ooo....maaf, terlalu panik...
...makasih ya ummi-nya Dilla, aku cek lagi deh diarsip...

Irmalida
www.babiesonline.com/babies/s/shinnichivega


  ----- Original Message ----- 
  From: [EMAIL PROTECTED] 
  To: balita-anda@balita-anda.com 
  Sent: Wednesday, July 06, 2005 10:10 AM
  Subject: Re: [balita-anda] FW: [Attention] HATI2x IMUNISASI ANAK


  Ibu anggota baru ya? soalnya artikel ini udah pernah dibahas Bu.... dan 
jangan salahin imunisasinya. Anak-anak dari anggota milis ini udah banyak kok 
yg diimunisasi HiB, dan gak masalah...ya kan Parents? So tetep aja anak Ibu 
dibawa buat imunisasi HiB, don't worry.
  Mohon maaf jika kurang berkenan.

  Salam,
  Umminya Dilla

  ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
  MIS Department
  PT Omron Manufacturing Of Indonesia
  Tel. 62-21-8970111 ext. 513
  Fax. 62-21-8970121
  e-mail : [EMAIL PROTECTED]
  ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
  "Irmalida" <[EMAIL PROTECTED]>


                "Irmalida" <[EMAIL PROTECTED]> 
                01/02/1997 11:11 AM Please respond to
                      balita-anda@balita-anda.com 

       

              To 
              <balita-anda@balita-anda.com> 


              cc 
             


              Subject 
              Re: [balita-anda] FW: [Attention] HATI2x IMUNISASI ANAK 
              
       

  Dear Parents, (" bingung, style...sambil garuk-garuk kepala)

  Waduh...pas banget nih info, rencananya Jumat ini sy mo cuti, mo HiB-in my
  ShinnichiVega... tapi jadi agak-agak ragu nih, info dibawah bikin hati
  terenyuh dengernya, miris bang nget, mohon pencerahan dan kepastian, karena
  jumat ini sy sudah janjian sm dsanya vega...

  terima kasih sebelumnya,

  Irmalida
  www.babiesonline.com/babies/s/shinnichivega

  ----- Original Message -----
  From: Khairani <[EMAIL PROTECTED]>
  To: <balita-anda@balita-anda.com>; <[EMAIL PROTECTED]>
  Sent: Tuesday, July 05, 2005 4:59 PM
  Subject: RE: [balita-anda] FW: [Attention] HATI2x IMUNISASI ANAK


  Apakah diantara anggota millist ada yg dsa.. mungkin bisa memberikan
  tanggapan...??

  Nani


  -----Original Message-----
  From: Siswanto, Heri (HID) [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: 05 Juli 2005 16:17
  To: [EMAIL PROTECTED]; balita-anda@balita-anda.com
  Subject: [balita-anda] FW: [Attention] HATI2x IMUNISASI ANAK

  Ibu/Bapak ada tanggapan mengenai hal ini ?




  Dari milis tetangga,

  Mungkin bermanfaat..



  -----


  From : Istriyanto
  Sent: Tuesday, April 26, 2005 4:29 PM
  Subject: SHARING PENGALAMAN/KISAH NYATA


  Ini kisah  nyata  yang saya  alami, sebagai  informasi / pelajaran  bagi
  Rekan-rekan jika suatu saat ada yang menghadapi cobaan seperti yang saya
  alami.

  Saya salah satu karyawan Kantor Pusat di Perusahaan kita, saya menikah
  pada
  pertengahan tahun 2001, saya mempunyai Istri  "I"  yang dulunya juga
  adalah
  karyawan di Perusahaan kita (Cab. Fatmawati), dan karena untuk mematuhi
  peraturan di perusahaan (tidak boleh menikah antar sesama Karyawan),
  Istri
  saya mengundurkan diri dari Perusahaan.

  Sejak Menikah (th.2001), Istri saya telah mengalami dua kali keguguran,
  yang
  pertama +/- pada kehamilan berumur 2,5 bulan, dan yang kedua sempat di
  Operasi "Kuretase" karena usia kehamilannya telah berumur 3,5 bulan.

  Penyebab keguguran, menurut dokter "K" di RS "A"  Panglima Polim/Jakarta
  ,
  karena Istri saya "kecapaian"  (Istri saya bekerja di Perusahaan lain
  setelah pengunduran dirinya) dan kandungannya "agak lemah". Dokter
  memeriksa
  hasil Lab. komplit hasilnya " negatif ", tidak terdapat penyakit yang
  menyebabkan Istri saya keguguran. Jadi secara medis memang penyebabnya
  hanya
  "Kecapaian" dan "Kandungannya lemah". Jadi jika suatu saat Istri saya
  hamil
  lagi, dokter menyarankan harus extra hati-hati dalam merawatnya.

