya aku. Sama sekali tak terlintas pikiran
buruk mengenai bayiku. Apalagi saat itu dokter yang menangani juga tidak
memberi tahu bagaimana kondisi bayiku. 

Akan tetapi kebahagiaanku hanya berlangsung sesaat. Aku melihat ada beberapa
keanehan pada si kecil. Yang paling kentara adalah benjolan antara vagina
dan anus sementara dokter sendiri tidak menjelaskan apa sebenarnya tonjolan
itu. Padahal benjolan itu membuat si kecil begitu menderita. Setiap kali ia
menangis, tonjolan tersebut membesar, bahkan kadang mengeluarkan darah.
Bukan cuma itu. Jantungnya pun mengalami kebocoran cukup besar yang membuat
tubuhnya agak membiru dan sering berkeringat. Ia juga sering muntah dan tak
mau minum susu. 

Toh, dokter sempat menghiburku dengan mengatakan kebocoran jantung bayiku
lama-lama akan menutup dengan sendirinya seiring bertambahnya usia. Mengenai
keluhan muntah, dokter bilang akibat adanya gangguan pada langit-langitnya.
Ahcobaan apa lagi yang Kau timpakan pada hamba-Mu ini. 

Kondisi si kecil memaksaku bolak-balik antara rumah dan rumah sakit. Sebulan
lebih si kecil menjalani perawatan yang menghabiskan dana puluhan juta
rupiah hasil tabungan bertahun-tahun. Lagi-lagi aku mencoba untuk bersikap
tabah. Tapi kegeramanku pada sikap dokter tak bisa kutahan. Untunglah suami
dan keluarga tetap memberiku support untuk tidak menimpakan kesalahan pada
para dokter. 

Melihat bayiku tak kunjung memperlihatkan perbaikan, kami mencoba pengobatan
alternatif. Dokter di sini mengatakan, muntahnya si kecil bukan karena
gangguan pada langit-langit, melainkan akibat overdosis obat yang membuat
kadar asam lambungnya meningkat. Setelah menjalani terapi beberapa waktu,
keluhan muntahnya berhenti. Rasa syukur semakin memotivasiku untuk
mengupayakan kesembuhannya. Kini, tonjolan yang terdapat di alat kelaminnya
berangsur mengecil. Berkat kerja keras dokter jantung anak, kebocoran
jantungnya juga semakin bisa tertangani. Tak habis-habisnya kami
menghaturkan rasa syukur pada Yang Maha Kuasa. 

-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, March 30, 2005 10:35 AM
To: balita-anda@balita-anda.com
Subject: [balita-anda] KEHAMILAN DAN DIABETES

Tolong berikan masukan kalau ada yg mempunyai pengalaman atau artikel
tentang kehamilan dan penyakit gula/DIABETES.

Rgds  




AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke