Empat Gunung Berapi di Jawa 'Batuk-batuk'                                      
                                                                                
                                                                                
                 
 Rabu, 13 April 2005 | 20:07 WIB                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 TEMPO Interaktif, Jakarta:Empat gunung berapi di Pulau Jawa mengalami 
peningkatan aktivitas vulkanik. Gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat mengalami 
peningkatan aktivitas yang paling drastis sehingga dinaikkan statusnya dari 
Normal (level 1) menjadi      
 Siaga (level 3). Adapun Anak Gunung Krakatau di Selat Sunda, Merapi di Jawa 
Tengah dan Semeru di Jawa Timur dinaikkan statusnya menjadi Waspada (level 2).  
                                                                                
                    
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Menurut Kepala Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen 
Energi dan Sumber Daya Mineral Surono, Tangkuban Perahu dinaikkan statusnya 
menjadi Waspada atau level 2 pada Rabu (13/4) pukul 5.45 WIB. "Tetapi kemudian 
statusnya ditingkatkan 
 lagi menjadi Siaga (level 3) pada pukul 12.00 WIB ketika mengalami peningkatan 
aktivitas vulkanik signifikan," katanya ketika dihubungi Tempo Rabu (13/4) 
malam.                                                                          
                      
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Surono menguraikan bahwa Tang kuban Perahu, dalam kondisi normal, biasanya 
mengalami gempa vulkanik dalam dan dangkal antara 2 sampai 7 kali kejadian 
sehari dengan besaran goncangan sekitar 2-3 skala Richter. Nyatanya, seharian 
ini, gunung yang terletak   
 di utara Bandung itu telah mengalami sekitar 100 kejadian gempa vulkanik dalam 
maupun dangkal.                                                                 
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Menghadapi hal ini, kata Surono, masyarakat tidak perlu panik. Yang perlu 
dikhawatirkan dari letusan gunung sendainya terjadi adalah keluarnya gas 
beracun seperti karbonmoksida, sulfur dan belerang. "Oleh karena praktis kita 
melarang adanya kegiatan atau  
 aktivitas di sekitar gunung," katanya.                                         
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Sementara itu, menurut Surono, status Gunung Anak Krakatau dinaikkan menjadi 
Waspada karena adanya peningkatan aktivitas gempa dari 2-9 kejadian per hari 
menjadi 32 kejadian per hari. Menurutnya, sejak tanggal 2 April pukul 00.00 WIB 
telah terjadi         
 peningkatan gempa vulkanik dalam dan dangkal di gunung yang terletak di Selat 
Sunda itu.                                                                      
                                                                                
                  
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Peningkatan gem pa Anak Gunung Krakatau mulai terjadi pada 1 April rata-rata 
2-9 kejadian per hari. Sekitar seminggu kemudian, terjadi peningkatan gempa 
vulkanik sebanyak 32 kejadian per hari. Begitu juga dengan Semeru dan Merapi 
yang mengalami gempa      
 vulkanik sekitar 34 kejadian sehari. "Oleh karena itulah mereka kita naikkan 
stausnya dari Normal menjadi Waspada," katanya.                                 
                                                                                
                   
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Dengan naiknya, aktivitas gunung-gunung berapi itu, menurut Surono, pihaknya 
juga meningkatkan evaluasi dan pengamatan aktivitas melalui Tim Tanggap Darurat 
DVMPG (Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) yang ada.           
                   
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Surono mengelak menjelaskan apakah peningkatan aktivitas vulkanik terjadi 
akibat adanya peningkatan aktivitas tektonik lempeng bumi. "Kalaupun iya apakah 
ada bedanya?" tanyanya. Yang pasti, ia mengakui sudah ada evakuasi sebagian 
dari penduduk yang        
 tinggal sangat dekat dengan Gunung Tangkuban. "Selama statusnya belum turun, 
tidak boleh ada yang mendekati gunung," ujarnya.                                
                                                                                
                   
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Tangkuban Parahu Berstatus Siaga                                               
                                                                                
                                                                                
                 
 Rabu, 13 April 2005 | 20:27 WIB                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 TEMPO Interaktif, Bandung: Aktivitas Gunung Tangkuban Perahu di Kabupaten 
Bandung, Jawa Barat, kian meningkat. Taman wisata alam yang berada di dekat 
gunung, ditutup untuk umum. Kepala Subdirektorat Vulkanologi dan Mitigas 
Bencana Geologi Dr. Soerono      
 menyatakan, status siaga kini sudah diberlakukan.                              
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Dalam satu hari, kata dia, status gunung yang tadinya aktif normal 
ditingkatkan menjadi waspada, hingga terakhir dinaikkan menjadi siaga.          
                                                                                