  Bulan Sept 2004, Pada saat Istri saya periksa (karena sudah terlambat
  bulan)
  ke dokter kandungan dr. "K" di RS "A", istri saya kembali dinyatakan
  Hamil,
  keluarga kami begitu bahagia mendengar berita ini. Lalu saya dan Istri
  dengan sangat hati-hati merawat kehamilan ini. Segala saran-saran dokter
  kami laksanakan dengan baik, minum penguat janin, vitamin-vitamin, susu
  ibu
  hamil, menjaga kesehatan makanan, makan makanan bergizi, menjaga
  pantangan-pantangan ketika Hamil, dan bahkan untuk menjaga kehamilannya
  (pada saat itu berumur 5 bulan), Istri saya rela kembali keluar dari
  tempat
  kerjanya (saat itu masih bekerja pada Bank "B") dengan tujuan ingin
  benar-benar konsentrasi dalam merawat/menyusui anak.

  Pada pertengahan bulan Juni 2005, Istri saya melahirkan dengan baik
  (walau
  dengan operasi caesar), bayi kami sehat tidak kurang suatu apapun,
  beratnya
  3.150 Kg dengan panjang 49 Cm. Sekali lagi Kami sangat bahagia atas
  peristiwa ini.  Kembali Segala saran-saran dokter (Dokter Anak: Prof.
  "R" di
  RS "A") kami laksanakan dengan baik, minum vitamin-vitamin, susu ibu
  menyusui, menjaga kesehatan makanan/perlengkapan makan, makan makanan
  bergizi, menjaga pantangan-pantangan dalam merawat bayi. dan rutin
  melakukan
  Imunisasi.

  Disinilah mulai timbul bencana pada keluarga kami, pada saat anak/bayi
  kami
  berusia +/- 7 bulan, untuk kesekian kalinya kami datang untuk imunisasi,
  pada saat itu kami datang ke dr Anak kami Prof. "R" di RS "A" , namun
  pada
  saat itu beliau tidak masuk, diganti oleh dokter pengganti/wanita yang
  masih
  muda/mungkin dokter baru (namun saya lupa namanya). Begitu melihat
  jadwal
  pada buku RS anak saya, dokter tersebut langsung siap melakukan
  imunisasi
  terhadap anak saya, "hari ini imunisasi HIB ya ?!" , saya & istri tahu
  bahwa
  imunisasi HIB tersebut salah satunya untuk mencegah radang Otak, makanya
  Istri saya sempat bertanya, "dok, seandainya imunisasi ini tidak
  dilakukan
  bagaimana ya ?!", lalu dokter pengganti tersebut menjawab dengan nada
  agak
  ketus, "apakah ibu mau, anak ibu jadi Idiot?! (sambil memperagakan
  tampang
  muka orang yang idiot dengan lidah dijulurkan keluar)" . Karena begitu
  sayangnya kami dengan anak kami, sudah ba rang tentu kami tidak mau anak
  kami idiot, lagi pula saya saat itu berfikir demi kesehatan anak kami
  tentulah kami menuruti apa kata dokter yang lebih tahu/berpengalaman
  dengan
  imunisasi tersebut. Lalu tanpa memeriksa dengan seksama kondisi anak
  kami
  dalam keadaan fit/tidak, dan perlu tidaknya imunisasi tersebut kembali
  diberikan kepada anak saya (karena sebelumnya pada saat berumur +/-  5
  bulan
  anak kami telah pernah diberikan imunisasi HIB I) dokter pengganti
  tersebut
  langsung memberikan suntikan imunisasi HIB II kepada anak saya.

  Dua hari setelah pemberian imunisasi HIB yang kedua tersebut anak kami
  mengalami panas, lalu turun, panas lagi lalu turun ( 2 atau 3 hari
  sekali
  pasti mengalami panas ) dan anehnya panasnya hanya dikepala dan di
  pundak/leher serta di ketiak saja, badan/tangan dan kakinya tidak. Hal
  ini
  berlangsung +/- selama dua minggu, jika sedang panas, panasnya pernah
  sampai
  40,6 derajat C.

  Sewaktu di kantor saya sempat bertanya kepada rekan-rekan yang
  masih/pernah
  punya anak kecil mengenai panas anak saya, banyak diantara mereka yang
  bilang panas setinggi itu berbahaya, malah sebagian teman bilang anaknya
  panas "cuma" 38 derajat C saja sudah Step/kejang-kejang, namun sampai
  hari
  itu anak saya belum pernah Step/kejang-kejang, padahal panasnya beberapa
  kali sampai 40 derajat C, dan biasanya akan turun dengan sendirinya,
  paling-paling hanya rewel, susah tidur. Saya mulai Panik dan khawatir,
  takut
  jika anak saya tiba-tiba kejang/step di rumah.

  Dan Saya mulai ke dokter, kebetulan di dekat rumah ada dokter Umum di
  RS.
  "D" ( Berhubung waktu itu hari minggu tidak ada dokter Spesialis anak
  yang
  Buka ). Dokter tersebut memberikan beberapa macam obat, ada yang syrup,
  ada
  yang serbuk. Setelah memakan obat-obatan tersebut selama 3 hari, anak
  kami
  masih belum membaik ( panasnya masih naik turun ), lalu kami ke RS "A"
  tempat dokter anak saya Prof. "R" dimana selain diberi obat-obatn juga
  disarankan untuk memeriksakan darah anak saya ke Lab. (waktu itu saya
  langsung periksakan anak saya ke Lab. "P" yang sudah berpengalaman),
  Karena
  setelah kami ketahui hasilnya "negatif/tidak ada penyakit" dan obat dari
  Prof. "R" di RS "A" juga belum efektif menyembuhkan panas anak saya,
  akhirnya saya membawa anak saya ke RS "B" Cikini ( karena saya tahu di
  RS
  "B" ada ruang perawatan anak, jika memang anak saya perlu di rawat).

  Di sinilah ketabahan/kesabaran kami di uji. Saya datang pertama kali ke
  RS
  "B" cikini, Kamis 17 Maret 2005 pagi +/- jam 7.00 Wib, dan setelah
  bertanya
  kesana-kemari saya langsung membawa anak saya ke UGD (Unit Gawat
  Darurat)
  karena masih pagi, dan disana ada dokter jaga, setelah dilakukan
  beberapa
  tindakan lalu +/- jam 08.30 saya bawa anak saya ke dokter Spesialis anak
  dr.
  "N", baru kemudian diminta untuk di bawa ke ruang perawatan untuk di
  rawat.

  Pintarnya RS, setiap mereka akan melakukan tindakan medis terhadap anak
  kami, kami/orang tua harus menyetujui terlebih dahulu tindakan tersebut,
  dengan catatan apabila orang tua pasien tidak menyetujui suatu tindakan
  medis, kami juga disodorkan surat penolakan tindakan medis, yang
  didalamnya
  tertera apabila terjadi apa-apa terhadap anak saya, maka pihak RS tidak
  bertanggung jawab karena tindakan medis yang akan mereka lakukan tidak
  disetujui. Itu artinya kami/pasien bagai memakan buah simalakama, dan
  tentunya harus mengikuti semua langkah-langkah medis yang dilakukan oleh
  pihak RS, karena memang tidak ada pilihan lain.

  Anak saya langsung di infus dan diambil darahnya untuk pengecekan
  (karena
  hasil cek darah yang saya bawa dari Lab "P" sebelumnya menurut pihak RS
  bisa
  berubah) walaupun akhirnya hasilnya juga masih "negatif" tidak diketahui
  penyebab/penyakit panas anak saya. Kemudian atas anjuran dokter anak
  saya
  harus puasa dari jam 15.00 (tiga sore) sampai dengan 21.00 (sembilan
  malam)
  kerena akan diambil darahnya lagi untuk pemeriksaan. Selama waktu
  tersebut
  kami sedih melihat anak saya, walaupun ada infus di kakinya, namun anak
  saya
  tampak ingin makan/minum, namun kami tidak berikan walau mulutnya
  seperti
  orang yang kehausan. Kami sangat mengkhawatirkan fisik anak saya.

  Benar saja apa yang Saya dan Istri saya khawatirkan terjadi, esokan
  hari/Jum'at subuh begitu panas anak saya kembali tinggi sampai lebih
  dari 40
  derajat C, anak saya langsung kejang/Step (padahal sewaktu di rumah
  belum
  pernah sekalipun anak saya kejang/Step seperti saat itu), suster-suster
  RS
  mulai memberikan anak saya Oksigen melalui selang ke hidung, dan karena
  panas/Kejangnya lebih dari 1/2 jam, maka anak saya pagi itu juga
  langsung di
  bawa ke ruang ICU/PICU (Pedriatic Intensive Care Unit). Anak saya di
  diagnosa awal "kemungkinan" terkena Radang Otak yang disebabkan oleh
  Virus/bakteri, sehingga mengganggu fungsi pengaturan suhu tubuh. Dan
  dokter
  bilang kemungkinan sembuhnya hampir tidak ada,  kalaupun sembuh akan ada
  efek sisa, misalnya jadi Idiot, Lumpuh, dsb. (Pihak RS langsung
  Pesimistis
  untuk penyembuhan anak saya).