                             
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Naiknya status itu, disebabkan terjadi peningkatan sangat mencolok. 
Berdasarkan alat pencatat gempa, siesmograf, sejak Rabu pukul 00.00 hingga 
05.48 WIB telah terjadi ratusan gempa vulkanik di Tangkuban Parahu.             
                                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 "Karena itu, mulai pukul 13.00 WIB status Tangkuban Parahu dinaikkan menjadi 
siaga," kata Soerono di Bandung, Rabu (13/4).                                   
                                                                                
                   
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Soerono menjelaskan, gunung Tangkuban Parahu mempunyai                         
                                                                                
                                                                                
                 
 sistem k awah yang sudah membuka. Dengan sistem itu,                           
                                                                                
                                                                                
                 
 jika gunung itu meledak, efek letusannya tidak besar.                          
                                                                                
                                                                                
                 
 Disebut membuka karena di puncak gunung itu tidak                              
                                                                                
                                                                                
                 
 terdapat satu kawah tunggal. Di sana terdapat 12                               
                                                                                
                                                                                
                 
 kawah, dengan 4 kawah di antaranya merupakan kawah                             
                                                                                
                                                                                
                 
 utama yang diameternya cukup besar.                                            
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
   Gangguan Gunung Meletus Efek Gempa Nias                                      
                                                                                
                                                                                
                 
 Rabu, 13 April 2005 | 21:15 WIB                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 TEMPO Interaktif, Bandung: Meningkatnya beberapa status gunung api di wilayah 
barat Indonesia, menurut Kepala subdit Pengawasan Gunung Api Wilayah Timur 
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Syamsul Rizal, merupakan 
efek domino dari gempa    
 yang terjadi di Nias.                                                          
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Meletusnya Gunung Talang di Sumatera Barat,                                    
                                                                                
                                                                                
                 
 serta naiknya status gunung api aktif yakni Gunung                             
                                                                                
                                                                                
                 
 Krakatau dan Gunung Tangkuban Parahu. "Ada apa? Logika yang masuk akal adalah 
karena efek domino gempa ini (Nias). Dan gempa di daerah subduksi ini masih 
jalan terus meskipun mungkin enerjinya semakin kecil,"kata Syamsul di Bandung, 
Rabu (13/4).           
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Naiknya aktivitas Gunung Tangkuban Parahu menjadi siaga dengan menunjukkan 
gejala gempa vulkanik yang menerus atau tremor gunung api. Gejala itu, menurut 
Syamsul, merupakan gejala khas yang dimiliki oleh Gunung Tangk uban Parahu di 
Kabupaten Bandung.      
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Menurut Syamsul, gempa yang hanya dirasakan oleh alat                          
                                                                                
                                                                                
                 
 pencatat gempa disebabkan oleh perubahan tekanan gas                           
                                                                                
                                                                                
                 
 yang berada di bawah gunung Tangkuban Parahu. Gas itu                          
                                                                                
                                                                                
                 
 tercipta oleh rembesan magma ke dalam kantung-kantung                          
                                                                                
                                                                                
                 
 air di bawah permukaan bumi. Air yang dipanaskan ini                           
                                                                                
                                                                                
                 
 berubah menjadi gas dan terkumpul di dalam bumi. Di                            
                                                                                
                                                                                
                 
 beberapa tempat, kantung-kantung gas yang berada di                            
                                                                                
                                                                                
                 
 bawah perut Gunung Tangkuban Parahu berisi gas karbon                          
                                                                                
                                                                                
                 
 dioksida (CO2) dan Gas Belerang (H2S).                                         
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Syamsul meyakini, perubahan tekanan itu dipengaruhi                            
                                                                                
                                                                                
                 
 oleh bergeraknya lempeng subduksi yang menyebabkan                             
                                                                                
                                                                                
                 
 gempa Nias. Perubahan tekanan akumulasi gas yang tidak                         
                                                                                
                                                                                
                 
 stabil itu mampu menekan dinding gunung sehingga                               
                                                                                
                                                                                
                 
 membuat dinding gunung Tangkuban Parahu ikut bergerak                          
                                                                                
                                                                                
                 
 sehingga terekam oleh seismograf. "Kalau dia (dinding gunung) tidak mampu 
menahannya, bisa retak,"kata Syamsul. Rekahan ini, mampu memancing magma gunung 
api yang selama ini t erjebak untuk merembes keluar.                            
                      