  Di ICU anak saya di rawat oleh Tim Dokter, dengan ketua Timnya yaitu dr.
  "Y"
  (dokter spesialis anak senior RS "B"), dengan anggota beberapa dokter
  Spesialis THT, Syaraf, Urologi, Bedah, dsb. Ditambah dengan
  dr.Konsulen/semacam penasihat, yaitu Prof. "A" dari RS "C", selain
  dokter
  tim tersebut dibantu oleh beberapa orang suster yang dalam sehari
  bekerjanya
  dibagi menjadi 3 shift, suster-suster inilah yang memonitor perkembangan
  kesehatan anak kami tiap saat. Suster juga sama seperti karyawan di
  kantor
  kita, ada yang teliti, ada yang rajin, ada yang baru/belum
  berpengalaman,
  ada yang text book, ada yang kurang berani bertindak, dsb.

  Sabtu subuh (hari ke dua perawatan) anak saya kembali panas tinggi dan
  kembali kejang, kali ini suster jaga pada saat itu terlihat kurang
  tanggap/cekatan dalam memberi tindakan terhadap anak saya, malahan pada
  saat
  kejang, karena tenaga medis tidak begitu "care", Istri saya sendiri yang
  harus mengganjal mulut anak saya dengan alat pengganjal agar lidahnya
  tidak
  tergigit, dan karena terlalu lama tidak ditangani dengan baik akibatnya
  anak
  saya semakin lemah, terlihat pada mesin yang memonitor Oksigen dan
  Jantung
  anak saya saturasinya (istilah mesin tsb) terus menurun. Pada saat tim
  Dokter datang kondisi anak saya sudah memburuk, bahkan pada layar
  monitor
  mesin saturasi sempat terlihat "Flat", artinya paru-paru/oksigen dan
  jantung
  anak saya telah berhenti bergerak. Saya dan Istri langsung Shock dan
  lemas
  tangis pun tak terbendung. Beberapa tenaga medis terus berusaha memompa
  secara manual nafas anak saya, lalu mereka segera memasang mesin
  Ventilator/alat bant u pernafasan (mesin yang sama dengan yang digunakan
  Almh. Sukma Ayu) dan menyalakannya. Seperti biasa pihak RS menyodorkan
  surat
  persetujuan tindakan pemasangan mesin tsb.  Pada saat itu saya & istri
  sangat Shock, sehingga konsentrasi kami hanya kepada anak kami tersebut,
  oleh karena saya tidak begitu memperdulikan surat persetujuan melakukan
  tindakan yang disodorkan RS, akibatnya pihak RS langsung mencopot
  kembali
  selang-selang yang terpasang dan mematikan mesin/listrik Ventilator tsb.
  Kami kesal dan marah (walau hanya di dalam hati), lalu segera meraih
  surat
  persetujuan tindakan tsb dan menandatanganinya, barulah alat tersebut
  kembali dipasang/dinyalakan, dan selamatlah nyawa anak saya ketika itu
  (padahal menurut hemat saya hitungannya hanya detik untuk mengambil
  keputusan tersebut/terlambat sedikit mungkin akan berbeda ceritanya).

  Kurang lebih dua minggu alat Ventilator itu terpasang, dan dua minggu
  itu
  pula kami mengalami pengalaman yang sangat pahit dalam kehidupan kami,
  kami
  menyaksikan betapa tersiksanya anak yang kami sayangi yang terus menerus
  dilakukan tindakan medis, diantaranya :
  1. Diambil darahnya yang hampir setiap hari (dengan cara disedot dengan
  alat
  suntik), walaupun hasil Lab.-nya selalu negatif dengan jumlah
  pengambilan
  dalam sehari bisa 3X, dan dalam sekali ambil antara 5 - 10 CC darah,
  padahal
  kondisi anak saya ketika itu sangat lemah/terlihat kuning seperti kurang
  darah. Diambil sampel Urine, sampel cairan dari perut, Bahkan sampai
  diambil
  contoh cairan otaknya (melalui penyedotan pada ruas tulang belakang)
  walaupun hasilnya juga negatif.
  2. Berganti-ganti tempat untuk memasukan jarum Infus, dari vena-vena di
  kepala, tangan, kaki, selangkangan, malah karena Tim medis sudah
  kesulitan
  memasukan jarum infus, tim medis melakukan tindakan Vena Sectio (operasi
  kecil/merobek kulit/daging terluar) untuk dicari pembuluh vena yang
  berada
  agak ke dalam agar jarum infus dapat memasukan cairan infus ke tubuh
  anak
  saya. Kedua pergelangan tangan dan kaki anak saya telah di-Vena Sectio.
  3. Bius Total, dengan alasan takut mesin Ventilator tidak berfungsi
  dengan
  baik apabila anak saya dalam keadaan sadar.
  4. Diberi obat-obatan/anti biotik berganti-ganti sesuai
  indikasi/kemungkinan
  (Baru kemungkinan/seperti coba-coba) penyakitnya yang kadarnya tergolong
  keras, yang sudah pasti banyak efek sampingnya.
  5. Karena sudah tidak ada tempat untuk Infus dan pengambilan darah
  (semua
  titik venanya telah habis), beberapa kali tindakan infus/pengambilan
  darah
  tidak berhasil dilakukan, lalu dicoba lagi dan di coba lagi sehingga
  menimbulkan bekas luka lebam/biru/bekas-bekas jarum suntik yang sangat
  banyak.
  6. Dilakukan foto Thorax (Rongent) beberapa kali,  Padahal sekali saja
  dilakukan di yakini dapat membunuh banyak sel tubuh )
  7. Timbul efek samping, Paru-paru anak saya meradang/infeksi sehingga di
  penuhi banyak cairan, dan kepala belakang dan samping kiri
  memar/luka/lecet/bengkak. Karena terlalu lama dalam posisi tidur/di bius
  (hal ini seharusnya tidak perlu terjadi kalau tim medis sering merubah
  posisi tidur anak saya/setelah kami Complain baru hal ini dilakukan).
  8. Masalah Biaya. Sering kali pihak RS (dokter/suster), menanyakan
  masalah
  biaya, walaupun berkali-kali saya katakan ada surat jaminan pembayaran
  dari
  Kantor. ( Coba bayangkan seandainya memang kami tidak punya biaya).
  9. Diagnosa penyakit yang tidak didukung bukti yang pasti, tim Medis
  hanya
  selalu mengatakan "Kemungkinan". Dari +/- satu bulan di rawat, anak saya
  sudah beberapa kali dikatakan kemungkinan penyakitnya bersumber dari
  Radang
  Otak karena penyakit/Virus/bakteri: Herpes, berubah Toxoplasma, berubah
  Maningitis, berubah Ensevalitis, sampai kesimpulan terakhir/dari sampel
  darah terakhir anak saya masih belum mengetahui pasti penyebab
  penyakitnya
  (bukti lab. adanya virus/bakteri tersebut tidak pernah ada).

  Pada masa itu juga kami sempat beberapa kali bersitegang dengan beberapa
  Tim
  Medis anak saya, namun kami selalu kalah (mengalah) karena posisi kami
  sangat lemah, Ketua tim dokternya "dr.Y" sempat berujar bahwa mereka
  dokter-dokter ahli, " kalau di RS "C" bapak boleh bilang "begitu",
  karena
  banyak dokter muda yang sedang belajar disana" (maksudnya menanggapi
  guman
  saya dengan istri saya, "kok anak kita seperti kelinci percobaan ya!?
  dan
  kata-kata tersebut didengar Suster, yang lalu melaporkannya ke ketua Tim
  dokternya) , bahkan dokter itu juga sempat berkata " kalau bapak tidak
  puas,
  silahkan angkat anak bapak sekarang !!" . Padahal saat itu, hal tersebut
  tidak mungkin kami lakukan karena seluruh tubuh anak saya terpasang
  mesin
  (Ada mesin ventilator, ada mesin saturasi Oksigen/Jantung, ada infus,
  ada
  selang Sonde/makanan, dsb)

  Pernah seorang anggota Tim dokter yang didatangkan dari RS "C", yaitu
  dr.
  "I" ahli syaraf, setelah memeriksa anak saya mengatakan, "Penyakitnya
  malah
  dari RS ini semua, ya !!",  Setelah masa perawatan 2 minggu tersebut
  timbul
  berbagai komplikasi; mata anak saya buta/tidak bisa melihat (menurutnya
  mungkin bisa sembuh karena anak saya masih bayi), Infeksi paru, memar di
  kepala, badan kaku/keras, padahal pertama kali masuk RS anak saya
  "hanya"
  sakit Panas. Kemudian dr "I" juga bilang " tadi saya coba lepas alat
  Ventilatornya agak lama, anak bapak bagus kok, dia sudah bisa bernafas
  sendiri ". Saya bersyukur berarti ada kemajuan pikir saya ketika itu.