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Menurut Kepala Sub Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 
Soerono, analisis koleganya hanya satu kemungkinan saja. Analisis itu, bisa 
digunakan untuk                                                                 
                            
 menjelaskan terjadinya letusan Gunung Talang di                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Sumatera Barat. "Kondisi tekanan di bawah gunung api sudah tinggi, terganggu 
sedikit saja dari energi yang lepas dari (gempa) tektonik itu bisa saja 
jeleger. Tapi kalau tekanannya tidak tinggi, (gempa Nias) hanya menambah 
tekanan saja, tidak               
 apa-apa,"katanya.                                                              
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Menurut Soerono, aktivitas Gunung Talang belum bisa                            
                                                                                
                                                                                
                 
 dikatakan menurun kendati ketinggian material letusan                          
                                                                                
                                                                                
                 
 sudah turun. Sebelumnya letusan gunung itu bisa                                
                                                                                
                                                                                
                 
 memuntahkan material mencapai ketinggian 500-1.500                             
                                                                                
                                                                                
                 
 meter, sekarang menjadi 250 meter dari kawah.                                  
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Selain mengumumkan kenaikan aktivitas Gunung Tangkuban                         
                                                                                
                                                                                
                 
 Parahu di Bandung, Rabu, Soerono juga mengumumkan                              
                                                                                
                                                                                
                 
 naiknya status Gunung Krakatau yang tadinya aktif                              
                                                                                
                                                                                
                 
 normal menjadi waspada. Penin gkatan status itu,                               
                                                                                
                                                                                
                 
 disebabkan oleh naiknya aktivitas gempa vulkanik di gunung itu. Pada saat 
normal, seismograf mencatat, gempa vulkanik Gunung Krakatau terjadi 2-9 
kejadian per hari, sejak Rabu (13/4) Direktorat Vulkanologi mendapati aktivitas 
itu meningkat menjadi         
 rata-rata 32 kejadian gempa vulkanik dalam sehari.                             
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Ratusan Ikan Ditemukan Mati Di Pantai Festival                                 
                                                                                
                                                                                
                 
 Rabu, 13 April 2005 | 21:17 WIB                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 TEMPO Interaktif, Jakarta: Ratusan ikan berekor dan bersirip kuning ditemukan 
mati terapung di Pantai Festival Ancol, Rabu (13/4) oleh Dinas Peternakan 
Perikanan dan Kelautan dan BPLHD Jakarta Utara. BPLHD menduga ada ribuan ikan 
mati di beberapa titik    
 lainnya.                                                                       
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Kepala BPLHD Jakarta Utara Supardiyo mengungkapkan hal ini kepada wartawan. 
?Kami memang temukan ikan-ikan mati terapung di Pantai Festival. Namun menurut 
nelayan ikan tersebut bukan ikan teluk tetapi dari lepas pantai. Bisa jadi 
jumlahnya memang ribuan.  
 Ini baru di satu titik saja?kata Supardiyo.                                    
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 BPLHD melakukan pengambilan sample air di beberapa titik seperti di Pantai 
Marina, Pantai Festival, Pantai Bende, Pantai Manggala dan Pantai Mercure mulai 
pukul 11.00. Namun pada saat itu ditemukan kondisi air masih normal dengan 
tingkat keasaman (PH)     
 berkisar antara 7,86. Namu n pada pukul 13.30, pihak BPLHD dihubungi dinas 
perikanan yang mengatakan bahwa banyak ikan mati terapung. Maka meluncurlah 
mereka ke Pantai Festival.                                                      
                         
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
 Melihat banyaknya ikan yang mati, kata Supardiyo, menduga bahwa hal ini bukan 
karena limbah atau pasang merah. Hal ini karena air tidak menunjukkan perubahan 
warna dan tingkat keasaman. Diduga penyebab kematian kematian ikan sepanjang 10 
senti meter ini   
 adalah perubahan kondisi fisis sedimentasi dari dasar dan kualitas dasar air. 
Disamping itu juga karena perubahan suhu yang dinilai cukup sensitive bagi 
biota laut. ?Mungkin factor suhu, kepanasan atau memang kedinginan. Bukan 
karena limbah atau pasang    
 merah.?katanya lagi.                                                           
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 

                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 
                                                                                
                                                                                
                                                                                
                 



================================================================================

As of 01/10/2004, the email address [EMAIL PROTECTED] of your correspondent
will be replaced by [EMAIL PROTECTED]

AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
================
Kirim bunga, http://www.indokado.com
Info balita: http://www.balita-anda.com
Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]

Kirim email ke