  Awal minggu ke tiga beberapa orang tim medis (ada beberapa dokter dan
  beberapa suster), mencoba melepas alat bantu nafas/Ventilator (mungkin
  setelah diberi masukan oleh dr. "I" dari RS "C"), di coba 1 jam, 2 jam,
  3
  jam dan seterusnya .... rupanya anak saya sudah bisa kembali bernafas
  sendiri/normal. Namun karena Sumber penyakitnya belum diketahui maka Tim
  medis beberapa kali melakukan penggantian Obat/anti biotik, diantaranya
  Acyclovir, Delantin, Tegatrol, TieNam, Meronem (dua jenis yang tertulis
  dibelakang katanya merupakan anti Biotik yang paling Ampuh/Mahal/Impor
  dari
  Amerika).

  Minggu ketiga dan selanjutnya Panas kepala anak saya relatif stabil
  (antara
  36 - 38 derajat C), dan kondisinya relatif membaik "hanya" tinggal
  matanya
  yang Buta dan badannya yang kaku (sendi-sendinya tidak bisa ditekuk),
  namun
  pengambilan darah masih dilakukan secara berkala, dan hampir setiap hari
  dilakukan Terapi Fisioteraphy (Penyinaran dan pemijatan). Sehingga akhir
  minggu ke tiga semua Infus telah dicopot, oksigen dicopot, hanya tinggal
  selang Sonde (Selang makanan/di mulut) yang masih terpasang.

  Saya dan Istri (serta keluarga besar kami), terus berdoa setiap hari
  untuk
  kesehatan anak kami satu-satunya, sampai pada pertengahan minggu ke
  empat,
  dr. "I" (Specialis syaraf dari RS "C") bilang anak kami boleh di bawa
  pulang, namun minimal harus sehari masuk ke ruang perawatan biasa dahulu
  (sesuai prosedur RS "B"). Dan menurut  dokter "I" juga, anak kami hanya
  cukup rawat jalan ke RS "C", untuk berobat ke dr. "I" dan dr. "L"
  (specialis
  tumbuh kembang/penyembuhan tubuh anak saya yang masih kaku-kaku).
  Setelah
  sehari berada di ruang perawatan biasa, dan tidak ada masalah kami
  membawa
  anak kami pulang dengan membawa dua macam obat (Anti kejang dan anti
  Virus),
  dan sebelum pulang, lagi-lagi anak kami diambil kembali darahnya oleh RS
  untuk pemeriksaan penyebab penyakit anak kami, setelah itu barulah kami
  diperbolehkan pulang.

  Namun tidak sampai 2 hari anak kami di Rumah, kami/keluarga lupa akan
  luka
  dibelakang kepalanya (akibat perawatan yang lalai sebelumnya) yang masih
  belum sembuh total, lukanya terlihat memar/merah/agak bengkak/dan
  mungkin
  infeksi, yang mungkin juga membuat anak kami panas lagi/karena
  infeksinya,
  Panasnya kembali naik sampai 40 derajat C lebih, bahkan ketika akan kami
  beri obat (yang kami bawa dari RS), anak kami muntah hingga lemas, lalu
  tanpa banyak pikir lagi walaupun pada saat itu jam 02 pagi, kami kembali
  membawa anak kami ke RS "B" Cikini dan kembali kami mengalami kekesalan,
  anak kami diperlakukan layaknya seperti pasien yang baru masuk RS. Anak
  kami
  kembali masuk ICU, kembali harus Infus, puasa, diambil darahnya lagi
  (meskipun titik venanya sudah habis/tidak ada tempat lagi untuk
  infus/periksa darah, dan saya juga telah sampaikan mungkin panasnya
  akibat
  luka dibelakang kepalanya yang belum sembuh/infeksi), padahal saya sudah
  protes terhadap dr. jaga pada saat itu bahwa anak saya sebelumnya sudah
  dirawat hampir sebulan di RS tersebut, dan hasil lab. terakhirnya juga
  baru
  kemarin saya ambil dengan hasil "negatif",  juga saya kemukakan mengenai
  luka dibelakang kepalanya yang harus diprioritaskan pengobatannya. Namun
  karena dr. terus mengemukakan argumennya, akhirnya kami mengalah dan
  menyerahkan sepenuhnya apapun yang akan dilakukan oleh dr. Dan kembali
  anak
  saya dipakaikan selang Oksigen ke hidungnya , lalu dengan alasan
  "saturasi"
  nafasnya terus menurun, Tim medis berencana untuk memasang kembali mesin
  Ventilator pada anak saya, dengan sebelumnya meminta persetujuan saya
  lagi
  untuk diambil darahnya sebelum pemasangan mesin tersebut (padahal ketika
  itu
  kondisinya terlihat pucat/kuning seperti telah kehabisan darah). Kembali
  dengan berat hati dan berharap Tim Medis melakukan tindakan yang "benar"
  untuk anak saya, saya kembali menyetujuinya. Namun belum sempat mesin
  itu
  dipasang, belum sempat hasil lab I dan ke II (pengambilan darah pada
  pada
  hari itu) ada hasilnya, akhirnya anak saya dipanggil oleh yang Maha
  Kuasa
  ...... anak saya mengalami Gagal Nafas dan dinyatakan Meninggal oleh
  pihak
  RS, walau saat itu saya pegang denyut Nadi di leher/bawah dagunya masih
  ada
  (walau lemah), sewaktu kami minta untuk terus memompa alat bantu nafas
  manualnya, Dokter/suster yang ada pada saat itu sudah lepas tangan dan
  tidak
  melakukan tindakan apapun juga. Akhirnya dengan Ikhlas, didepan mata
  kepala
  saya dan istri saya, anak kami melepaskan nyawanya tanpa kami bisa
  berbuat
  apapun juga ( Selasa 12 April 2005 Jam 23.25 wib). Akhirnya Anak kami
  meninggal dengan sebab bukan karena penyakitnya (Panas),  menurut kami
  "kemungkinan" karena gagal nafas/Infeksi paru atau malah "mungkin"
  karena
  terlalu lemah  kehabisan darah.

  Innalillahi Wa inna illaihi roji'un selamat jalan Permata hatiku,
  ........
  doa kami 'kan selalu menyertaimu...Amin

  Dan tidak lupa saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang
  sebesar-besarnya
  kepada rekan-rekan yang telah memberikan suport baik moril, materil
  maupun
  spirituil kepada saya dan keluarga, semoga segala kebaikan rekan-rekan
  akan
  dibalas dengan pahala yang berlipat-lipat oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
  Amin.

  Salam,
  Istriyanto & Keluarga



  Note :

  Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Ilmu Kedokteran dan tenaga medis,
  sesuai dengan pengalaman berharga dan mahal yang telah saya alami, maka
  kami
  mencoba mengambil kesimpulan (Setelah kami juga mendengar dari sesama
  Pasien
  RS, rekan/sahabat, tetangga, saudara yang sempat bezuk dan mengatakan
  pada
  saya, selama dalam perawatan sampai saat Meninggalnya anak saya) sbb:

  1. Banyak kasus penyakit bayi/balita yang timbul setelah mereka disuntik
  imunisasi.
  - Pasien lain di RS yang sama mengatakan pada saya, anak saudaranya
  sampai dengan usia 2 tahun belum pernah suntik Imunisasi Hepatitis
  namun,
  setelah ada dokter (spesialis anak) yang tahu, lalu disarankan di
  imunisasi
  Hepatitis, kemudian tidak lama setelah itu akhirnya anak saudaranya
  positif
  terkena Hepatitis akut, dan harus bolak-balik berobat ke dokter.
  - Tetangga saya, sehabis Imunisasi campak, dua hari kemudian malah
  terkena campak.
  - Tetangga kami yang lain, anak pertamanya rutin diimunisasi, namun
  fhisiknya malah lemah sering sakit-sakitan, sedangkan anak keduanya sama
  sekali tidak pernah imunisasi namun malah sehat, hampir tidak pernah
  sakit
  (kalaupun sakit cepat sembuh/ringan)
  - Teman sekolah saya anaknya tidak pernah Imunisasi malah sehat,
  umur 10
  bulan sudah lincah berjalan, dan juga boleh dibilang tidak pernah sakit
  (kalaupun sakit hanya ringan saja).
  - dan banyak lagi kasus-kasus serupa yang tidak mungkin saya tulis
  satu
  persatu.

  2. Menurut saya, Jika bisa Hindari Imunisasi, kalaupun perlu/terpaksa
  pilihlah imunisasi yang pokok saja (bukan imunisasi lanjutan/yang
  aneh-aneh)
  alasannya :
  - Kita "Mendzolimi", anak kita sendiri yang memang sedang masa
  pertumbuhan dan pertahanan tubuhnya masih lemah, malah kita suntikan
  penyakit (walaupun sudah dilemahkan) ke tubuhnya.
  - Kita tidak pernah tahu kondisi anak kita sedang benar-benar sehat
  atau
  tidak, karena terutama anak yang masih di bawah 1 tahun biasanya belum
  bisa
  bicara mengenai kondisi badannya, sedangkan imunisasi harus dilakukan
  pada
  bayi/balita yang sehat (tidak sedang lemah fisiknya/sakit).
  - Sesudah kita memasukan penyakit ke tubuh anak kita, biasanya kita
  juga
  harus mengeluarkan banyak biaya. (Jasa dokter/RS, harga imunisasi, dsb),

  - Tidak ada jaminan (Dokter/RS/puskesmas) apabila setelah imunisasi
  anak
  kita bebas dari penyakit yang telah dimasukan ketubuhnya. Contoh nyata
  yang
  terjadi pada anak saya, padahal anak saya sudah 2 kali imunisasi HIB (
  ketika berusia +/- 5 dan 7 bulan ), padahal sebelumnya dokter bilang
  imunisasi HIB untuk menghindari penyakit Radang Otak, namun nyatanya
  anak
  saya malah meninggal  akibat penyakit Radang Otak.
  - Menurut seorang rekan yang pernah membaca Literatur terbitan
  Prancis,
  justru Imunisasi sudah tidak populer di Amerika Serikat, dan terus
  berusaha
  dihilangkan dan tidak dipergunakan lagi, bahkan di Israel Imunisasi
  telah di
  STOP samasekali, padahal kita tahu negara-negara itu merupakan pelopor
  "industri", imunisasi.
  - Menurut pengalaman saya jumlah kadar/isi setiap pipet/tabung
  imunisasi
  semua sama, jadi imunisasi tidak melihat berdasarkan berat
  tubuh/perbedaan
  Ras/warna kulit, padahal kalau Obat/Imunisasi itu Impor, tentulah
  kadarnya
  disesuaikan dengan berat/fisik orang Luar (Barat) yang jelas lebih basar
  dan
  kuat fisiknya dibanding orang Asia, namun kita malah sama-sama
  menggunakan
  dengan takaran yang sama. (akibatnya overdosis).

  3. Jika tidak "urgent" sekali, hindari rawat inap di RS, karena banyak
  prosedur/step-step pengobatan yang akhirnya akan melemahkan tubuh
  pasiennya.
  (Contoh: keharusan berpuasa, pemasangan infus, pengambilan darah yang
  terus
  menerus, foto Rontgen, operasi, kemoteraphy, dsb). Jikalau perlu coba
  dulu
  dengan cara pengobatan alternatif/tradisional.

  4. Jika perlu dengan tegas untuk menolak suatu tindakan medis yang akan
  dilakukan RS, jika kita yakini manfaatnya tidak benar-benar berpengaruh
  terhadap kesembuhan pasien.

  5. Jika perlu lakukan 2nd opinion pada RS/dokter lain yang setara/lebih
  baik.

  6. Banyak tanya, biarlah kita dibilang "bawel", tanyalah setiap tindakan
  medis yang akan dilakukan, mengapa akan di lakukan, akibat-akibatnya,
  ada
  tidak cara-cara lain/alternatif lain yang lebih baik/tidak terlalu
  menyakiti
  pasien.

  7. Terus temani pasien (bisa bergantian dengan keluarga yang lain),
  karena
  setiap saat bisa ada tindakan medis yang memerlukan persetujuan, dan
  cermati
  semua pekerjaan perawatannya, jika ada yang habis/kurang jangan sungkan
  melaporkan ke tenaga medis yang ada segera.

  8. Terus berdoa, karena segala sesuatunya telah ditetapkan oleh "Yang
  Maha
  Kuasa", manusia hanya bisa ikhtiar dan berusaha.





  AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA
  UTARA !!!
  ================
  Kirim bunga, http://www.indokado.com
  Info balita: http://www.balita-anda.com
  Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke:
  [EMAIL PROTECTED]
  Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]




  AYO GALANG SOLIDARITAS UNTUK MEMBANTU KORBAN MUSIBAH DI ACEH & DAN SUMATERA 
UTARA !!!
  ================
  Kirim bunga, http://www.indokado.com
  Info balita: http://www.balita-anda.com
  Stop berlangganan/unsubscribe dari milis ini, e-mail ke: [EMAIL PROTECTED]
  Peraturan milis, email ke: [EMAIL PROTECTED]


  ______________________________________________________________________
  This email has been scanned by the MessageLabs Email Security System.
  For more information please visit http://www.messagelabs.com/email
  ______________________________________________________________________


Kirim email ke